PUBLIC LECTURE & ICS

Mysticism: Antara Barat dan Timur

Hari/Waktu : Minggu, 03, 10, 17, 24 Agustus 2008
Jam : pkl. 12.30-14.30
Tempat : R. Flamboyan, Jakarta Design Centre Lt.6

FREE selengkapnya...»

Kuliah Intensif

Cultural Apologetics in the Reformed Perspective
Senin - Jumat, 21-25 Juli 2008, Pk. 08.00 – 14.00 WIB
Institut Reformed, Sunter, Jakarta
Biaya: Rp. 500.000/ Mhs; Rp. 1.000.000/ Umum

Seminar Khusus Reformed Apologetics
Minggu, 20 Juli 2008, Pk. 17.00 – 21.00 WIB
Lobby John Calvin, Reformed Center, Kemayoran, Jakarta
Biaya: Rp. 100.000/ Mhs; Rp. 200.000/ Umum selengkapnya...»

Certificate Of Christian Leadership

Program ini memperlengkapi orang Kristen bertindak sesuai dengan imannya di tengah-tengah perubahan jaman. Bertindak bukan sekedar bertingkah laku, memerlukan perenungan yang matang untuk dapat bersukacita menjawab panggilan Tuhan. Inilah saatnya orang Kristen bertindak dalam segala bidang kehidupan sebagai penggenapan kasih karunia Tuhan.

Surabaya Christian Festival Chorus

Visi:

Setiap gereja di Surabaya memiliki musisi-musisi Kristen yang berkualitas dan berlandaskan Firman Tuhan

Misi:

Sebagai wadah pendidikan untuk meningkatkan mutu musik gereja Surabaya Christian Festival Chorus (SCFC) membuka program Musik Gereja selengkapnya...»

Tak Ada Kebangunan Rohani Tanpa Reformasi

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Sering kali kita kelihatan memiliki konsep dan pola pikir yang rohani, namun ternyata tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Seperti isu tentang "kebangunan rohani" yang dikemukakan oleh A.W. Tozer dalam bukunya yang berjudul "Keys to the Deeper Life" di bawah ini. Kecenderungannya, kebaktian "kebangunan rohani" diadakan untuk membangkitkan kembali iman orang Kristen agar hidup sesuai dengan firman Tuhan. Padahal, yang benar adalah jika kita hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, maka Dia yang akan memberikan kebangunan rohani tersebut. Kebangunan rohani bukanlah sebab, tetapi akibat.

Janganlah mengulangi kesalahan yang telah dilakukan oleh gereja dan orang Kristen pada masa lalu. "Kita harus kembali pada kekristenan Perjanjian Baru, bukan hanya dalam hal doktrin, melainkan seluruh tata cara hidup," demikian ajakan A.W. Tozer beberapa puluh tahun yang lalu. Biarlah kita mendengarkan ajakannya tersebut sehingga pembaharuan dalam kehidupan gereja masa kini dapat terjadi. Kebangunan rohani tidak lagi sekadar kegiatan kebaktian, namun menjadi kesaksian yang nyata dalam kehidupan setiap orang Kristen. Amin!

In Christ, Yulia < yulia(at)in-christ.net >

Penulis: 
A.W. Tozer
Edisi: 
100/VI/2008
Tanggal: 
19-06-2008
Isi: 

TAK ADA KEBANGUNAN ROHANI TANPA REFORMASI

Pada saat orang-orang Kristen membicarakan hal-hal rohani, bisa dipastikan akan muncul sebuah frasa yang akan diucapkan berulang kali, yaitu "kebangunan rohani".

Melalui khotbah, pujian, dan doa, kita seakan-akan mengingatkan Tuhan dan orang lain bahwa yang harus kita lakukan untuk memecahkan semua masalah kerohanian kita adalah dengan mengadakan "kebangunan rohani yang dahsyat". Media-media rohani pun secara luas mengatakan bahwa kebangunan rohani besar adalah sebuah kebutuhan terbesar saat ini. Sementara itu, para penulis Kristen yang menuliskan apa pun tentang kebangunan rohani bisa dipastikan akan dengan mudah mendapatkan editor yang dengan senang hati mau menerbitkan tulisan mereka.

Akibat gencarnya isu kebangunan rohani ini, hampir tidak ada orang yang berani mengungkapkan pendapat yang berseberangan dengan masalah ini, meski bisa saja kebenaran justru terletak di arah yang berseberangan itu. Kini, popularitas agama telah menyamai filsafat, politik, dan mode pakaian wanita. Sepanjang sejarah, agama-agama besar di dunia telah mengalami masa-masa kemunduran dan juga kebangkitan kembali, yang secara sembrono disebut oleh para pengamat sebagai kebangunan rohani.

Kita tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa beberapa wilayah non-Kristen sekarang ini juga sedang menikmati kebangunan rohani. Laporan terakhir dari Jepang memberitakan kejayaan kembali agama Shinto setelah sempat mengalami kemunduran akibat Perang Dunia II. Di Amerika sendiri, agama Katholik Roma, sebagaimana aliran Protestan Liberal, telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Akhirnya, keseluruhan fenomena ini mungkin bisa disebut sebagai kebangunan rohani mendunia, meskipun hal ini dikatakan tanpa melihat apakah ada peningkatan standar moral dari para pengikutnya.

Agama apa pun, termasuk Kristen, dapat mengalami ledakan rohani yang besar tanpa campur tangan Roh Kudus. Namun, jumlah generasi yang menjauhi gereja ternyata juga lebih meningkat dibanding sebelum ledakan tersebut. Saya percaya bahwa kebutuhan yang paling mendesak saat ini bukan sekadar kebangunan rohani. Harus ada perubahan radikal pada akar moralitas dan penyakit-penyakit rohani lainnya; harus lebih diarahkan untuk mencari penyebabnya daripada konsekuensinya; pada penyakit itu sendiri daripada hanya sekadar gejala-gejalanya.

Saat ini, saya malah berpendapat bahwa kita sebenarnya tidak menginginkan kebangunan rohani sama sekali. Barangkali, kebangunan rohani Kristen yang terjadi secara meluas sekarang ini malah akan membuktikan telah terjadinya tragedi moral yang tidak akan dapat diperbaiki dalam seratus tahun ke depan.

Saya akan memaparkan sejumlah alasan mengenai hal ini. Satu generasi yang lalu, sebagai reaksi atas "kritik tinggi" (higher criticism) dan penerusnya, yakni modernisme, muncul gerakan yang kuat untuk memertahankan iman Kristen yang sesuai dengan sejarah dari kelompok Protestan. Untuk alasan yang jelas, gerakan ini lalu dikenal sebagai "fundamentalisme". Gerakan ini kurang lebih muncul secara spontan tanpa organisasi yang rapi, namun di mana pun gerakan ini muncul, tujuannya sama, yaitu menahan "bertambahnya gelombang penyangkalan" terhadap teologi Kristen sekaligus menyatakan kembali dan memertahankan doktrin-doktrin dasar kekristenan Perjanjian Baru. Sejauh ini, semua itu hanya tinggal sejarah.

KORBAN YANG JATUH DARI KEBIJAKAN ITU

Fundamentalisme, sebagaimana tersebar di berbagai denominasi dan non- denominasi, telah menjatuhkan banyak korban sebagai akibat kebijakannya sendiri. Firman itu akhirnya mati di tangan sahabatnya sendiri. Inspirasi Alkitab secara lisan (doktrin yang selalu dan selamanya saya pegang) misalnya, akan menjadi kaku. Suara para nabi dibungkam dan para penafsir Alkitab akan menguasai pikiran iman kita. Dalam lingkup yang lebih besar, imajinasi rohani akan memudar. Kekuasaan tak resmi yang akan memutuskan apa yang harus dipercayai umat Kristen; bukan Alkitab, melainkan tafsiran Alkitablah yang akan menjadi sumber pengajaran. Kampus-kampus Kristen, seminari-seminari, sekolah-sekolah Alkitab, pertemuan-pertemuan Alkitab, dan para pengamat Alkitab populer, semuanya bergabung untuk mempromosikan budaya tekstual, penemuan sebuah sistem yang secara ekstrim memberikan dispensasi dengan membebaskan orang Kristen dari keharusan bertobat, taat, dan kewajiban memikul salib, lebih dari hal-hal formal lainnya. Keseluruhan bagian Perjanjian Baru diambil dari gereja dan diatur sedemikian rupa melalui sebuah sistem yang kaku dalam "pemisahan firman kebenaran".

Semuanya ini telah mengakibatkan mentalitas rohani yang membahayakan kebenaran Kristus yang sejati. Ada sejenis awan dingin yang menaungi fundamentalisme. Wilayah di bawahnya sudah cukup dikenal, yaitu Perjanjian Baru. Doktrin dasar kekristenan memang ada di situ, hanya saja iklimnya tidak mendukung munculnya buah Roh yang manis.

Situasi yang berbeda dialami oleh gereja mula-mula yang mengalami penderitaan. Saat itu, mereka tetap bernyanyi dan menyembah Tuhan. Meskipun doktrin-doktrinnya terdengar hebat, pengajaran yang benar tidak pernah diizinkan untuk bertumbuh. Suara sang merpati jarang terdengar di wilayah itu; hanya seekor kakaktua yang terlihat menghinggapi pijakan imitasi dan mengulangi apa yang diajarkan padanya, sedangkan suaranya sangat parau dan tanpa perasaan. Iman -- doktrin yang paling penting dan berkuasa di mulut para rasul -- telah kehilangan kuasanya ketika para penafsir Alkitab menyampaikannya. Ketika kata-kata dan teks diagung-agungkan, Roh akan pergi dan tekstualisme menjadi raja. Inilah masa di mana orang-orang percaya terperangkap dalam zaman Kerajaan Babel.

Saya hanya menyampaikan kondisi yang umumnya terjadi. Tentunya ada beberapa orang yang merindukan teolog yang lebih baik dari para pengajar mereka saat ini. Kerinduan ini akhirnya akan mengarah pada sebuah kekuatan besar yang tak dapat dimengerti oleh yang lain. Namun, akibat jumlah yang tak banyak, perbedaan-perbedaan itu akan terlalu besar; mereka tidak dapat menghalau awan yang menaungi wilayah itu.

Kesalahan tekstualisme bukan terletak pada doktrinnya. Kesalahannya jauh lebih halus dan lebih sulit ditemukan. Namun, dampaknya sama-sama fatal. Bukan kepercayaan teologis mereka yang salah, melainkan penafsirannya.

Wujud penafsiran mereka misalnya seperti ini, jika kita memiliki firman tentang sesuatu, sesuatu itu adalah milik kita. Jika suatu hal itu ada di dalam Alkitab, hal itu ada di dalam kita. Jika memiliki doktrinnya, kita juga memunyai pengalamannya. Jadi, sesuatu yang benar tentang Paulus adalah kebenaran kita juga karena kita telah menerima surat-surat Paulus sebagai inspirasi ilahi kita. Alkitab berbicara mengenai bagaimana kita bisa diselamatkan, namun tekstualisme lebih lanjut mengatakan bahwa kita telah diselamatkan, suatu hal yang tidak dapat terjadi secara alamiah. Dengan demikian, kepastian akan keselamatan pribadi tidak lebih dari sekadar kesimpulan logika pikiran yang didapat dari premis-premis doktrin tersebut, dan kesimpulan pengalamannya hanya bersifat rasio.

MEMBERONTAK DARI KEDIKTATORAN PIKIRAN

Kemudian pemberontakan pun muncul. Pikiran manusia hanya dapat bertahan dengan tekstualisme sejauh belum ditemukannya sebuah jalan keluar. Secara perlahan dan tanpa disadari, para pendukung fundamentalisme pun bereaksi; bukan berdasarkan pengajaran alkitabiah, melainkan atas kediktatoran pikiran para penafsir Alkitab. Atas kecerobohan dalam membenamkan orang-orang ini, mereka memerjuangkan hak untuk bernapas dan menyerang secara membabi buta demi kebebasan yang lebih besar dan tuntutan alamiah atas kepuasan emosional mereka yang selama ini diabaikan oleh para guru mereka.

Akibat dari apa yang telah terjadi selama dua puluh tahun belakangan ini adalah kerusakan moral rohani yang susah dicari bandingannya sejak bangsa Israel menyembah anak lembu emas. Tentang kita, Alkitab mungkin secara jujur telah mengatakan bahwa kita "duduk, makan, minum, dan tumbuh untuk bermain". Garis pemisah antara gereja dan dunia telah dihapuskan.

Terpisah dari beberapa dosa besar, dosa-dosa dunia yang belum diubahkan ini sekarang malah disetujui oleh mereka yang mengaku diri sebagai orang Kristen "lahir baru" dengan jumlah yang mengejutkan dan diikuti yang lainnya secara terang-terangan. Para anak muda Kristen menyanjung dan menjadikan nilai-nilai duniawi sebagai patokan mereka, serta sebisa mungkin meniru mereka. Para pemimpin rohani telah menerapkan cara-cara ahli periklanan. Tindakan seperti menyombongkan diri, mengejek, dan suka membesar-besarkan sesuatu tanpa malu-malu, sekarang telah dipandang sebagai suatu cara yang biasa dalam pelayanan gereja. Ukuran moral bukan lagi didapat dari Perjanjian Baru, melainkan dari Hollywood atau Broadway.

Kebanyakan penginjil tidak lagi suka berinisiatif. Mereka hanya suka meniru dunia ini. Iman suci atas Bapa kita di berbagai tempat telah dipakai sebagai sarana hiburan. Namun, kenyataan yang lebih mengerikan adalah bahwa semua ini telah dikonsumsi oleh masyarakat atas prakarsa mereka yang ada di atas.

Surat protes, yang dimulai dengan Perjanjian Baru yang selalu terdengar paling keras pada masa gereja menjadi paling berkuasa, berhasil dibungkam. Unsur keradikalan dalam bersaksi dan dalam kehidupan yang dulu pernah membuat orang Kristen dibenci oleh dunia, telah menghilang dari penginjilan masa kini. Orang Kristen yang pernah menjadi begitu revolusioner -- dalam hal moral, bukan politik -- kini telah kehilangan sifat tersebut. Kini, menjadi orang Kristen bukan lagi suatu hal yang berbahaya dan perlu pengorbanan. Kini, anugerah telah menjadi hal yang murahan. Saat ini, kita sudah terlampau sibuk untuk membuktikan kepada dunia bahwa kita dapat memperoleh keuntungan Injil tanpa harus mengalami ketidaknyamanan hidup. Ini semuanya adalah Kerajaan Allah juga.

Meski tidak terjadi di seluruh dunia, penggambaran orang Kristen modern ini memang terjadi pada mayoritas kekristenan pada masa kini. Karena alasan ini, sejumlah orang percaya beranggapan bahwa tidak ada gunanya memohon kepada Tuhan selama berjam-jam untuk mengirimkan kebangunan rohani; kecuali kita juga hendak mengubah kebiasaan kita sehingga tidak perlu berdoa. Kebangunan rohani sejati tidak akan ada kecuali para pendoa telah memiliki kemampuan dan iman untuk mengubah cara hidup mereka sesuai dengan patokan Perjanjian Baru.

KETIKA BERDOA ITU SALAH

Berdoa

Terkadang berdoa bukan hanya tidak berguna, melainkan salah. Kita dapat melihat Israel sebagai contohnya. Saat Israel dikalahkan di Ai, Yosua mengoyakkan pakaiannya lalu menelungkupkan wajahnya ke tanah di depan tabut Tuhan sampai matahari terbenam; dia dan para tua-tua Israel menaburkan abu di atas kepala mereka.

Mengenai kebangunan rohani, filsafat modern kita beranggapan bahwa itulah yang harus dilakukan. Jika dilakukan cukup lama, mungkin hal itu akan menggerakkan hati Tuhan sehingga Ia menurunkan berkat-Nya. Namun, Tuhan berkata kepada Yosua:

"Bangkitlah engkau; mengapa engkau menelungkupkan wajahmu ke tanah? Israel telah berdosa dan mereka telah melanggar perintah-Ku. Bangunlah, kuduskanlah bangsa itu dan katakan: Kuduskanlah dirimu untuk esok hari, sebab, demikianlah firman TUHAN, Allah Israel: Hai, orang Israel ada barang-barang yang dikhususkan di tengah-tengahmu; kamu tidak akan dapat bertahan menghadapi musuhmu sebelum barang-barang yang dikhususkan itu kamu jauhkan dari tengah-tengah kamu."

Gereja harus melakukan perubahan. Tindakan memohon berkat oleh mereka yang masih menjalankan kehidupan lama serta gereja yang tidak setia, hanya menjadi usaha yang membuang-buang waktu. Gelombang ketertarikan orang akan agama pun hanya akan menambah jumlah gereja yang tidak berpusat pada Yesus sebagai Tuhan dan melaksanakan perintah-Nya dengan taat. Tuhan tidak tertarik akan bertambahnya jumlah pengunjung gereja, kecuali mereka memperbaharui cara hidup mereka dan memulai cara hidup yang kudus.

Berkaitan dengan hal tersebut, Tuhan pernah menyampaikan firman berikut ini melalui Nabi Yesaya.

"Untuk apa korban-korbanmu itu? firman TUHAN; Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu yang gemuk; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sepenuh hati, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan .... Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! ... Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil yang baik dari negeri itu."

Doa bagi kebangunan rohani akan berhasil jika didahului oleh perubahan hidup yang radikal, bukan sebaliknya. Acara doa semalam suntuk yang tidak dilakukan oleh mereka yang benar-benar telah bertobat, bisa jadi malah akan membuat Tuhan tak berkenan. "Ketaatan lebih baik daripada persembahan".

Kita harus kembali pada kekristenan Perjanjian Baru, bukan hanya dalam hal doktrin, melainkan seluruh tata cara hidup. Ketidakserupaan dengan dunia, ketaatan, kerendahan hati, kesederhanaan, perhatian, penguasaan diri, kesopanan, memikul salib, semuanya harus diperlakukan sebagai bagian kehidupan dari konsep kekristenan yang sejati dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus membersihkan Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang dan kembali kepada kepemimpinan Tuhan kita yang telah bangkit. Dan ini juga berlaku bagi saya sendiri sebagai penulis sebagaimana untuk semua orang yang ada dalam nama Yesus. Setelah itu, kita pun akan dapat berdoa dengan yakin dan mengharapkan datangnya kebangunan rohani yang sejati. (t/Ary)

Sumber: 

Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Keys to the Deeper Life
Judul asli artikel: Leaning into the Wind
Penulis : A.W. Tozer
Penerbit : Zondervan Publishing House, Michigan 1988
Halaman : 17 -- 25

Saturday Morning "Vocation First" Career Development

Dunia kerja sedang mengalami perubahan yang sangat hebat, meruntuhkan hampir semua asumsi yang kita pegang selama ini. Istilah "lifetime employment" yang dulu kita kenal (di mana kita dapat membangun karier sejak lulus sampai kita pensiun di dalam satu perusahaan) sudah mulai tidak berlaku lagi. Yang harus dikembangkan adalah "lifetime employability", yaitu kemampuan untuk terus mengembangkan diri agar dapat mengembangkan karier dengan baik. selengkapnya...»

Seminar Ekonomi Antisipasi Krisis Global bagi Indonesia

HARI/TANGGAL : Sabtu, 21 Juni 2008
WAKTU : Pukul 09.30 wib
TEMPAT : Dhanapala Ballroom (Gedung D Departemen Keuangan)
Jl. Senen Raya 1, Jakarta


KEYNOTE SPEAKER: Dr. Stephen Tong (Pendiri RCRS, Teolog, Filsuf, Budayawan) selengkapnya...»

Publikasi E-SH

Terbitnya publikasi e-SH ini dilatarbelakangi perlunya bahan renungan versi elektronik yang tersusun secara teratur dan sistematis bagi masyarakat Kristen Indonesia pengguna internet sehingga memungkinkan mereka melakukan saat teduh dengan menggunakan media internet.

Karena itu, Yayasan Lembaga SABDA bekerja sama dengan Persekutuan Pembaca Alkitab menghadirkan publikasi e-SH, yaitu publikasi yang menyajikan bahan saat teduh yang diterbitkan secara teratur oleh Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) dan diterbitkan secara elektronik oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). selengkapnya...»

Inti Kekristenan

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Mungkin kita pernah mendengar komentar seperti ini: "Katanya dia sudah menjadi orang Kristen, tapi hidupnya kok masih amburadul, tidak mencerminkan karakter Kristus?"

Menjadi Kristen bukan sekadar mengalami adanya perubahan tingkah laku dan kondisi. Menjadi Kristen berarti kita memiliki status yang baru, yaitu menjadi orang yang tidak lagi ada dalam penghukuman (berdosa) dan menjadi orang yang "dibenarkan" (tidak berdosa) karena kita sekarang ada di "DALAM KRISTUS". Status manusia baru kita adalah di "DALAM KRISTUS". Jangan lagi mencoba memerbaiki manusia lama kita karena hal ini hanya akan mengubah yang di luar saja (tingkah laku), tapi dalamnya masih busuk. Menjadi manusia baru di "DALAM KRISTUS"lah yang akan menjadikan hidup kekristenan kita nyata mencerminkan karakter Kristus karena perubahan itu terjadi dari dalam hati dan terpancar ke luar (tercermin dalam tingkah laku).

Banyak orang Kristen yang belum menyadari arti berada di "DALAM KRISTUS" yang sesungguhnya. Artikel yang saya cuplik dari buku tulisan Ray dan Anne Ortlund ini, semoga menolong kita untuk benar-benar hidup sebagaimana layaknya manusia "DALAM KRISTUS" yang Tuhan kehendaki. Selamat merenungkan.

In Christ, Yulia < yulia(at)in-christ.net >

Penulis: 

Ray dan Anne Ortlund

Edisi: 

099/V/2008

Tanggal: 

16-05-2008

Isi: 
Inti Kekristenan

Inti Kekristenan

Di dalam Kristus, tentukan posisimu
Di mana Dia berada, di situlah Anda berada.
Di dalam Kristus, tentukan siapakah Anda Seperti apa Dia, seperti itulah dirimu.
Di dalam Kristus, tentukan bagianmu Apa yang Dia punya, bagikanlah.
Di dalam Kristus, tentukan langkahmu Apa yang Dia lakukan, lakukanlah.

INTI KEKRISTENAN

Ray menjadi anggota klub atletik di kampung halaman kami, daerah Pantai Newport. Klub itu memiliki satu keistimewaan. Anda tidak akan bisa masuk kecuali Anda menjadi anggotanya. Pemilik klub itu adalah teman kami yang bernama John, seorang Kristen yang merasa sangat terbantu oleh pelayanan Ray ketika ia menjadi pembicara di siaran radio "Haven of Rest". Itulah sebabnya ia begitu baik memberikan fasilitas keanggotaan gratis bagi Ray di klubnya.

Ray diperlakukan sama seperti anggota-anggota lain yang telah membayar. Ia masuk ke klub dan tak seorang pun yang mengusirnya. Ia mengangkat barbel, berlari di lintasan, menggunakan "jacuzzi", dan mandi di sana. Ia benar-benar menjadi anggota klub itu.

Di mata penjaga klub olahraga itu, ada orang yang boleh masuk dan menggunakan fasilitas, dan ada orang yang tidak boleh. Jadi, ada dua kategori, yang menjadi anggota dan yang tidak. Ini bukan masalah apakah klub itu menyukai beberapa orang lebih dari yang lain atau mengagumi seseorang lebih dari yang lain -- ini adalah masalah siapa yang adalah anggota dan siapa yang bukan anggota.

relasi dengan Allah

Di mata Tuhan, ada juga orang-orang "yang anggota" dan "yang bukan anggota". Dan, bukan masalah bila Tuhan mengasihi yang satu lebih dari yang lain -- Tuhan mengasihi semua orang. Akan tetapi, untuk berada "di dalam Kristus", ada harga yang harus dibayar; penyelamatan oleh Kristus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Dengan harga yang telah dibayar lunas oleh diri-Nya sendiri, Dia memberikan keanggotaan gratis sehingga mereka dapat menjadi anggota.

Betapa sangat disayangkan apabila Ray tidak pernah mencoba keanggotaan gratisnya. Hal itu juga akan sangat menyakitkan bagi John yang sudah berbaik hati memberikan keanggotaan gratis itu kepada Ray. Akan tetapi, jauh lebih buruk bila orang-orang percaya yang telah memiliki keanggotaan di dalam Kristus, yang karena keinginan mereka sendiri, tak pernah berjalan masuk dan menikmati semua hak-hak istimewa dan fasilitas yang Tuhan tawarkan bagi siapa saja yang berada di dalam-Nya.

Salah satu alasan mengapa orang tidak menjadi anggota keluarga Allah adalah karena mereka belum mengenal Yesus. Mereka tidak punya gambaran akan keuntungan dan bagaimana masuk ke dalam keanggotaan kerajaan Allah. Strong, dalam bukunya "Systematic Theology" (Teologia Sistematika), mengatakan bahwa doktrin untuk hidup di dalam Kristus adalah inti dari seluruh ajaran kekristenan, tetapi juga merupakan hal yang paling sering diabaikan.

Perhatikan bahwa inti kekristenan bukanlah pengetahuan, juga bukan kesetiaan pada gereja, bukan pula etika Kristen. INTI KEKRISTENAN ADALAH HIDUP DI DALAM KRISTUS.

Mari kita merenungkan hal ini lebih dari sekadar pengetahuan sejarah tentang Kristus. Merenungkannya lebih dari sekadar tentang menerima kematian-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita, yang oleh-Nya nama kita boleh berada dalam daftar keanggotaan Tuhan.

"Dua kata `dalam Kristus` ini sangat menjelaskan siapa diri kita jika dibandingkan dengan kata yang lain dan tidak ada deskripsi lain tentang kita yang jauh lebih menakjubkan daripada `dalam Kristus` atau pun implikasi lain selain `dalam Kristus`."

Dengan keinginan dan pengalaman sehari-hari, mulailah untuk hidup, bergerak, dan menempatkan diri Anda "di dalam Dia". Seperti yang Huegel katakan, "Serahkanlah hidupmu menjadi ... milik yang Empunya hidup." (Huegel 1980:7)

DIRI ANDA YANG BARU

"Suatu kejadian aneh sering terjadi dalam salah satu perjalanan ke luar angkasa," tulis San Diego Union (19 Mei 1979). "Setelah itu, beberapa astronot terus membicarakannya." Frank Borman mengatakan bahwa kejadian itu adalah "tujuan akhir dalam pengalaman rohani saya". Rusty Schweickart berkata, "Saya tidak lagi menjadi orang yang sama." James Irwin menimpali, "Saya ingin memberitahu orang banyak tentang ... pesan dari Tuhan Yesus."

Beberapa dari kita dapat pergi ke bulan, tetapi kita perlu mundur, menganggap seolah-olah kita berada di luar diri kita dan mendapatkan pandangan kekekalan tentang diri kita sendiri sebagai orang Kristen. Demikian juga kita perlu menjauhkan diri dari kesibukan kita sehari- hari dan melihat hidup kita secara keseluruhan dan mengetahui apa sebenarnya arti hidup di dalam Kristus.

Ketika Rasul Paulus menulis suratnya, dia sering menggunakan kata "dalam Kristus", yang membuat Anda berpikir bahwa pencetak masa itu pastilah sering sekali mencetak kata "dalam". Dari sembilan surat- suratnya kepada berbagai jemaat, enam di antaranya menyebutkan jemaat yang hidup "dalam Kristus". Tak peduli apakah mereka jemaat di Korintus yang lemah dan memikirkan hal-hal duniawi atau jemaat di Filipi yang kuat dan dewasa imannya -- apa pun kondisi iman mereka, Paulus mengatakan bahwa mereka berada di dalam Kristus. Tidak peduli betapa baiknya Anda, jika Anda adalah orang percaya ..., Anda harus ada di "dalam Dia".

Tahukah Anda betapa pentingnya posisi Anda sebenarnya di dalam Kristus? Sadarkah Anda betapa radikalnya pribadi Anda yang telah diperbarui sebagai hasil hidup dalam Kristus? "Jadi, siapa yang ada `di dalam Kristus`, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).

"Keberadaan Anda di dalam Dia telah mengubah diri Anda dan telah mengubah segala sesuatu yang berhubungan dengan Anda."

"Yang lama telah berlalu". Pikirkanlah pernyataan ini. Di mata Allah - - dan lebih dari yang Anda bayangkan -- karakter lama yang ingin Anda ubah adalah cerita lama; tujuan lama Anda yang tidak berharga telah pergi; kecerobohan dan keegoisan Anda telah dibuang; sekarang dan selamanya Anda berada di DALAM KRISTUS.

"Yang baru sudah datang". Cobalah untuk menganalisa menurut kacamata Allah yang Anda miliki tentang hidupmu yang diperbaharui, kebaikan yang baru, kendali yang baru, hikmat baru, belas kasihan yang baru, pandangan iman baru yang dibentuk dan diproses untuk jadi sempurna -- semuanya dapat terjadi karena Anda ada di DALAM KRISTUS.

SEBUAH PERSPEKTIF BARU

Dalam Yohanes 14 dan 15, Yesus sendiri yang menumbuhkan ide pentingnya agar Anda berada di dalam Dia. Paulus kemudian juga menekankan indahnya hidup di dalam Dia dan betapa banyak hal indah yang bisa kita rasakan di dalam Dia.

Kita menikah hanya "di dalam Tuhan". Anak-anak harus mematuhi orang tuanya "di dalam Tuhan". Sukacita, kesengsaraan, kemenangan, dan penderitaan semuanya "di dalam Tuhan". Penghiburan kita ada "di dalam Yesus Kristus". Teman sekerja kita "di dalam Yesus Kristus". Jerih payah kita tidak akan sia-sia "di dalam Kristus". Baptisan kita "di dalam nama Kristus Yesus". "Aku bersukacita di dalam Tuhan," kata Paulus. Salam "Damai sejahtera di dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan "Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan "... yang aku kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan "Semua yang baik di dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan "diberkatilah mereka yang mati di dalam Tuhan Yesus Kristus".

"Karena orang percaya berakar di dalam Dia," tulis The Daily Walk, "dibangun di dalam Dia, mati bersama-Nya, bangkit bersama Dia, hidup dengan Dia, tersembunyi dalam-Nya, dan dilengkapi oleh Dia, jadi sangat tidak mungkin bila orang percaya hidup tanpa Dia. Dilingkupi oleh kasih sayang Tuhan, dengan damai sejahtera-Nya yang memimpin hidup dan hati, mereka diperlengkapi untuk membuat Kristus semakin nyata dalam hidup sehari-hari." [Daily Walk, 30 November 1986]

Beradalah "di dalam Dia" ketika membangun relasi dengan seseorang. (Berdoalah: "Tuhan, Kau telah memberikan ______ (sebutkan namanya) ke dalam hidupku. Tolonglah agar aku dapat senantiasa memberkatinya dalam setiap pertemuanku dengannya? Berikan cara agar aku dapat bertumbuh dan membantu dia untuk bertumbuh bersama.")

Beradalah "di dalam Dia" agar Anda menjadi bijak. (Berdoalah: "Tuhan, tolong aku untuk menerima kekudusan-Mu yang membakar habis karakterku yang buruk dan menguatkan aku untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menyenangkan Engkau.")

Beradalah "di dalam Dia" agar Anda nyaman. (Berdoalah: "Tuhan, aku mengamini bahwa kesusahan dalam hidupku semuanya atas kehendak-Mu. Tetapi, tolonglah agar jangan sampai aku berkeluh kesah seperti orang yang tidak punya pengharapan. Terpujilah nama-Mu yang disebut orang sebagai Pemberi rasa aman!")

Beradalah "di dalam Dia" agar Anda dipimpin, diselamatkan, disembuhkan, dan ditolong. (Berdoalah: "Tuhan, sekarang dan dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupku hari ini, biarlah setiap hal yang aku lakukan menjadi doa dan membawaku semakin mendekat pada-Mu.")

Tinggallah di dalam Dia -- karena segala sesuatu dijadikan baik dan indah bagimu.

Teruslah mengaku, "Tuhan, Kaulah tempat perlindunganku."

POSISI ANDA DI DALAM KRISTUS

Gambar: anugerah

Dalam salah satu perjalanan ke Israel, kami berdua sempat menghabiskan beberapa waktu di Swiss. Menghabiskan satu malam di sebuah hotel di Swiss adalah pengalaman yang paling tak terlupakan. Saat itu musim dingin di daerah pegunungan Alpen dan kami menghangatkan perut kami dengan makan malam yang lezat sambil duduk di dekat perapian dan kemudian beranjak tidur. Keesokan paginya, kami bangun dan menikmati sarapan yang mengenyangkan sebelum berenang di kolam renang hotel yang sangat mewah. Airnya hangat. Dua dari empat dinding di kolam renang ruang tertutup tersebut terbuat dari kaca dengan sedikit salju yang menempel di bagian luar dinding kaca itu. Di kejauhan, tampak pemandangan lereng gunung yang indah dan orang-orang yang bermain ski menuruni gunung dan melintas beberapa meter saja dari dinding kaca kami. Kami melihat semuanya itu -- Pegunungan Alpen, salju, dan para pemain ski -- menyatu dengan hangatnya air kolam renang.

Sama seperti semua kenyamanan yang ada di hotel Swiss tersebut -- posisi kita sangat menentukan -- apakah kita berada "di luar" atau "di dalam". Berada "di dalam Kristus" membuat semua perbedaan dalam kehidupan kekristenan Anda. Semua titik keseimbangan Anda sebagai seorang Kristen, pemahaman Anda mengenai sebuah hubungan, takdir, fungsi-fungsi diri, semuanya berasal dari pengertian "di mana Anda berada". Ketika Anda mengerti "di mana posisi Anda", apa artinya berada di dalam Kristus, Anda akan memahami bagaimana Anda diperlengkapi dan apa yang akan Anda lakukan sebagai hasilnya.

Paulus sebenarnya tidak pernah mendefinisikan istilah "di dalam Kristus"; kita pun tidak perlu melakukannya. Dia hanya "menggunakannya" secara terus-menerus sampai Anda melihat pengaruhnya yang besar. Itu bukan semata masalah yang klise, tetapi salah satu hal yang mendukung banyak aspek kehidupan kekristenan.

APA MAKSUDNYA BERADA DI DALAM KRISTUS?

"ARTINYA KEDEKATAN YANG AMAT SANGAT DENGAN TUHAN." Ketika Anda berada di dalam Kristus, Anda menjadi bagian dari-Nya, Anda terhubung dengan Dia. Tidak ada situasi yang lebih dekat daripada ketika Anda sudah berada di dalam Dia.

Paulus tahu bahwa dalam penjara di Roma, dalam kapal yang diserang badai, di aula pengadilan Kaisar -- di mana pun dia, semuanya baik- baik saja. Mengapa? Karena "di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada" (Kisah Para Rasul 17:28). Lebih lanjut, Tennyson mengatakan demikian:

Berbicaralah kepada-Nya, sebab Ia mendengar, Agar rohmu dan Roh-Nya dapat bertemu. Dia lebih dekat dari napasmu, Dia lebih terjangkau dari tangan dan kakimu.

Jika saat ini Anda merasa jauh dari Allah, kita bukanlah subjek atau yang "merasakan". Jangan pernah melandaskan apa yang Anda percayai pada apa yang Anda alami, tetapi landaskanlah kepada kebenaran firman Allah. Entah Anda merasakan atau tidak, ALLAH DEKAT KEPADA ANDA DAN ANDA DEKAT KEPADA ALLAH -- amat sangat dekat.

Jika kedekatan itu menggetarkan jiwa Anda, berarti Allah berada sangat dekat dengan Anda.

Jika kedekatan itu tidak menggetarkan Anda, Allah pun tetap dekat kepada Anda.

Sementara Anda belajar untuk berjalan dengan iman dan bukan dengan apa yang tampak, kedamaian dan kenyamanan akan mulai menyebar di jiwa Anda. Anda akan tahu, seperti Paulus, DI MANA PUN ANDA BERADA, SEGALANYA akan berjalan baik -- karena Anda dekat, sangat dekat kepada-Nya. Anda berada DI DALAM DIA.

"BERADA 'DI DALAM KRISTUS', SEMUA KEBUTUHAN ANDA AKAN TERPENUHI." "Allahku akan memenuhi semua kebutuhanmu," dikatakan di Filipi 4:19, " ... di dalam Kristus Yesus." Jadi tidak ada situasi-situasi yang percuma ketika situasi-situasi itu "tidak memenuhi kebutuhan Anda". Anda dilahirkan untuk hidup dalam ketenteraman dengan beberapa kekurangan karena di baliknya, kebutuhan Anda yang terdalam dipenuhi - - di dalam Kristus. Anda mungkin berganti pekerjaan atau berpindah kota -- tetapi itu terjadi bukan karena kebutuhan Anda yang tidak terpenuhi. Bahkan, arena Colosseum dengan singanya yang harus dihadapi -- karena ANDA TAHU DI MANA ANDA BERADA, dan Anda digambar serupa dengan Sumber Anda.

"DI DALAM KRISTUS", ADA PERLINDUNGAN. Kami mengenal seorang ibu dan dua anak perempuannya yang alergi terhadap banyak zat di dunia ini sehingga mereka harus hidup dalam sebuah rumah khusus di hutan yang dibangun dan dilengkapi hanya untuk mereka dalam waktu yang lama.

Kita pernah membaca tentang anak-anak yang dilahirkan tanpa sistem pertahanan tubuh sehingga mereka hidup dalam balon plastik untuk menghindari kuman.

Berada di dalam Kristus, dalam arti rohani, berarti perlindungan yang Anda perlukan untuk menghadapi segala yang jahat dan berbahaya di dunia ini.

"Apa?" kata Anda. "Jadi aku tidak akan pernah mengalami kecelakaan mobil? Aku tidak akan kehilangan orang yang aku kasihi? Aku tidak akan pernah mendengar berita buruk?"

Hidup di dalam Kristus dimulai "dengan membedakan". Itu berarti melibatkan kehidupan yang berlawanan. Ini dimulai dari tingkah laku. Dan, semuanya itu tidak ada hubungannya dengan keadaan lingkungan Anda, tetapi "bagaimana Anda menanggapi" lingkungan Anda. Itulah arena kehidupan yang sesungguhnya.

Pemazmur mengatakan:

"(Orang yang berjalan di dalam Tuhan) tidak akan goyah untuk selamanya ... Ia tidak takut kepada kabar celaka; hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan. Hatinya teguh, ia tidak takut." (Mazmur 112:6-8)

Tuhan memagari orang yang benar -- seperti yang dilakukan-Nya kepada Ayub (Ayub 1:10). Pagar itu adalah "tinggal di dalam Kristus". Dengan demikian, Dia tahu bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat menyentuhnya karena Bapa yang baik dan penuh kasih telah merancangkan rencana terbaik untuknya. Allah berkata kepadanya, "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi." (Yosua 1:9). Ketika Anda mulai memahami bahwa ada perisai tak tampak yang melindungi Anda tanpa henti ketika Anda tinggal di dalam Kristus, maka hidup Anda akan mengalami banyak perubahan.

Kami mempunyai teman, seorang pemilik toko buku Kristen dan istrinya, yang baru saja melewati tahun yang berat. Tanpa diketahui, seorang pembeli yang ceroboh membuat mereka berhutang 100.000 dolar Amerika. Dalam pertemuan dengan para penjual buku, istrinya jatuh sakit. Selama berbulan-bulan, dia menderita bronkitis dan sekarang menderita pula penyakit ruam syaraf. Dia menulis kepada kami, "Selain dari masalah- masalah ini, hidupku tampak baik-baik saja!"

Sepanjang kami mengenal mereka, pasangan ini telah menunjukkan kedamaian tinggal di dalam Tuhan. Mereka tidak berlari dari masalah dan menghadapinya dengan iman.

Dalam menghadapi masalah, Alkitab mengajarkan: "Janganlah heran," kata Petrus. "Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan," ajar Yakobus. Dan banyak lagi yang mengatakan, "Jangan takut, jangan takut, dan jangan takut." "Tinggallah di dalam Tuhan." "Percayalah kepada Tuhan."

Ketika Anda menyadari bahwa ada perisai yang tak terlihat yang terus melindungi Anda, Anda akan tetap tinggal di dalam Kristus dengan sukacita dan damai sejahtera di hati.

HIDUP ANDA DI DALAM KRISTUS

Seperti apa hidup Anda jika Anda tinggal di dalam Kristus?

KETIKA SITUASI YANG BURUK MENGANCAM, Anda tidak akan takut -- Anda akan berdoa,

"Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung." (Mazmur 16:1)

KETIKA ANDA BERGUMUL DENGAN PERASAAN BERSALAH, Anda akan mengingat janji-janji-Nya: "Semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman." (Mazmur 34:22). "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus." (Roma 8:1).

Firman di atas benar adanya bagi teman kami, Mark, yang bergumul dengan banyak rasa ketidakamanan. Dia dibesarkan di panti asuhan, tanpa mengetahui dari mana asalnya atau pun siapakah dia, yang dia tahu adalah dia ada di dunia ini begitu saja. Bahkan, ketika di panti asuhan, dia direndahkan dan akhirnya melarikan diri. Namun, tanpa mengenal siapa dirinya, tanpa uang, tanpa pengalaman apa-apa, Mark menjadi orang yang berhasil, kaya, dan punya banyak pengalaman.

Di dalam dirinya, kecenderungan manusiawinya adalah merendahkan dirinya, rasa khawatir membuatnya bekerja terlalu keras dan berpikir bahwa segala sesuatu tidak akan pernah cukup baginya. Tanpa Kristus, Mark mungkin sudah bunuh diri. Akan tetapi, Mark terus-menerus datang dan bertanya pada Yesus; pengalaman berdoa bersama Mark sungguh merupakan pengalaman yang luar biasa. Posisinya "di dalam Kristus" telah melepaskan ketegangan, menimbulkan sukacita, dan memberinya kekuatan penuh kepadanya untuk melaju.

"DALAM SETIAP KESULITAN", Anda dapat bersandar kepada-Nya.

"Demikianlah TUHAN adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan." (Mazmur 9:9)

Kami berlaku sangat emosional beberapa waktu lalu. Tanpa meluangkan waktu untuk berdoa, kami menjadi penanggung hutang seorang teman kami, yang sebenarnya tidak diizinkan menurut kitab Amsal. Kemudian, teman kami bangkrut dan perusahaan yang meminjaminya mengambil semua tabungan kami.

Sampai beberapa tahun lamanya, kami pikir akan kehilangan rumah akibat menanggung hutang teman kami tersebut. Kami harus mengakui, "Tuhan, kami berdosa. Kami yang meminta, maka kami juga harus berani kehilangan." Akan tetapi, kami sungguh mengandalkan Tuhan sebagai tempat perlindungan. Kami menyerahkan masalah ini ke dalam tangan-Nya. (Mungkin inilah yang membantu kami karena pelayanan membuat kami terlalu sibuk untuk benar-benar memikirkannya.)

"KETIKA SESEORANG BERLAKU JAHAT PADA ANDA", Anda akan semakin dalam tinggal di dalam Kristus.

"Ya TUHAN, Allahku, pada-Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku dan lepaskanlah aku." (Mazmur 7:1)

Pada tahun ketiga dari dua puluh tahun pelayanan kami sebagai gembala di Lake Avenue Congregational Church, tiga orang wanita menyatakan bahwa kami mendukung komunis. Mereka menulis surat kepada tiga ribu anggota kami -- termasuk kepada para misionaris yang sedang bertugas di ladang misi karena mereka khawatir tentang pendeta baru mereka yang "liberal". Mereka mendatangi setiap rumah jemaat dengan sebuah petisi agar kami meninggalkan gereja kami; mereka bahkan membawa kami ke badan pengurus gereja.

Melalui tahun yang sulit itu, tidak sekali pun kami mencoba memertahankan diri kami (1 Petrus 2:21-23; Yesaya 53:7). Melihat kembali kejadian itu, kami tahu betapa Allah tidak hanya melepaskan kami dari kesulitan, tetapi Dia juga menggunakan hal ini untuk semakin menyatukan kami dengan jemaat kami.

Ya, ketika reputasi Anda sedang terancam, maka perlindungan Anda datangnya dari Kristus.

"Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu." (Mazmur 25:20)

"DALAM BAHAYA, ANDA AKAN DAPAT BERSUKACITA"

"Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada kesesakanku." (Mazmur 59:16)

Pendek kata, "DI DALAM KRISTUS, ANDA TIDAK AKAN MENGALAMI KEBINGUNGAN":

"Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku." (Mazmur 62:6,7)

Di dalam Tuhan, Anda akan mengetahui dari manakah sukacita Anda berasal.

"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersuka cita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya." (Mazmur 5:11)

Perjanjian Lama menyebut-Nya sebagai tempat perlindungan, gunung batu, dan kekuatan; kata-kata ini memenuhi pikiran pemazmur. Kami menghitung ada 61 kali di mana kata-kata ini mendeskripsikan Tuhan -- sebagai pendukung Mazmur lain yang mengatakan, "Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia." (Mazmur 32:10); "Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu" (Mazmur 31:20); "Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun." (Mazmur 90:1); "Orang yang duduk dalam lindungan ... dan bermalam dalam naungan ...." (Mazmur 91:1); "... pada-Mulah aku berteduh!" (Mazmur 143:9).

Perjanjian Baru menyebut secara spesifik nama Pelindung teguh ini sebagai Yesus. Haleluya! Bahkan dengan spesifik disebut sebagai Kristus, nama Pemilik kebangkitan dan kuasa.

Dalam kemuliaan menurut Injil Perjanjian Baru, saya dan Anda ada "DI DALAM YESUS KRISTUS".

Anda berada di dalam-Nya sama seperti seorang bayi dalam kandungan -- bahkan lebih nyaman.

Anda berada di dalam-Nya sama seperti ulat dalam kepompong yang akan menjadi kupu-kupu -- tetapi lebih indah daripada itu.

Anda berada di dalam-Nya sama seperti penyelam dalam pakaian selamnya -- bahkan lebih aman daripada itu.

Anda berada di dalam-Nya sama seperti burung di udara atau ikan di dalam air -- tetapi tempat Anda jauh lebih baik.

Berada di dalam Kristus berarti Anda ditempatkan Allah di lingkungan yang baru -- seperti yang dikatakan James Stewart, "Dipindahkan ke dalam tanah yang baru dan iklim yang baru, di mana baik tanah maupun iklim itu, keduanya adalah Kristus." (Stewart: 157)

Atau dapat kami katakan bahwa berada di dalam Kristus berarti hidup Anda dan hidup-Nya yang penuh kemuliaan benar-benar menjadi satu. "Kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu." (Yohanes 14:20). Dia dan Anda berada "di dalam" satu sama lain -- bergabung, tidak dapat dipisahkan, dan dilihat sebagai suatu kesatuan dengan Allah.

Jika pelajaran "berada di dalam Kristus" merupakan hal yang baru bagi Anda, pengetahuan akan hal itu akan meluaskan pikiran Anda untuk menangkap lebih lagi tentang karya "penyelamatan yang besar", dan pelaksanaan dari pengenalan hidup di dalam Kristus akan mewarnai seluruh kehidupan Anda. Kebenaran yang satu ini sangat penting dan menjadi dasar kekristenan. Anda membangun hidup Anda di atasnya.

inti kekristenan bukanlah pengetahuan, juga bukan kesetiaan pada gereja, bukan pula etika Kristen. INTI KEKRISTENAN ADALAH HIDUP DI DALAM KRISTUS.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Ketika Anda belajar, Anda akan lebih memahami betapa luar biasa indahnya Tuhan Yesus itu. Siapa yang pernah mendengar ungkapan "berada dalam Abraham Lincoln" atau "berada dalam Shakespeare"? Ketika Anda melihat bahwa diri Anda berada "di dalam Kristus", Anda akan melihat Dia jauh di atas siapa pun yang paling berpengaruh dalam sejarah.

Ketika Martin Luther menulis tentang berada "di dalam Kristus", dia berkata, "Kita merasa seperti anak-anak yang belajar untuk berbicara. Kita hanya dapat berbicara terpatah-patah atau pun hanya beberapa kata ketika kita berbicara mengenai hidup dalam Kristus."

Allah mengangkat seorang pendosa miskin, oleh kasih karunia-Nya, menyelamatkan dia, dan menempatkannya di dalam Kristus. Akan menghabiskan seluruh hidup kita untuk mengetahui apa artinya tindakan Tuhan tersebut. Tetapi, kami tahu hal itu berarti Anda dengan kesungguhan hati dapat mengatakan, "YA TUHAN! KAULAH TEMPAT PERLINDUNGANKU."

SEMAKIN MENGENAL KRISTUS

"Dua kata `dalam Kristus` mungkin merupakan kata yang paling tepat untuk mendefinisikan Anda sebagai seorang Kristen dibanding kata yang lain. Keberadaan Anda di dalam Dia telah mengubah Anda selamanya -- Anda sekarang tak terpisahkan dari Kristus, dilindungi dengan sangat oleh Dia, dan memperoleh hidup kekal melalui Dia. Coba pikirkan lagi beberapa hak dan keistimewaan yang Anda dapatkan di dalam Kristus, dan apa artinya hal tersebut bagi Anda hari ini."

REFLEKSI PRIBADI

Baca 1 Petrus 1:3-9

Sekalipun Petrus tidak menggunakan istilah "di dalam Kristus", dia menjelaskan bagaimana kita bisa berada "di dalam Kristus" pada ayat 3. Bagaimana dia mendeskripsikannya?

Keuntungan apa yang kita dapatkan dengan menjadi seorang Kristen menurut ayat 4? Jelaskan keuntungan itu?

Siapa yang dilindungi oleh perisai kuasa Allah (ayat 5)? Bagaimana caranya?

Baca ayat 6-7. Bagaimana orang percaya dapat "selamat" atau bertahan terhadap berbagai kesengsaraan? Apa tujuan pencobaan- pencobaan itu?

Keuntungan yang disebutkan di ayat 3-7 berkaitan dengan masa depan kita. Keuntungan apa yang ada bagi mereka yang di dalam Kristus sekarang (ayat 8-9)? Apakah Anda mengalaminya? Jika ya, mengapa, dan jika tidak, mengapa?

Baca Efesus 2:11-22

Menurut ayat 12, lima hal apa yang terjadi bila seseorang berada di luar Kristus? Mana dari hal-hal tersebut yang paling menyusahkan Anda jika Anda belum menjadi Kristen?

Keuntungan apa yang dirasakan jemaat di Efesus karena pengenalan mereka yang baru akan Kristus? Mana yang sesuai dengan Anda?

Menurut Anda, mengapa Paulus mengingatkan jemaat Efesus tentang kehidupan mereka yang tanpa Allah? Apakah kehidupan iman Anda akan tertolong jika mengingat hidup Anda dulu sebelum menjadi seorang Kristen? Bagaimana hal itu menolong Anda?

Jika Anda harus memilih satu keistimewaan menjadi seorang Kristen yang paling menguatkan Anda dari perikop ini, keistimewaan yang manakah itu? Mengapa?

Cobalah beberapa saat menjadi seorang penulis lagu. Lalu, coba tuliskan sebuah bait tentang rasa syukur Anda kepada Tuhan atas keistimewaan yang Dia berikan kepada kita di dalam Kristus seperti yang dideskripsikan di dalam perikop ini.

Jika Anda menggunakan pedoman belajar ini dalam kelompok, mintalah setidaknya beberapa anggota untuk membaca bait yang telah mereka tulis. (t/Anggit)

Audio: Inti Kekristenan

Referensi:
Huegel, F.J.. 1980. Bone of His Bone. Michigan : Zondervan Publishing House. Stewart, James. A Man in Christ. New York: Harper and Row.
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Judul buku : Confident in Christ
Judul asli artikel : The Essence of Christianity
Penulis : Ray dan Anne Ortlund
Penerbit : Multnomah, Portland 1989
Halaman : 17 -- 30

Introduksi pada Iman Reformed (Bagian 2)

Editorial: 

Dear Reformed Netters,

Kiriman artikel bulan April ini adalah sambungan dari artikel yang dikirim bulan Maret lalu. Selamat menyimak.

Jika Anda belum mendapatkan kiriman artikel bulan Maret yang lalu dan ingin mendapatkannya, silakan menghubungi saya.

In Christ, Yulia < yulia(a t)in-christ.net >

Penulis: 

John M. Frame

Edisi: 

098/IV/2008

Tanggal: 

02-05-2008

Isi: 
INTRODUKSI PADA IMAN REFORMED Oleh: John M. Frame (Bagian 2)

IMAN REFORMED MENGAJARKAN KOVENAN KETUHANAN ALLAH SECARA KOMPREHENSIF

Saya sekarang akan melanjutkan dengan ringkasan yang lebih komprehensif dari sistem doktrin Reformed. Argumentasi yang akan saya berikan adalah sebagai berikut: Allah biblikal adalah "Tuhan kovenan" dan semua karya-Nya dalam penciptaan dan keselamatan adalah sebuah karya berdasarkan pada ketuhanan kovenan-Nya. Oleh karena itu, "Allah adalah Tuhan kovenan" merupakan ringkasan dari berita Alkitab. Iman Reformed juga bisa diringkaskan dengan cara ini: semua unsur esensial dari iman Reformed dapat dilihat sebagai karya dari ketuhanan kovenan Allah. Fakta bahwa "ketuhanan kovenan" merupakan hal yang sentral di Kitab Suci, dan teologi Reformed adalah suatu argumen besar yang berpihak pada teologi Reformed sebagai formulasi pengajaran Kitab Suci yang terbaik.

Saudara akan menemukan bahwa "kovenan" itu telah dijelaskan secara berbeda oleh teolog yang berbeda, bahkan di kalangan Reformed. Tetapi bagi saya, hal berikut ini kelihatannya mencakup unsur-unsur esensial dari kovenan yang alkitabiah antara Allah dan manusia. Sebuah "kovenan" adalah sebuah relasi antara "Tuhan" yang berdasarkan kedaulatan-Nya, dengan memanggil sekelompok "umat"(8) menjadi milik- Nya, yaitu umat yang disebut sebagai alat-alat Tuhan atau hamba-hamba Tuhan. Ia memerintah atas mereka dengan kuasa dan hukum-Nya, dan memberikan kepada mereka berkat yang unik (atau dalam kasus tertentu, kutuk yang unik). Supaya kita dapat memahami "kovenan" dengan lebih baik, maka kita harus memahami "ketuhanan" dengan lebih baik.

ARTI DARI KETUHANAN

Pertama, "Tuhan" merepresentasikan istilah Ibrani "YHWH" yang merupakan misteri (pada umumnya dilafalkan "Yahweh", kadang-kadang ditemukan sebagai "Jehovah" atau "Lord" dalam terjemahan bahasa Inggris). Kata ini dikaitkan dengan kata kerja "to be" seperti dalam "I am" di Keluaran 3:14 (perhatikan kehadiran YHWH di ayat 15). Selain Keluaran 3:12-15, ada beberapa pasal di Kitab Suci yang kelihatannya pada derajat tertentu menjelaskan tentang arti dari nama yang merupakan misteri itu. Lihat Keluaran 6:1-8; 20; 33; 34; Imamat 18-19; Ulangan 6:4, dst.; Yesaya 41:4; 43:10-13; 44:6; 48:12, dst. Di PB, Yesus memakai nama "Kurios", sebuah istilah Yunani yang digunakan untuk menerjemahkan YHWH di dalam PL yang berbahasa Yunani. Pada saat Ia memakai nama itu, Ia mengambil peran yang dimiliki oleh Yahweh di PL sebagai Tuhan, kepala dari kovenan. Di dalam pikiran saya, hal itu merupakan salah satu dari bukti yang paling kuat tentang keilahian Kristus. Oleh karena itu, bagian-bagian tertentu di PB, seperti Yohanes 8:31-59; Roma 10:9; 1 Korintus 12:3; Filipi 2:11, juga sama pentingnya bagi pemahaman kita tentang konsep ketuhanan di Alkitab. Dalam pengajaran saya tentang doktrin Allah, saya menjelaskan tentang hal ini dengan lebih rinci,(9) yaitu memerlihatkan kepada Saudara bagaimana ayat-ayat itu mengajarkan suatu konsep tertentu tentang ketuhanan ilahi. Dalam tulisan ini, saya hanya sekadar menyajikan konklusi-konklusi dari studi saya. Namun demikian, penyelidikan atas ayat-ayat ini akan berguna bagi Saudara untuk melihat bagaimana konsep-konsep berikut ini saling berkaitan satu dengan yang lain.

Konklusi saya adalah bahwa ketuhanan di Alkitab meliputi tiga aspek: kontrol, otoritas, dan kehadiran.

Pertama, kontrol. Tuhan adalah pribadi yang memiliki kontrol yang total atas dunia ini. Pada waktu Allah menebus Israel dari Mesir, Ia melakukannya dengan tangan yang kuat dan berkuasa. Ia mengontrol semua kekuatan alam untuk mendatangkan kutuk atas Mesir serta mengalahkan kekuatan-kekuatan dari penguasa terbesar yang totaliter pada saat itu. Lihat Keluaran 3:8, 14, 20; 20:2; 33:19; 34:6; Yesaya 41:4; 43:10-13; 44:6; 48:12, dan seterusnya. Saya telah menjelaskan tema biblikal ini dalam kaitan dengan doktrin predestinasi. Seharusnya disebutkan juga, bahwa kontrol Allah bukan hanya berkaitan dengan doktrin keselamatan, melainkan atas seluruh alam dan sejarah. Efesus 1:11 dan Roma 11:36 menyatakan kebenaran ini secara khusus, dan banyak bagian lain di Kitab Suci yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang didasarkan pada pengaturan Allah. Hal itu termasuk penjelasan tentang jatuhnya burung pipit dan jumlah rambut di kepala kita.

Dosa dan kejahatan juga bagian dari rencana Allah. Hal itu merupakan misteri, dan kita harus hati-hati dalam pernyataan kita. Namun demikian, Kitab Suci memang mengaitkan keberdosaan manusia dengan tujuan-tujuan Allah. Contohnya, lihat Kejadian 45:7; 50:20; 2 Samuel 24:1, 10 (bdk. lTawarikh 21:1); 1 Raja-raja 22:19-23; Kisah Para Rasul 2:23; 4:27-28; Roma 1:24, 26, 28; 9:11-23.

Bagaimana kita dapat merekonsiliasikan fakta-fakta ini dengan kebenaran dan kebaikan Allah? Saya telah membahas "problema kejahatan" ini dengan rinci dalam buku "Apologetics to the Glory of God", halaman 149 -- 190. Saya tidak percaya bahwa kita bisa sepenuhnya memahami alasan-alasan Allah untuk mengaitkan kejahatan ke dalam rencana-Nya. Dengan jelas, Ia melakukannya supaya suatu tujuan yang berada dalam konteks sejarah secara menyeluruh merupakan suatu tujuan yang baik (Kejadian 50:20). Di samping itu, yang terbaik adalah meneladani Ayub yang berdiam diri pada saat berhadapan dengan misteri dari kejahatan (Ayub 40:4-5; 42:1-6). Tentu saja kita tidak mengompromikan kedaulatan Allah dengan menyetujui ide seperti konsep Arminian tentang "kehendak bebas", yaitu tindakan-tindakan manusia yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh Allah.(10)

Kontrol ilahi tentu saja tidak mengimplikasikan penyebab sekunder, contohnya pilihan-pilihan manusia tidaklah penting. Allah umumnya mencapai tujuan-tujuan-Nya yang agung dengan menggunakan alat-alat yang fana. Tujuan-Nya adalah untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia, bukan melalui pernyataan mukjizat, tetapi melalui pemberitaan dan pengajaran yang dilakukan oleh manusia (Matius 28:19, dst.). Tidak ada keselamatan (paling tidak di kalangan orang dewasa) tanpa iman dan pertobatan manusia (Yohanes 3:16; Kisah Para Rasul 2:38). Mereka, yang berargumen atas dasar kedaulatan Allah, para penginjil sama sekali tidak boleh mengajak orang untuk mengambil "keputusan", tidak memahami keseimbangan biblikal. Kedaulatan Allah tidak mengesampingkan penyebab sekunder; melainkan menguatkan mereka, memberikan mereka signifikasi.

Allah dari Kitab Suci bukan jenis yang abstrak, yang berlawanan dengan dunia, sehingga segala sesuatu yang dikaitkan pada-Nya harus disangkali ada pada manusia, demikian pula sebaliknya. Melainkan, Allah adalah pribadi, dan Ia telah menciptakan dunia sesuai dengan rencana-Nya. Beberapa hak prerogatif tidak ada pada makhluk ciptaan, seperti hak Allah yang eksklusif untuk disembah dan hak-Nya untuk melakukan sebagaimana yang dikehendaki-Nya dalam kehidupan manusia. Tetapi kebanyakan peristiwa dalam dunia memiliki penyebab-penyebab ilahi dan makhluk ciptaan; yang satu tidak membatalkan yang lain. Arminian dan hiper-Calvinis melakukan kesalahan dalam hal ini.

Kedua, otoritas. Otoritas adalah hak untuk ditaati. Tuhan memiliki hak tertinggi untuk itu. Sewaktu Ia berfirman, firman-Nya harus ditaati. Kovenan selalu mencakup firman, sebagaimana yang akan kita lihat dalam studi kita tentang doktrin firman Allah. Tuhan kovenan berbicara pada umat kovenan-Nya berkaitan dengan nama-Nya yang kudus, berkat-berkat- Nya di masa lampau bagi mereka, tuntutan-tuntutan-Nya atas perilaku mereka, janji-janji-Nya, dan peringatan-peringatan-Nya. Firman yang ditulis dalam sebuah dokumen, dan pelanggaran terhadap firman Tuhan dalam dokumen tertulis itu berarti pelanggaran terhadap kovenan itu sendiri.

Sewaktu Allah menemui Musa di Mesir, Ia datang dengan firman yang berotoritas bagi Israel dan Firaun, yaitu suatu firman yang tidak mereka taati atas risiko mereka sendiri. Lihat Keluaran 3:13-18; 20:2, dan seterusnya; Imamat 18:2-5, 30; 19:37; Ulangan 6:4-9; Lukas 6:46, dan seterusnya. Otoritas-Nya mutlak dalam tiga arti: (a) Ia tidak dapat dipertanyakan (Roma 4:14-20; Ibrani 11; Ayub 40:1, dst.; Roma 9:20). (b) Kovenan-Nya melampaui semua kesetiaan pada yang lainnya (Keluaran 20:3; Ulangan 6:4, dst.; Matius 8:19-22; 10:34-38; Filipi 3:8). (c) Otoritas kovenan-Nya meliputi semua area kehidupan manusia (Keluaran -- Ulangan; Roma 14:23; 1 Korintus 10:31; 2 Korintus 10:5; Kolose 3:17, 23).

Ketiga, kehadiran. Tuhan ialah pribadi yang mengambil suatu umat menjadi milik-Nya. Ia menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat- Nya. Jadi, Ia "bersama mereka" (Keluaran 3:12). Kehadiran Tuhan bersama umat-Nya merupakan suatu tema yang indah yang tersebar di Kitab Suci; lihat Kejadian 26:3; 28:15; 31:3; 46:4; Keluaran 3:12; 33:14; Ulangan 31:6, 8, 23; Hakim-hakim 6:16; Yeremia 31:33; Yesaya 7:14; Matius 28:20; Yohanes 17:25; 1 Korintus 3:16, dan seterusnya; Wahyu 21:22.

Jadi, Yahweh dekat dengan umat-Nya, tidak seperti ilah-ilah dari bangsa lain (Imamat 10:3; Ulangan 4:7; 30:11-14 [Roma 10:6-8]; Mazmur 148:14; Yeremia 31:33; Yunus 2:7; Efesus 2:17; Kolose 1:27). Ia secara harfiah "mendengar" Israel dalam kemah suci dan bait Allah. Kemudian Ia mendekat di dalam Yesus Kristus dan dalam Roh Kudus. Dan berdasarkan kemahakuasaan-Nya dan kemahatahuan-Nya, Ia tidak pernah jauh dari siapa pun (Kisah Para Rasul 17:27-28). Berdasarkan pemahaman ini, seluruh ciptaan terikat dengan Dia oleh kovenan. Lihat Kline, "Images of the Spirit".

Kehadiran Allah berarti suatu berkat, tetapi dapat juga berarti suatu kutukan, pada saat umat itu melanggar kovenan. Lihat Keluaran 3:7-14; 6:1-8; 20:5, 7, 12; Mazmur 135:13, dan seterusnya; Yesaya 26:4-8; Hosea 12:4-9; 13:4, dst.; Maleakhi 3:6; Yohanes 8:31-59.

Saya akan merujuk pada tiga kategori ini sebagai "atribut ketuhanan". Mereka tidak terpisahkan; setiap kategori terkait dengan dua kategori lainnya. Kontrol Tuhan dilaksanakan melalui otoritas perkataan-Nya pada ciptaan (Kejadian 1); oleh karena itu "kontrol" melibatkan otoritas. Kontrol itu komprehensif, jadi meliputi kehadiran Allah di seluruh ciptaan. Demikian halnya dengan setiap atribut ketuhanan termasuk dua yang lainnya. Oleh karena itu, setiap atribut hadir, bukan "terpisah" dari ketuhanan Allah, tetapi keseluruhannya, dari satu "perspektif"(11) yang partikular.

SENTRALITAS DARI KETUHANAN DI KITAB SUCI

"Tuhan" merupakan nama dasar kovenan dari Allah (Keluaran 3:13-15; 6:1-8; Roma 14:9). Ada nama lain dari Allah, tetapi ini merupakan nama yang berarti bahwa Ia adalah kepala dari kovenan dengan umat-Nya. Ini adalah nama, di mana dengan nama itu Ia berharap dikenali oleh umat kovenan-Nya.

Hal itu dapat ditemukan dalam pengakuan dasar dari iman umat Allah di Kitab Suci (Ulangan 6:4, dst.; Roma 10:9; 1 Korintus 12:3; Filipi 2:11). Dasar pengakuan dari Kovenan Lama adalah "Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang esa". Pengakuan dasar dari Kovenan Baru adalah "Yesus Kristus adalah Tuhan".(12)

Semua tindakan Allah yang maha kuasa dalam ciptaan dan sejarah dilakukan "supaya mereka mengetahui bahwa Aku adalah Tuhan" (Keluaran 14:18; l Raja-raja 8:43; Mazmur 9:10; dst.). Berulang kali di Yesaya, Tuhan menyatakan bahwa "Akulah Tuhan, Akulah Dia" (Yesaya 41:4; 43:10- 13). Kata "Aku adalah" mengingatkan pada Keluaran 3:14.

SENTRALITAS KETUHANAN KOVENAN DALAM IMAN Reformed

Iman Reformed juga menekankan ketuhanan kovenan Allah atas umat-Nya. Konsep kovenan tidak digunakan secara sistematis oleh Calvin, meskipun secara partikular kesinambungan dari ide tentang kontrol, otoritas, dan kehadiran cukup menonjol dalam pikirannya. Merupakan hal yang alamiah bahwa di kalangan penerus Calvin ada perkembangan yang menyeluruh dan aplikasi dari ide kovenan, dan bahwa konsep itu telah menjadi perhatian utama dari para teolog Reformed sampai hari ini.

Pertama, kontrol. Jelas sekali teologi Reformed telah menekankan kontrol Allah, yang "melakukan segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya" (Efesus 1:11). Kita telah membahas penekanan ini dalam pembahasan kita tentang predestinasi dan teologi Reformed juga menekankan kedaulatan Allah dalam penciptaan dan providensia. Bersama Kitab Suci, teologi Reformed juga memertahankan kepentingan dari penyebab sekunder. "Hyper-Calvinist", yang berada di perbatasan fatalisme,(13) kadang-kadang menyangkali kepentingan dari keputusan serta aktivitas makhluk ciptaan; tetapi hal ini tidak merepresentasikan tradisi Reformed yang utama.

Kedua, otoritas. Reformed telah selalu menekankan, lebih dari kebanyakan cabang kekristenan lain, bahwa manusia harus tunduk pada hukum Allah. Sebagian orang yang mengaku orang Kristen telah mengatakan bahwa hukum dan anugerah, atau hukum dan kasih, selalu berlawanan, sehingga orang Kristen tidak ada kaitan dengan hukum. Namun, kaum Reformed menyatakan bahwa apabila kita mengasihi Yesus, maka kita akan melakukan perintah-Nya (Yohanes 14:15, 21; 15:10; l Yohanes 2:3, dst.; 3:22, dst.; 5:2, dst.; 2 Yohanes 6; Wahyu 12:17; 14:12). Tentu saja melakukan hukum tidak mendatangkan keselamatan bagi kita. Hal itu tidak membenarkan kita di hadapan Allah. Hanya kebenaran dari Kristus yang melakukan hal itu. Tetapi bagi mereka yang diselamatkan, mereka akan melakukan perintah Allah.

Reformed juga menekankan kelanjutan kenormatifan dari hukum PL, khususnya atas orang percaya di PB (Matius 5:17-20). Ada perdebatan di kalangan Reformed atas "teonomi", yang pada dasarnya suatu perdebatan tentang bagaimana hukum PL digunakan dalam kehidupan orang Kristen.(14) "Teonomis" maupun kritik Reformed terhadap teonomi sepakat bahwa hukum PL memiliki suatu pengajaran dan pengaturan yang penting dalam kehidupan orang Kristen; kedua kelompok juga sepakat bahwa sebagian hukum PL tidak lagi mengikat secara harfiah, karena kita sekarang hidup dalam suatu situasi yang berbeda dari zaman bilamana perintah-perintah ini diberikan. Argumen atas nama perintah- perintah ini berasal dari kategori itu. Semua Calvinis percaya bahwa hukum-hukum PL adalah firman Tuhan dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memerbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran, dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2 Timotius 3:16-17).

Secara khusus dalam area ibadah, Reformed telah menekankan otoritas dan kecukupan firman Allah. Sementara kaum Lutheran dan kaum Roma Katolik berargumentasi bahwa apa pun diizinkan dalam ibadah, kecuali yang dikutuk oleh Kitab Suci. Kaum Reformed memertahankan bahwa semua yang tidak diotorisasi oleh Kitab Suci, tidak diizinkan dalam ibadah. Hal itu dikenal sebagai "prinsip peraturan untuk ibadah". Telah ada perdebatan di kalangan kaum Reformed tentang implikasi konkrit dari prinsip ini. Sebagian orang telah berargumen bahwa hal itu menuntut penggunaan yang eksklusif dari Mazmur dalam ibadah dan melarang penggunaan alat-alat musik, penyanyi solo, atau paduan suara. Sebagian orang yang lain berargumen bahwa hal itu menuntut suatu upacara ibadah yang merujuk pada model ibadah yang digunakan pada abad XVII oleh kaum Puritan. Analisis saya berbeda.(15) Saya tidak diyakinkan oleh penafsiran yang telah digunakan untuk mencapai konklusi yang terbatas ini. Dan selaras dengan prinsip-prinsip dari Reformasi, saya melihat peraturan yang prinsip pada dasarnya sebagai suatu prinsip yang memberikan kepada kita kebebasan dari tradisi manusia, dan mengikat kita hanya pada firman Allah.

Hal itu membangkitkan suatu poin yang penting dari natur yang lebih umum. Teologi Reformed bukan hanya suatu teologi tentang ketuhanan Allah, tetapi juga suatu teologi dari kebebasan manusia. Teologi Reformed menolak, tentu saja, konsep Arminian tentang "kehendak bebas" yang sudah dibahas terdahulu. Tetapi mengakui kepentingan dari keputusan makhluk ciptaan, sebagaimana yang telah kita lihat sebelumnya. Dan hal itu juga membebaskan kita dari ikatan tirani manusia, sehingga kita bisa menjadi hamba Allah saja. Untuk pastinya, Allah memang menetapkan otoritas yang sah atas umat manusia, dan Ia memanggil kita untuk menghormati dan menaati otoritas-otoritas itu. Tetapi pada saat otoritas-otoritas itu memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan firman Tuhan, atau pada saat mereka menempatkan ide mereka setara dengan Kitab Suci, kita boleh dan bahkan harus tidak menghormati klaim-klaim mereka. Kita harus lebih menaati Allah dari pada manusia. Oleh karena itu, Saudara dapat melihat bahwa otoritas kovenan Allah bukan merupakan suatu doktrin yang membebani. Hal itu merupakan kemerdekaan yang paling besar.

Oleh karena itu, iman Reformed pada esensinya bukan "tradisionalis", meskipun sebagian orang Reformed menurut perkiraan saya telah memiliki penghormatan yang tidak sehat terhadap tradisi. Ada sebuah slogan Reformed, "semper reformanda", "always reforming". Oleh karena itu, "fades reformata semper reformanda est", "the Reformed Faith is always reforming". Ada beberapa divisi di kalangan Reformed, sebagian menekankan reformata (Reformed) dan yang lain yang menekankan reformanda (reforming). Keduanya adalah penting dan keduanya harus tetap dipertahankan keseimbangannya. Iman kita haruslah "Reformed", yaitu dalam kesesuaian dengan prinsip fundamental dari Kitab Suci, sebagaimana yang diringkas dalam pengakuan-pengakuan Reformed. Namun demikian, hal itu harus juga di-"reforming", berusaha untuk membawa pemikiran dan praktik kita lebih seturut dengan Kitab Suci, meskipun proses itu menuntut pengeliminasian beberapa tradisi. Para reformator adalah keduanya: konservatif dalam penganutan mereka pada doktrin Alkitab dan radikal dalam kritik mereka terhadap tradisi gereja. Kita harus demikian pula. Oleh karena itu, berhati-hatilah pada orang yang mengatakan kepada Saudara bahwa Saudara harus beribadah, atau berpikir atau berperilaku sesuai dengan tradisi historis tertentu. Buktikan itu semua berdasarkan firman Allah (l Tesalonika 5:21). Selidiki Kitab Suci setiap hari untuk melihat apakah yang Saudara dengar itu memang benar (Kisah Para Rasul 17:11).

Karena waktu terbaiknya iman Reformed telah kritis terhadap tradisi manusia, bahkan di kalangannya sendiri. Iman Reformed memiliki sumber- sumber untuk kontekstualisasi yang efektif. Kontekstualisasi adalah usaha untuk menyajikan kebenaran Kitab Suci dalam istilah yang dipahami oleh budaya yang berbeda dengan yang kita miliki, dan berbeda dengan budaya di mana Kitab Suci ditulis. Khotbah Reformed telah tercatat mengalami kesuksesan sepanjang sejarah dalam pekerjaan kontekstualisasi. Calvinisme telah secara dalam memengaruhi budaya yang sangat berbeda dengan budaya Swiss, mulai dari Belanda, Jerman, Inggris, Hungaria, dan Korea. Calvinisme memiliki pengikut yang cukup besar di Perancis dan Itali sampai kebanyakan mereka telah diusir keluar dengan paksa.

Oleh karena itu, sepenuhnya Reformed mengatakan sama halnya dengan saya, di "Doctrine of the Knowledge of God" bahwa teologi merupakan aplikasi dari kebenaran Kitab Suci ke dalam situasi manusia. Perkembangan dalam teologi merupakan kesinambungan aplikasi dari Kitab Suci pada situasi yang baru dan konteks yang muncul. Hal itu bukan sekadar repetisi dari formulasi doktrin yang bekerja dalam generasi pada masa lalu, sebagaimana yang dianggap oleh sebagian "tradisionalis". Melainkan pekerjaan teologi melibatkan kreativitas kita tanpa mengompromikan otoritas dan kecukupan dari Kitab Suci.

Calvinisme telah merupakan semacam teologi yang "progresif". Teologi Reformed biasanya bukan hanya sekadar menyatakan ulang pernyataan Calvin dan pengakuan-pengakuan. Calvinisme terus mengembangkan aplikasi yang baru dari Kitab Suci dan doktrin Reformed. Pada abad ketujuh belas, ada perkembangan yang signifikan dari pemikiran Reformed tentang kovenan Allah.

Pada abad kedelapan belas, pemikir Jonathan Edwards mengajukan pengajaran baru tentang dimensi subjektif dari kehidupan Kristen. Pada abad kesembilan belas dan permulaan abad kedua puluh, ada perkembangan yang luar biasa, di bawah Vos dan yang lainnya, tentang "teologi biblika", analisis Kitab Suci sebagai suatu sejarah keselamatan. Pada abad kedua puluh ada apologetika Van Til dan "Structure of Biblical Authority" dari Meredith Kline.

Pekerjaan "mereformasi" di bawah otoritas Allah tidak terbatas, juga bagi gereja dan teologi. Calvinis telah sering menekankan "mandat budaya" dari Kejadian 1:28-30, bahwa Allah memerintahkan umat manusia untuk menaklukkan seluruh bumi di dalam nama-Nya. Ini berarti bahwa semua wilayah kehidupan umat manusia harus direformasi oleh firman Allah. Abraham Kuyper, seorang jenius agung dari Belanda yang memberikan kontribusi yang besar pada bidang teologi, filsafat, jurnalisme, pendidikan, dan politik, berargumen bahwa seharusnya ada politik, seni, literatur, demikian juga teologi Kristen yang unik.(16) Firman Allah memerintah di semua area kehidupan (1 Korintus 10:31; 2 Korintus 10:5; Roma 14:23; Kolose 3:17, 23). Jadi, orang Reformed telah menekankan kebutuhan untuk sekolah-sekolah, gerakan-gerakan buruh, bisnis, universitas, filsafat, ilmu pengetahuan, gerakan politik, sistem ekonomi Kristen yang unik.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa teologi Reformed prihatin bukan hanya tentang keselamatan individu, dan kesalehan (lihat di bawah), melainkan juga tentang struktur dari masyarakat. "Kovenan", walau bagaimanapun, berkaitan dengan relasi suatu kelompok dengan Allah, lebih daripada hanya sekadar dengan seorang individu.(17) Dalam kovenan, Allah memilih suatu umat. Kitab suci menjelaskan bahwa Allah memilih seisi rumah, keluarga. Oleh karena itu, Calvinis umumnya percaya pada baptisan anak. Baptisan anak mengatakan bahwa pada saat Allah mengklaim orang tua, Allah mengklaim seluruh isi rumah sebagai milik-Nya (Kisah Para Rasul 11:14; 16:15, 31-34; 18:8; l Korintus 1:11, 16).

Memertimbangkan doktrin otoritas ilahi menolong kita untuk melihat dari arah lain(18) relasi antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Umat manusia bertanggung jawab karena mereka harus tunduk pada perintah Allah. Oleh karena itu, pengajar-pengajar Reformed tidak mempresentasikan tanggung jawab manusia sebagai suatu konsesi dendam terhadap Arminianisme. Melainkan, mereka menekankan tanggung jawab dan bersukacita di dalamnya.

Tanggung jawab manusia adalah doktrin Calvinistis. Hal itu menyatakan struktur yang berarti dari rancangan Allah yang berdaulat dan otoritas normatif dari hukum Allah yang berdaulat.(19)

Secara historis, kadang-kadang orang bertanya-tanya mengapa Calvinis yang percaya pada kedaulatan Allah, tidak memiliki sikap pasif dalam hidupnya. Pada faktanya, Calvinis berusaha untuk melayani Tuhan yang telah memanggil kita dengan sebaik mungkin. Hasilnya ada di tangan- Nya, tetapi kita telah memiliki kehormatan untuk melayani Dia dengan tugas yang paling agung, yang melaluinya berarti menaklukkan semua kehidupan pada Kristus.

Ketiga, kehadiran. Teologi Reformed pada saat terbaiknya bersifat devosional secara mendalam, yaitu menyadari intimasi kedekatan dengan Allah pada setiap saat dalam hidup kita. Tentu saja, sebagian pemikir Reformed, mendasarkan profesi mereka sendiri sebagai "intelektualis", telah meremehkan semua keprihatinan orang Kristen dengan subjektivitas dan kedalaman manusia. Tetapi, menurut pendapat saya intelektualisme itu tidak merepresentasikan yang terbaik atau mentalitas umum dari kebanyakan kaum Reformed. Calvin memulai institutnya dengan mengatakan bahwa pengetahuan Allah dan pengetahuan tentang diri saling berhubungan, dan "saya tidak tahu yang mana yang lebih dahulu". Ia sadar karena kita diciptakan berdasarkan gambar-Nya, kita tidak dapat mengenal diri sendiri dengan benar, tanpa mengenal Allah pada saat yang sama. Dengan kata lain, Allah ditemukan dalam setiap sudut dari kehidupan manusia, termasuk yang subjektif. Ia juga bersikeras bahwa kebenaran-kebenaran firman Allah ditulis secara mendalam dalam hati, bukan hanya sekadar "di dalam kepala".(20) Emblemnya memerlihatkan sebuah hati di dalam sebuah tangan, diarahkan pada Allah, dengan tulisan, "My heart I give you, promptly and sincerely."

Jadi orang Reformed telah berbicara tentang hidup dalam semua kehidupan coram Deo, di hadirat Allah. Pemahaman tentang realitas Allah ini mendorong kesalehan yang kaya, demikian pula ketaatan yang bersemangat dalam semua kehidupan.

KONKLUSI

Saudara dapat melihat bahwa iman Reformed sangat kaya! Dapat dipahami adanya beberapa perdebatan di kalangan orang Reformed, sebagian telah saya sebutkan dalam tulisan ini. Telah ada juga perbedaan penekanan di antara para teolog Reformed dan gereja-gereja. Sebagian telah lebih terfokus pada "lima poin", "doktrin anugerah". Penekanan ini khususnya menonjol di kalangan Reformed Baptis, tetapi ditemukan dalam kalangan lainnya juga. Yang lain (teonomis) telah terfokus pada otoritas dari hukum Allah. Sedangkan yang lainnya (Kuyperian, Dooyeweerdian) telah menekankan aplikasi dari kebenaran Allah dalam struktur sosial.

Wolterstorff dan yang lain mengusulkan suatu cara untuk membedakan beragam mentalitas teologis di kalangan gereja-gereja Reformed (khususnya yang berlatar belakang Belanda). Mereka berbicara tentang "piets, kuyps and docts". "The piets" dipengaruhi oleh pietisme, yang terutama mencari suatu relasi yang personal dengan Kristus. "The docts" yang terutama memerhatikan memertahankan teologi ortodoksi. "The Kuyps" memerhatikan perubahan besar dalam masyarakat.(21)

Kelihatannya bagi saya ada ruang dalam gerakan Reformed untuk semua penekanan yang berbeda ini. Tidak ada seorang pun di antara kita yang memertahankan keseimbangan yang sempurna. Situasi yang berbeda menuntut kita untuk memberikan penekanan yang berbeda, seperti halnya pada waktu kita "mengontekstualisasikan" teologi kita untuk membawa firman Allah ke dalam situasi di mana kita berada. Allah juga memberikan karunia yang berbeda pada orang yang berbeda. Tidak semua berkarunia dalam aksi-aksi politik, atau dalam perumusan doktrin- doktrin dengan teliti, atau dalam penginjilan pribadi. Kita semua melakukan apa yang dapat kita lakukan, dan kita melakukan apa yang kelihatannya paling harus dilakukan pada situasi itu. Di dalam batasan iman Reformed sebagaimana digambarkan di sini, kita harus bersyukur atas perbedaan penekanan itu, bukan mengkritik mereka. Perbedaan penekanan saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Catatan Kaki:

8. Berbeda dengan Dispensasionalisme, teologi Reformed mengajarkan (sesuai dengan kitab suci, menurut pendapat saya) bahwa hanya ada satu umat Allah, mencakup semua pilihan Allah, menerima berkat-berkat yang sama di dalam Kristus, berkat-berkat yang dijanjikan pada Abraham dan keturunannya.

9. Penjelasan yang lebih komprehensif dibaca dalam buku "Doktrin Pengetahuan tentang Allah" (Doctrine of the Knowledge of God) dari John M. Frame yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh literatur SAAT (catatan terjemahan).

10. Namun demikian, ada konsep-konsep lain tentang kehendak bebas yang sepenuhnya alkitabiah; lihat "Apologetics to the Glory of God".

11. Relasi "perspektival" semacam itu umum di kitab suci.

12. Nanti seharusnya menjadi jelas bahwa Alkitab mengajarkan "Ketuhanan dan Keselamatan", yang sebagaimana diajarkan dalam imam Reformed. Mereka yang diselamatkan, yang mengakui ketuhanan Kristus dari hati. Tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa mereka yang mengakui ketuhanan Kristus harus sempurna dari awalnya dalam pengabdian mereka kepada Dia. Aplikasi ketuhanan Yesus dalam kehidupan orang Kristen merupakan suatu proses yang tidak akan selesai sampai kita ke surga.

13. Fatalisme adalah pandangan bahwa "apa yang terjadi, terjadilah", apa pun yang kita lakukan. Kekristenan biblika bukanlah fatalistik, karena ia mengajarkan suatu relasi teratur antara penyebab sekunder dan akibat-akibat yang terjadi. Rencana Allah pasti akan berhasil; tetapi akan terjadi dengan sukses karena Allah akan menyediakan alat fana yang dibutuhkan. Contohnya, bahwa orang pilihan akan diselamatkan terlepas dari pemberitaan Injil.

14. Lihat. Simposium WTS, "Theonomy: a Reformed Critique", diedit oleh W. Robert Godfrey dan Will Barker, khususnya dalam esai saya dalam terbitan itu!

15. Bacalah buku saya "Worship in Spirit and Truth" (Phillipsburg: P & R, 1996).

16. Lihat. "Lectures on Calvinism", sebuah buku yang menggerakkan, menantang, mentransformasi hidup, yang setiap orang Kristen harus membacanya.

17. Meskipun tentu saja ada aspek-aspek individual untuk keselamatan dan kehidupan Kristen, Allah memanggil setiap individu untuk bertobat dan percaya.

18. Kita telah menyebutkan kepentingan keputusan manusia dan tindakan manusia dalam rancangan Allah secara keseluruhan.

19. "Tanggung jawab" Arminian berdasarkan pada kekuatan kehendak manusia untuk melakukan peristiwa-peristiwa yang tidak disebabkan. Tetapi peristiwa yang tidak disebabkan adalah kebetulan, bisa jadi tidak masuk akal, peristiwa yang tidak ada hubungan apa pun dengan struktur rasional yang telah ditetapkan sebelumnya. Melakukan tindakan yang hanya kebetulan sukar, dikatakan sebagai "tanggung jawab". Lebih jauh, tanggung jawab dalam Kitab Suci selalu merupakan tanggung jawab pada Allah, bukan pada diri sendiri. Oleh karena itu, hal itu menyatakan adanya hukuman Allah.

20. Oleh karena itu, Calvin adalah sumber dari kontras antara "kepala/hati" yang sering kali diremehkan oleh "intelektualis" Reformed. Calvin bukan, demikian pula dengan saya, antiintelektualisme. "Hati" di Kitab Suci adalah hati yang berpikir. Tetapi ada semacam pengetahuan intelektual yang diterima secara superfisial, suatu pengetahuan yang sebenarnya bukan aturan dari kehidupan seseorang. Itu bukan pengetahuan yang diajarkan oleh Calvin dan Kitab Suci kepada kita.

21. Dalam terminologi saya, tiga gerakan ini adalah eksistensional, normatif, dan situasional secara respektif.

Diambil dari:

Judul buku : Veritas, Volume 08, Nomor 02 (Oktober 2007)
Judul artikel: Introduksi pada Iman Reformed
Penulis : John M. Frame
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 2007
Halaman : 179 -- 189

Komentar


Syndicate content