Artikel

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/reformed/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.
Artikel

Seni dalam Perspektif Kekristenan

Penulis_artikel: 
Paul Hidayat STh.
Tanggal_artikel: 
15 Januari 2020
Isi_artikel: 
Seni dalam Perspektif Kekristenan

Seni dalam Perspektif Kekristenan

seni mural

Karya-karya seni sepanjang sejarah kemanusiaan merupakan bukti tentang kehebatan manusia, yang jauh mengungguli makhluk-makhluk lainnya. Untuk memperbesar kekaguman kita akan kemanusiaan, cukup kita pergi ke museum, atau ke peninggalan-peninggalan purba, atau ke gedung orkestra, atau ke suatu pameran lukisan. Arsitektur, musik, lukisan, karya pahat, film, fotografi, tari-tarian, tulisan, dsb., akan segera membangkitkan rasa kagum kita tadi, sebab karya-karya seni ini menggemakan kehebatan manusia. Siapa tidak kagum melihat lukisan-lukisan karya Basuki Abdullah atau Affandi? Siapa tidak tenggelam dalam kedalaman pengisahan tulisan penulis-penulis besar seperti Tolstoy, Tagore, Dostoevsky, Mangunwijaya, dsb? Siapa tidak takjub melihat arsitektur kuno seperti Borobudur maupun arsitektur modern seperti Opera House di Sidney? Siapa pula tidak terbuai oleh musik-musik indah karya komponis agung seperti Bach, Mozart, Vivaldi, Tschaikovsky, dsb? Siapa pula dari kita yang tidak bangga dengan aneka ragam kesenian Indonesia dari Sabang sampai Merauke?

Seni tanda keagungan manusia yang membuat hidup ini terasa lebih indah, tidak lepas dari permasalahan. Misalnya, ada seni pahat yang indah, ada pula yang dijadikan berhala yang disembah manusia. Ada lukisan dan foto-foto seni yang mengagumkan, ada pula yang menggiurkan merangsang nafsu. Ada musik yang menyentuh kalbu dan menyegarkan jiwa, ada pula yang mengaduk perasaan menjadi galau. Orang Kristen tinggal di tengah-tengah dunia yang dibanjiri oleh berbagai tren kesenian, masing-masing lengkap dengan produknya. Kita harus memilih dan menentukan sikap. Apalagi karena kini seni dengan penggabungan teknologi canggih (misalnya lewat video, majalah, kaset, dsb), mampu dimassalkan menerobos segala bentuk batasan, dan memperhadapkan kita langsung dengan berbagai pilihan seni. Patokan apa dapat kita pakai untuk menilai dan memilih?

Bukan hanya itu. Kekristenan bukan saja bergumul tentang seni di luar dirinya, yang harus disaringnya sebelum dapat diterima, tetapi seni di dalam kekristenan pun wajib kita pergumulkan. Seni, karunia Tuhan yang agung itu, tidak saja mampu membawa kita ke dalam suasana indah, tetapi kadang-kadang membuat kita bingung dalam pemilihan sikap. Bagaimanakah sikap Alkitab terhadap seni? Apa tanggung jawab dan peran Kristen dalam bidang seni? Seni yang bagaimana yang sebaiknya kita kembangkan dalam corak ibadah dan pelayanan Kristen?

Seni menurut Alkitab

Barangsiapa mencari dukungan Kel. 31:1 Alkitab untuk sikap antipatinya terhadap seni, akan kecewa. Sebaliknya orang yang mencari dukungan Alkitab atas sikap pro seni tanpa pandang bulu, juga akan dikecewakan. Kedua sikap pro dan kontra dapat kita temui dengan jelas diajarkan dalam Alkitab.

Alkitab bukan saja mendukung pengembangan kesenian, tetapi bahkan memerintahkan kita untuk mengembangkannya. Seni sebagai bagian dari panggilan dan karunia budaya, jelas merupakan suatu karunia yang harus dikembangkan oleh manusia. Bukankah kreativitas manusia merupakan salah satu aspek dari keberadaan manusia sebagai gambar Allah, Sang Pencipta yang Mahakreatif itu? Maka, mengembangkan daya seni yang Tuhan telah tanamkan dalam diri kita adalah bentuk ketaatan kita terhadap panggilan-Nya untuk mencerminkan Dia melalui hidup dan karya kita.

Sepanjang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kita menjumpai perkenan Allah atas berbagai upaya dan karya seni: Bezaleel dan Aholiab (Kel. 31:1- I 1), desainer seni Kemah Sembahyang; mazmur-mazmur; hymnologi yang diungkapkan Paulus dalam surat-suratnya (Fil. 2:6-I I; Kol. I : 15-23); sampai ke doxologi di Kitab Wahyu, semuanya menyaksikan fakta ini dengan jelas.

Bila kita telusuri kisah Bezaleel dengan lebih teliti, kita dapat menarik beberapa kesimpulan tentang seni. Pertama, seni ada dalam cakupan kehendak Allah, sebab Allah sendiri yang memerintahkan pembuatan Kemah Sembahyang secara berseni. Allah menginginkan tempat ibadah umat-Nya itu memiliki penampilan bercita-rasa seni tinggi (Kel. 25-28). Kedua, kemampuan seni adalah karunia Allah. "Lalu Musa memanggil Bezaleel dan Aholiab dan setiap orang yang ahli, yang dalam hatinya telah ditanam TUHAN keahlian..." (Kel. 36:2). Dalam tafsirannya tentang bagian ini, Calvin menandaskan bahwa setiap kemampuan seni atau ilmiah, bahkan juga yang dimiliki mereka yang tidak beriman, adalah karunia Roh Kudus. "The knowledge of all that is most excellent in human life is said to be communicated to us through the Spirit of God" (Institutes 22 16). Maksud Calvin bukanlan bahwa seniman yang tak beriman memiliki Roh Kudus, tetapi bahwa semua kemampuan dalam diri manusia adalah akibat pekerjaan Roh Kudus dalam anugerah umum.

Lebih jauh, Keluaran 31 mengembalikan seluruh detil kemampuan seni yang dibutuhkan untuk merancang interior maupun eksterior Kemah Sembahyang itu sebagai karunia Roh Kudus. (Perhatikan kata-kata "Kutunjuk", "Kupenuhi", "Kuperintahkan" 3 I :2-6).

Seni selain merupakan karunia, juga merupakan panggilan hidup dari Allah. Banyak kaum injili masa kini mengkategorikan hanya pelayanan gerejawi sebagai panggilan hidup dari Tuhan. Akan tetapi, melalui gerakan Reformasi kita disadarkan bahwa seluruh kehidupan kita adalah pelayanan dan ibadah untuk Tuhan, dan karena itu, adalah panggilan Tuhan untuk kita. Bezaleel menerima panggilan itu. Panggilan di bidang seni, seperti halnya panggilan di bidang pelayanan Firman, atau di bidang ilmu, tidak berlaku umum tetapi berlaku khusus. Tuhan memanggil secara pribadi. Seseorang bisa dipanggil Tuhan menjadi pendeta atau misionaris atau guru atau ilmuwan, bisa pula dipanggilNya menjadi seniman!

orang Kristen terpanggil untuk mengembangkan daya seninya sedemikian rupa sampai mampu mencetuskan karya-karya seni yang berprinsip Kristen dan memengaruhi dunia.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Walaupun terhadap seniman-seniman bukan Kristen tidak dapat kita katakan bahwa "ilham" yang mereka terima adalah bukti mereka dipimpin oleh Roh Kudus, namun dalam kasus seniman Kristen (seperti halnya Bezaleel dalam Kel. 35:30) dapat disimpulkan adanya hubungan erat antara mutu kerohanian dengan mutu seninya. Urutannya jelas: "memenuhinya dengan Roh Allah, dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan..." (Kel. 35:31). Juga kepandaian untuk mengajar (ayat 34). Melalui kisah Bezaleel ini kita menarik pelajaran indah bahwa seni adalah karunia yang Tuhan berikan kepada manusia dan merupakan panggilan khusus untuk orang tertentu yang dipanggil-Nya menjadi seniman. Pelayanan dalam bidang seni ini meliputi prinsip pimpinan Roh, pemberian kemampuan, penggunaan akal dan pengetahuan serta pengembangannya melalui jalur ajar-mengajar.

Di pihak lain, Alkitab juga mengungkapkan penyalahgunaan seni oleh manusia. Firman Tuhan melarang pembuatan patung dan berbagai simbol lainnya untuk disembah (Kel. 20:4,5). Harun dengan lembu emasnya, Nebukadnezar dengan patung raksasanya, dan kitab-kitab petenung zaman Kisah Para Rasul, cukup menjadi bukti betapa mudahnya daya seni manusia itu dipakai untuk menghasilkan hal-hal yang jahat, buruk dan melawan Tuhan. Teologi Reformed mengingatkan kita bahwa kejatuhan manusia dalam dosa mencemarkan seluruh aspek kemanusiaan kita, termasuk kepekaan dan daya seni manusia.

Bila Alkitab bersikap seperti itu, kita pun seharusnya bersikap demikian. Kita patut bersikap positif, menerima dengan syukur dan mengembangkan potensi seni yang Tuhan titipkan pada kita. Di lain pihak kita wajib sadar akan pengaruh dosa yang mungkin membelokkan arah seni dari memuliakan Tuhan dan membangun kemanusiaan menjadi sesuatu yang memberontak melawan Allah dan menghancurkan kemanusiaan.

Peran Kristen terhadap kesenian

Terhadap kesenian, orang Kristen dan gereja wajib menjalankan perannya sebagai imam, nabi dan raja. Sebagai imam, kita dipanggil untuk "menyelamatkan" kesenian dalam arti menyaksikan prinsip-prinsip Kristen ke dalam pergumulan dan pengungkapan seni dunia di sekitar kita. Sebagai nabi kita dipanggil untuk menyuarakan kebenaran dan menilai kesenian dalam terang kebenaran Firman Tuhan. Sebagai raja kita dipanggil untuk memerintah, menguasai, memengaruhi kesenian, terutama dengan jalan menciptakan ungkapan-ungkapan kesenian yang dinafasi oleh kekristenan dalam keterlibatan penuh kita di dalam kesenian.

Bila semua peran itu kits jalankan, maka timbullah beberapa konsekuensi praktis dalam sikap kita terhadap kesenian. Ada kemungkinan kita harus membuangnya, sebab karya seni bersangkutan sudah sedemikian dirusak oleh ketidakbenaran dan kejahatan (misalnya berhala-berhala, kitab primbon, film porno, dsb). Ada pula saat ketika kita boleh menerima karya seni bersangkutan karena prinsip isi dan bentuknya tidak menyimpang dari kekristenan. Lebih dari itu, orang Kristen terpanggil untuk mengembangkan daya seninya sedemikian rupa sampai mampu mencetuskan karya-karya seni yang berprinsip Kristen dan memengaruhi dunia.

Kesenian gerejawi

Dalam sejarah terbukti bahwa kesenian yang dikembangkan dalam konteks gereja sempat menjadi ratu yang berpengaruh dan ditiru kesenian dunia ini. Arsitektur gereja dan musik gereja adalah dua contoh paling jelas tentang hal ini. Akan tetapi, apa yang dulu merupakan kebanggaan gereja rupanya kini sudah berbalik. Dalam banyak hal, gereja paling ketinggalan dalam kesenian di zaman ini. Kenyataan ini merupakan cambuk yang melecut kita untuk mawas diri dan bangun dari ketiduran kita dalam bidang seni gerejawi. Di manakah dramawan, musikus, pelukis, arsitek, pernahat, novelis Kristen abad ini yang mau menggeluti ulang panggilan Tuhan untuk bidang seni dan menghasilkan karya-karya berkaliber?

Seni Kristen/gerejawi bukan saja yang semata merupakan ungkapan kisah-kisah Alkitab. Karya-karya Dostoevsky (The Brother's Karamazov) yang sarat dengan masalah filsafat, religius, dan sosiologis juga dapat dipakai Tuhan untuk mentobatkan orang. Karya Tolkien mungkin lebih mampu berkomunikasi dengan banyak orang tentang kebenaran Kristen. Karena itu kita perlu lebih banyak seniman Kristen yang menempatkan ulang Kekristenan di panggung pergelaran seni dunia.

Namun demikian, sisi lainnya tidak boleh kita lupakan. Seperti yang Tuhan Yesus ingatkan, semua orang yang ingin taat kepada-Nya pasti akan menerima salibnya sendiri. Dalam bentuk penghinaan, dipandang tak berarti, dianggap tidak sesuai tren, dsb. Demikian pula tidak selamanya Tuhan mengijinkan kesenian gerejawi diterima di panggung kesenian dunia ini. Selama penolakan dunia atas kesenian gerejawi dan orang Kristen bukan disebabkan oleh kelalaian, kebodohan atau kemalasan kita sendiri dalam mengembangkan seni, maka jelas bahwa itu adalah konsekuensi kemuridan kita mengiring Kristus.

Konklusi

seni

Orang Kristen dan gereja tidak dapat mengelak dari keharusan terlibat dalam kesenian, paling tidak menikmatinya. Kita disadarkan bahwa daya seni manusia adalah suatu karunia yang sangat mulia yang menunjukkan aspek kemanusiaan kita sebagai gambar Allah. Dalam Alkitab sendiri, kesenian bisa dikatakan sebagai puncak ibadah yang dimulai dari iman (doktrin), dilanjutkan oleh kasih (dalam etika) dan diakhiri dengan doxology (estetika). Itu sebabnya, Kristen harus terlibat dalam kesenian dan mengupayakan kesenian yang bermutu tinggi.

Di pihak lain, kita disadarkan bahwa dosa dan pengaruh iblis merembes masuk ke semua kapasitas kemanusiaan kita, tidak terkecuali daya seni kita Karena karya seni adalah karya manusia berdosa, seni pun besar kemungkinan tercemar oleh dosa.

Karena itu, Kristen terpanggil menjalankan perannya sebagai imam, nabi dan raja. Kesenian harus dikembalikan kepada tempatnya semula, yaitu sebagai alat untuk memuliakan Tuhan, mengungkapkan keindahan-Nya dan ciptaan-Nya dalam ungkapan-ungkapan artistik dan menunjukkan kebenaran. Seni bukan tujuan akhir yang diberhalakan dan memperbudak manusia. Seni dapat memuliakan Allah, mencerminkan kebenaran dan keindahan serta membangun kemanusiaan, bisa pula sebaliknya. Karena itu, kita harus berperan aktif: memperbaiki, menilai dan mencetuskan yang baru.

Audio: Seni dalam Perspektif Kekristenan

Sumber Artikel: 
Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 2/Juli 1987
Judul Artikel : Seni dalam Perspektif Kekristenan
Penulis : Paul Hidayat STh.
Halaman : 4, 11-13

Yohanes Pembaptis: Pelita yang Terpasang dan Bercahaya

Penulis_artikel: 
Pdt. Dr. Stephen Tong
Tanggal_artikel: 
5 Desember 2019
Isi_artikel: 

Dalam Dia (Yesus) ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia (Yohanes) datang sebagai saksi untuk memberikan kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya." (Yohanes 1:4-7). "Ia adalah pelita yang menyala dan bercahaya." (Yohanes 5:35) Terjemahan lain mengatakan, "Ia menjadi pelita yang menyala dan bercahaya." "Ia merupakan satu pelita yang sudah disulit, yang sudah terpasang dan sekarang bercahaya."

Yohanes Pembaptis merupakan seorang yang mengagumkan dan menjadi teladan bagi setiap orang yang mau melayani Tuhan. Ia mempunyai posisi yang paling unik. Ia adalah nabi terakhir dalam Perjanjian Lama, tetapi juga nabi pemula dalam Perjanjian Baru. Ia mengakhiri seluruh Perjanjian Lama, dan merintis Perjanjian Baru. Melalui Yohaneslah segala yang dinubuatkan nabi-nabi Perjanjian Lama menjadi suatu puncak pernyataan yang jelas tentang Mesias kepada manusia. Melalui Yohanes juga seluruh zaman setelah Kristus dapat melihat bahwa dialah yang memberi petunjuk untuk zaman selanjutnya bahwa Kristus membuka Perjanjian Baru dengan darah yang dicurahkan, "Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). Ucapan ini mengakhiri nubuat dan ucapan para nabi mengenai Kristus dalam Perjanjian Lama dan membuka satu jalan baru supaya orang-orang dalam Perjanjian Baru dan dalam sejarah melihat bahwa Yesus adalah sungguh Domba yang disembelih, seperti yang dilambangkan pada hari Paskah dalam Perjanjian Lama.

Yohanes pembaptis

Siapakah Yohanes? Ia bersaksi bagi Terang, tetapi mengaku bahwa ia bukan Terang itu. Siapakah Yohanes? Ia bersaksi bagi Kebenaran dan ia mengetahui bahwa ia bukan Kebenaran itu sendiri melainkan Kristus. Siapakah Yohanes? Ia bersaksi bagi Mesias, tetapi ia mengakui bahwa ia bukan Mesias. Ia hanya seorang yang merintis jalan bagi kedatangan Sang Mesias. Yohanes begitu mengenal keberadaannya sendiri. Ia yang agung, besar, dipenuhi Roh Kudus, tetapi juga begitu rendah hati. Orang yang agung tidak angkuh. Orang yang angkuh selalu tidak agung. Semakin besar jiwa seseorang, semakin tinggi rohaninya, yang selalu merasa kurang dan tidak cukup secara paradoks. Orang yang merasa diri cukup adalah orang yang kurang rohani dan kurang agung. Yohanes adalah orang yang begitu rendah hati sampai ia pernah mengatakan satu kalimat, yang boleh disebut sebagai pepatah emas yang harus diukir dengan pena mas dan tinta mas, "Membuka tali kasut-Nya (Mesias) pun aku tidak layak." (Yohanes 1:27). Seorang pelayan yang mengambil kemuliaan tuannya adalah pelayan yang kurang ajar. Ketika ada hamba Tuhan atau pemimpin gereja yang mengambil alih kuasa Allah dari takhta-Nya dengan menganggap diri setara dengan Allah, menerima hormat manusia mengganti Allah, di sanalah mulai kegagalan dalam pelayanan.

Pada zaman itu dianggap ada dua orang besar yaitu Yohanes dan Yesus. Yohanes tidak berkhotbah di mimbar terkenal atau di gedung besar di Yerusalem. Ia berkhotbah dan menegakkan mimbar yang ada di padang belantara. Ia tidak tahu siapa yang akan datang, tetapi ia tahu bahwa ia mempunyai firman yang harus disampaikan dan Roh Kudus memenuhinya. Sehingga padang belantara menjadi terlalu ramai karena ribuan orang datang. Ia tidak perlu merebut suatu kemuliaan, tetapi tahu bagaimana bersaksi dan memberitakan firman Tuhan. Di tempat Roh Kudus turun, di sana tanah yang kering dan gersang menjadi sawah yang subur. Allah yang sejati adalah Allah yang membuka jalan di tengah laut. Allah yang menyediakan satu jalan lapang di tengah padang belantara. Allah yang mematahkan segala rantai dan belenggu, halangan pintu besi maupun tembaga. Yohanes Pembaptis disebut sebagai saksi yang diutus oleh Allah (The Witness send by God). Seorang yang bersaksi, berarti kesaksiannya dan saksi itu sendiri merupakan utusan Allah. Seorang yang diutus Tuhan untuk memberitakan kebenaran. Dari mulut Yesus Kristus sendiri keluar satu kalimat indah tentang Yohanes bahwa ia adalah pelita yang terpasang dan bercahaya.

Saat manusia memandang Yohanes dan Yesus sama besar, Yesus tahu siapa diri-Nya dan siapa Yohanes. Yohanes pun tahu siapa Yesus dan siapa dia. Orang luar hanya melihat secara lahiriah, tetapi kedua orang ini melihat ke dalam jiwa mereka. Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa apa yang mereka nilai itu salah, ia terlalu kecil dan Yesus terlalu besar. Yohanes adalah pelita yang terpasang dan bercahaya, yang menyinarkan untuk seketika akan Terang itu. Akan tetapi, Yesus adalah Terang yang sesungguhnya. Jika Yesus adalah matahari maka Yohaneslah bulan yang memantulkan cahaya matahari itu. Setiap kali kita melihat cahaya asli dari Kristus, kita harus ingat yang memantulkan itu hanya sekejap mata, sebagai pelita yang hanya memberikan sedikit kesaksian untuk sekejap waktu saja. Kembali kepada Kristus itu menjadi hal yang penting. Siapakah Billy Graham, Luis Palau, Stephen Tong? Hanya seorang saksi saja. Kita tidak menjadi pengikut manusia tetapi pengikut Kristus. Agustinus memberikan satu kalimat yang menjadi contoh bagi setiap hamba Tuhan dalam sejarah, "Jikalau engkau menemukan tulisan atau khotbah saya sesuai dengan Alkitab, buanglah saya kembali sesuai dengan Firman." Itulah keagungan sejati seorang hamba Tuhan, yang jujur melayani Tuhan.

Yohanes Pembaptis menjadi pelita yang terpasang dan bercahaya bukan melalui mulutnya sendiri. Sebutan yang indah ini keluar dari mulut Yesus bahwa ia adalah pelita yang terpasang dan bercahaya. Di sini terlihat tiga macam pelayanan

Sudah menjadi pelita

Mau terpasang

Mau terus bercahaya.

Ada orang yang sudah menjadi pelita tetapi tidak mau terpasang.

Ada orang yang sudah terpasang tetapi tidak mau bercahaya terus.

Pelita itu merupakan suatu wadah. Dipasang itu merupakan suatu tindakan untuk memulai pelayanan. Bercahaya adalah satu konsistensi dari kesaksian yang terus berjalan. Pelita seperti bola lampu, lalu pasang itu seperti listrik atau minyak atau api yang sudah dinyalakan dan bercahaya berarti segala hambatan sudah disingkirkan sehingga terang itu boleh sampai ke tempat yang lain.

Istilah kesaksian yang dipakai oleh Alkitab bukan terbentuk dari kata kerja melainkan kata benda, Ye must be the witness of Me, ye are My witnesses. "Kamu adalah saksi-saksiKu." Jadi, istilah kesaksian berbeda dengan gerakan Kekristenan dalam jaman ini. Pengertian sekarang, ada orang yang berbicara dan kita mendengar. Kesaksian itu bukan cerita, bukan pengalaman. Kesaksian sebenarnya adalah satu kedudukan menjadi saksi Kristus (the position of the witness of God). Sesudah itu, baru saksi itu mengeluarkan kalimat untuk menyatakan kedudukannya, itu arti bersaksi.

Dalam Yohanes 1:6 dikatakan seorang yang dikirim oleh Allah, bersaksi bagi Terang itu. Dalam Yohanes 5:35, Yesus mengatakan ia adalah pelita yang terpasang berarti setelah ia memiliki kedudukan sebagai saksi, baru ia bersaksi. Alkitab mengatakan: "Ye are the witnesses of My resurrection", kamu adalah saksi kebangkitan-Ku. Dalam bersaksi, bukan pengalaman kita yang dipentingkan melainkan kebenaran bahwa Kristus yang mati dan bangkit, menjadi satu-satunya pengharapan untuk penginjilan seluruh dunia.

Dulu kamu adalah alat setan, yang memihak kepada iblis dan kegelapan. Sekarang kedudukanmu diubah. Posisimu sekarang adalah saksi Tuhan. Yohanes adalah pelita yang terpasang dan bercahaya. Berarti, selain ia sudah mempunyai kedudukan itu, ia mau disulut. Dia mau diberikan satu permulaan yang tidak berasal dari dirinya sendiri. Sebuah kesaksian menuntut kesungguhan dalam hidupmu. Bukan hanya perkataanmu tetapi hidupmu sungguh sesuai dengan kebenaran, baru mulutmu pun menjadi alat kebenaran. Celakalah orang yang mengeluarkan suatu perkataan dengan tidak mempunyai kesungguhan; yang mengeluarkan kalimat yang bukan menjadi kepercayaannya.

Yohanes menjadi saksi yang akhirnya betul-betul mati karena kesungguhannya menjadi pelita. Ia adalah pelita yang terpasang dan bercahaya. Jika pelita disimpan ia tidak perlu mati karena tidak dibakar dan tidak bercahaya. Pelita yang terpasang dan bercahaya akan mati.

Dalam bersaksi, bukan pengalaman kita yang dipentingkan melainkan kebenaran bahwa Kristus yang mati dan bangkit, menjadi satu-satunya pengharapan untuk penginjilan seluruh dunia.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Peribahasa Tionghoa mengatakan di tengah kemewahan tidak jatuh dalam perzinahan dan tidak menjual diri; di dalam kemiskinan dan kepicikan tidak berubah hati; di bawah kuasa dan otoritas yang paling besar tidak menaklukkan diri. Inilah mutu watak Kekristenan yang harus kita perjuangkan. Berapa banyak orang yang berkata-kata dengan muluk-muluk, tinggi-tinggi, syair yang indah tetapi pada waktu godaan tiba, langsung berubah arus, waktu miskin langsung kejujuran hilang. Mungkinkah engkau memelihara dirimu di tengah kesulitan, di tengah kepicikan, di tengah kemiskinan namun tetap jujur dan tidak berubah pendirian, bisa tetap berpegang pada prinsip-prinsip kejujuran dan kesucian. Bisakah engkau memelihara diri di tengah kekayaan dan kemewahan dan tidak sembarangan menghancurkan diri, berzinah dan melakukan tindakan yang amoral? Bisakah engkau menahan diri waktu diberi ancaman? Bisakah di bawah otoritas kuasa politik yang besar engkau tidak takluk dan tidak berkompromi? Itulah kesaksian yang menyatakan mutu seseorang.

Ada pepatah yang mengatakan, Kalau jalan tidak jauh, tidak tahu tenaga kuda. Kalau hari tidak panjang tidak diketahui tenaga dan hati manusia. Dalam jangka waktu panjang baru dapat diketahui kondisi hati seseorang. Ketika ujian datang baru diketahui bagaimana kesetiaanmu. Ketika jarak pendek kelihatan semua kuda sama kuat. Akan tetapi, setelah menempuh jarak jauh baru terlihat kekuatan masing-masing. Setelah berpuluh-puluh tahun baru kelihatan kekonsistenan seseorang. Tuhan tidak melihat permulaan. Dalam permulaan terlalu banyak orang yang mengatakan, Saya sungguh bersedia mati bagi Tuhan. Setelah itu konsistensi sangat penting. Tuhan ingin kita mempunyai waktu pelayanan yang konsisten dan sungguh-sungguh. Ketika saya menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, saya berkata, "Peliharalah saya sampai mati, kesungguhan, pengabdian, kesetiaan sampai mati. Saya minta Tuhan peliharakan." Bila waktu tidak panjang, tidak akan diketahui kesetiaan seseorang. Kalau ujian tidak berat, tidak ketahuan ketahanan seseorang. Bersyukurlah kalau Tuhan mengizinkan kau mengalami ujian berat, menandakan bahwa Ia percaya kepadamu dan akan memakai engkau lebih berat lagi. Jangan melarikan diri dari kesulitan, dari kesulitan, kepicikan, kemiskinan, yang seringkali diartikan senjata-senjata dari setan dan kutukan Allah. Akan tetapi, kadang Tuhan memperbolehkan engkau dikutuk orang lain, diberi penyakit, mengalami bahaya, mengalami kesulitan. Ketika semua ini diizinkan datang, jangan memaki Tuhan. Pertama, koreksi diri apakah ada dosa yang perlu kau akui di hadapan Tuhan. Purify yourself. Intropeksi diri, bila ada kesalahan bertobat dan Tuhan akan memberkati engkau. Tidak semua sengsara dari setan, tidak semua kegagalan dari iblis. Kadang itu merupakan ujian dari Tuhan. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Ujian akan memberikan ketekunan yang luar biasa sehingga engkau boleh dipakai lebih hebat daripada waktu-waktu yang lalu. Yohanes Pembaptis dipenuhi Roh Kudus tetapi hidupnya tidak lancar. Berapa lama ia melayani? Alkitab tidak mengatakan dengan jelas, mungkin tidak sampai satu tahun, lalu kepalanya dipenggal. Sejak dalam kandungan ia sudah dipenuhi Roh Kudus, tetapi mengalami kematian yang tragis. Kematian Yohanes adalah kehendak Tuhan. Apakah ini berarti Allah tidak Mahakuasa? Bukan. Mengapa Tuhan tidak menyelamatkan nyawanya? Tidak mendengar doanya? Ketika Yohanes mengutus orang datang kepada Yesus untuk bertanya, "Engkaukah Mesias atau kami harus menanti yang lain?" Tidak ada satu kegagalan yang lebih besar lagi daripada Yohanes yang mempertanyakan pertanyaan yang begitu mengerikan. Bukankah dia yang memberitakan Yesus? Bukankah dia yang memberikan pernyataan pada jamannya, "Inilah Kristus, Anak Domba Allah"? Akan tetapi, pada waktu dalam kepicikan, imannya goncang. "Tuhan, Engkau melihat aku sebagai rekan-Mu yang masuk penjara tetapi mengapa tidak ditolong? Apakah Engkau tidak melihat air mata dan kesengsaraanku? Di mana kuasa-Mu sebagai Mesias? Dulu aku bersaksi mengenai Engkau adalah Anak Domba Allah tetapi ketika aku sakit Engkau membiarkan aku, waktu aku di penjara Engkau tidak datang menjenguk aku atau menegur Herodes." Teologi Yohanes menjadi goncang dan Kristologinya kabur. Akan tetapi, Yesus tetap tidak menjenguk atau melepaskannya dari penjara.

Yesus tidak datang dan tidak mengubah situasi, tetapi berkata, "Barangsiapa yang tidak jatuh karena Aku berbahagialah dia." Bila engkau benar-benar saksi-Ku dan sekarang tidak melihat Aku menolongmu, engkau tetap tidak jatuh, maka berbahagialah engkau.

Akan tetapi, jika engkau jatuh karena Aku, mengapa bisa jatuh karena Tuhan? Apakah Tuhan membiarkan dia mati terpelanting karena jatuh? Apakah Tuhan yang merencanakan kejatuhan dia? Yesus berkata, "Berbahagialah yang tidak jatuh karena Aku." Berarti ada kemungkinan kita jatuh karena Tuhan. Apa artinya kita jatuh karena Tuhan? Doa tidak dijawab, penyakit tidak disembuhkan, anak yang paling dicintai, diambil Tuhan. Apa maksud Tuhan, begitu kejam?! Seseorang jatuh disebabkan ia mempunyai pengenalan yang salah terhadap Tuhan. Yesus, Kristus tidak pernah memberikan konsep-konsep yang mengacaukan pikiran kita tetapi Ia hanya, menjernihkan pikiran kita yang kacau, tidak akan mengacaukan pikiran-pikiran yang benar. Ia membawa kita kembali kepada Firman, bukan mau menyelewengkan kita untuk keluar dari prinsip-prinsip Alkitab.

Yesus menjawab Yohanes, "Engkau melihat orang buta celik, orang mati dibangkitkan, orang miskin mendengarkan Injil. Bila ini masih tidak cukup biarlah engkau jatuh karena Aku. Dan, kalau ini sudah cukup, meskipun orang lain yang buta dicelikkan, yang lumpuh berjalan, yang mati bangkit, engkau tidak dibangkitkan dan tidak dikeluarkan dari penjara tetap engkau harus beriman bahwa Aku adalah Kristus." Yesus tidak melepaskan Yohanes, tetapi menyuruh orang memberitahu bahwa ada orang lain yang sudah mendapat kesembuhan. Yesus tidak memberikan anugerah pada Yohanes, tetapi Ia menyuruh orang memberitahu bahwa orang lain sudah mendapat anugerah. Bukankah ini siksaan batin, suatu pschycology pressure, diskriminasi yang tidak adil? Akan tetapi, kedaulatan Allah yang terus ditekankan dalam Teologi Reformed harus kita mengerti. Bahwa Allah berhak menyembuhkan dia dan tidak menyembuhkan engkau sekarang, berhak memberi kebangkitan pada orang mati dan membiarkan engkau tetap dalam penjara dan dipenggal sampai mati, karena Dia adalah Allah. Karena Dia adalah Allah, jangan memaksa Dia untuk bekerja menurut perintahmu, itu berarti memperhamba Allah. Kalau Dia Allah biarlah Dia yang mendapat kemuliaan yang terbesar melalui segala sesuatu menurut kehendak Dia sendiri. Yohanes Pembaptis tidak dilepaskan dan akhirnya mati. Pada waktu ia mati apakah ia menyangkal? Tidak. Setelah dia mendengar jawaban dan mengerti, ia setia sampai mati.

Yohanes memberikan lima teladan yang indah. Pertama, ia dipenuhi Roh Kudus. Menjadi pelita yang terpasang berarti harus mempunyai minyak. Sebelum ada listrik pelita adalah suatu benda yang bentuknya sebagai wadah minyak yang ada tutupnya, dan di pinggir diberi sumbu yang keluar dari mulut pelita untuk menyalurkan minyak itu ke atas lalu membakar jika ia adalah sumbu yang terpasang dan menyala karena ada minyak. Orang yang mau melayani Tuhan, yang benar-benar mau menyatakan terang, harus dipenuhi Roh Kudus. Dipenuhi Roh Kudus berarti buah-buah Roh akan mengalir keluar. Kalau Roh memenuhi engkau Kristus akan diberitakan. Pada waktu Roh itu memenuhi engkau maka hidupmu dipenuhi kesucian, tidak menghitung untung rugi tetapi memikirkan kemuliaan Tuhan.

Kedua, ia menjadi pelita yang terpasang dan menyala karena ia melayani Tuhan dengan prinsip yang penting seumur hidup. Ini dinubuatkan pada waktu kelahirannya yaitu kesucian dan keadilan. Pelayanan yang suci tetapi tidak adil adalah pelayanan yang timpang. Pelayanan yang adil tetapi tidak suci adalah usaha membereskan segala sesuatu tetapi pada dirinya tidak mempunyai sifat ilahi yang jelas, moral Allah. Hidup suci yaitu tidak berkompromi untuk menghadapi segala sesuatu yang tidak beres, dosa dan segala kecemaran dalam diri kita. Keadilan dan kesucian adalah dua pokok pelayanan. Kalau saya hidup tidak suci dan menghadapi orang dengan tidak adil, saya tidak mungkin menjadi pemimpin. Hidup suci berarti takut akan Tuhan Allah dan benar-benar sesuai dengan kehendak-Nya, tidak dicemari oleh dosa sehingga ada kuasa. Keadilan membuat kita bisa menghadapi segala macam orang. Adakah senyummu hanya untuk orang-orang tertentu yang agak kaya, agak mewah, agak ada kedudukan? Akan tetapi, selalu ada paras yang lain pada yang miskin? Adakah engkau mempunyai tanggapan yang berlainan dengan orang yang begitu dihargai dan dihormati di masyarakat dan selalu ada kekerasan terhadap mereka yang dipandang ringan di masyarakat?

pemberitaan Yohanes Pembaptis

Ketiga, Yohanes menjadi pelita yang terpasang dan bercahaya karena ia mempunyai keberanian, salah satu pusaka yang besar dalam pelayanan kita. Kalimat-kalimat yang seharusnya kamu katakan pada waktu dan tempat yang seharusnya, tetapi tidak dikatakan berarti kehilangan kesempatan. Berbicara pada tempat, waktu yang tepat barulah itu seorang hamba Tuhan. Berani berkata pada orang yang perlu dan saat yang perlu di tempat yang sudah Tuhan berikan bagimu berarti sejarah ditenun bersama dengan kebenaran. Jika pada saat itu engkau tidak lakukan yang seharusnya maka tenunan kebenaran dengan sejarah itu lepas. Yohanes adalah orang yang menulis dan menenun kalimat penting dalam sejarah melalui keberanian yang Tuhan berikan. Jikalau bukan Yohanes tidak ada orang yang berani menegur Herodes. Jika tidak ada Yohanes tidak ada orang yang memberi tahu siapakah Yesus. Jika bukan Yohanes tidak ada orang yang berani memberikan kritik kepada pemimpin agama yang tidak beres. Kronos telah dijadikan kairos oleh Yohanes. Karakter agung dari seorang hamba Tuhan sering terbentuk pada waktu ia harus berkata dan sesudah ia berkata. Bila prinsip ini diabaikan ia akan menjual diri sebagai anak sulung yang tidak lagi mempunyai kuasa. Martin Luther dipaksa untuk membongkar dan membakar semua buku yang pernah ditulisnya. Namun, ia berkata, "Di sini saya berdiri di atas firman Tuhan. Kecuali kalian membuktikan apa yang saya katakan dalam buku saya tidak berdasarkan firman maka saya tidak akan menarik kembali semua buku yang saya tulis." Inilah momen yang menenun kebenaran bersama sejarah.

Keempat, kesaksiannya selalu ditujukan kepada Kristus. Ia tidak meninggikan diri, tidak meninggikan pengalaman, tetapi kesaksiannya ditujukan kepada Kristus. Alkitab berkata, "Ia diutus untuk bersaksi bagi kebenaran supaya orang bisa percaya." (Yohanes 1:6). Tidak satu kali pun mukjizat dilakukan oleh Yohanes. Akan tetapi, banyak orang menjadi percaya karena dia. Di sini prinsip Alkitab menyatakan bahwa iman tidak didasarkan pada suatu pengalaman mukjizat. Iman harus didasarkan pada firman. Dari mana datang iman? Dari pendengaran. Dan, pendengaran datang dari firman Allah. Inilah prinsip Alkitab yang tidak pernah berubah dan tidak pernah putus, dari alfa sampai omega. Tuhan Yesus melakukan mukjizat tetapi tidak pernah berkata hanya melalui itu kamu beriman. Tuhan berkata iman berdasarkan firman. Jika kesaksian senantiasa berpusat pada Kristus maka ia bukan memakai keajaiban kuasa tetapi dengan keberanian menyaksikan Kristus, menegur dosa dan membongkar hati nurani manusia, supaya orang bertobat.

Kelima, ia adalah pelita yang bercahaya dan terpasang dengan syarat ia konsisten, terus membiarkan diri dibakar sampai habis. Lilin yang bercahaya, setiap detik dalam bercahaya, berarti setiap detik ia menghancurkan diri. Makin lama makin pendek. Bila ia tidak melelehkan diri, tidak menghancurkan diri, tidak mungkin bisa terus menerus bercahaya. Ketika Yesus berkata bahwa ia adalah pelita yang terpasang dan bercahaya berarti dia sedang mengorbankan diri. Matahari harus meledakkan bahan yang ada pada dirinya sendiri, setiap detik kira-kira enam puluh juta ton supaya matahari tetap bercahaya dan kita tetap mempunyai kehangatan seperti di atas bumi. Untuk satu detik, enam puluh juta ton. Betapa besar bahan matahari untuk bertahan berpuluh-puluh ribu tahun sehingga dunia ini mempunyai sinar cahaya sedemikian. Sepanjang sejarah Kekristenari, kalau orang Kristen mau bercahaya dan bila saksi-saksi mau terpasang dan bercahaya tidak ada jalan lain, yaitu rela berkorban diri bagi Kristus. Pengorbanan yang terus menerus menjamin terang itu terus menerus menyala, bercahaya. Maukah engkau terjun, berbagian, dan melibatkan diri menjadi saksi Tuhan?

Audio: Yohanes Pembaptis: Pelita yang Terpasang dan Bercahaya

Sumber Artikel: 
Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 8/Juni 1990
Judul Artikel: Yohanes Pembaptis: Pelita yang Terpasang dan Bercahaya
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Halaman : 14-21

Kebangkitan Kristus

Penulis_artikel: 
Pdt. Dr. Stephen Tong
Tanggal_artikel: 
7 Maret 2019
Isi_artikel: 
Kebangkitan Kristus

Kebangkitan Kristus

Kita bersyukur pada Tuhan karena Dia adalah Tuhan yang hidup. Kita melihat dalam 1 Korintus 15 dengan panjang lebar Paulus memaparkan kebenaran bahwa Yesus Tuhan adalah Tuhan yang sudah bangkit. Bahkan, tak ada satu agama yang besar di dalam dunia mempunyai konsep kebangkitan sebelum Yesus datang ke dalam dunia, baik dalam Konfusiusme, Taoisme, Budhisme, Hinduisme, Soroasterisme dsb. Jangankan fakta, konsep mengenai kebangkitan itu pun tidak ada dalam agama-agama tersebut. Namun sebenarnya, kebangkitan bukan dongeng atau mitos yang diketemukan oleh Kekristenan. Kebangkitan merupakan janji Allah kepada manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa dan yang sudah diikat oleh kuasa kematian.

Kubur kosong

Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati. Paulus menegaskan pada waktu orang-orang Korintus dilanda oleh semacam rasionalisme yang tidak bertangggung jawab. Mereka mengatakan, "Tidak mungkin ada orang yang mati dapat bangkit kembali." Maka Paulus berkata, "Jikalau Yesus Kristus tidak bangkit, sia-sialah kepercayaanku. Jikalau Yesus Kristus tidak bangkit percumalah pemberitaanku." Di dalam kalimatnya Paulus menegaskan, betapa pentingnya keharusan orang Kristen percaya Yesus Kristus bangkit. Yesus Kristus bangkit bukan suatu kepercayaan yang dipaksakan karena perlu akan hal ini. Yesus Kristus bangkit bukan sesuatu mitos orang kafir yang dialihkan ke dalam kekristenan. Yesus Kristus bangkit bukan satu kemauan manusia, yang menginginkan suatu penerobosan untuk mengalahkan kuasa kematian. Yesus Kristus bangkit merupakan rencana Allah sebelum dunia diciptakan.

Percaya kepada kebangkitan merupakan suatu sistem iman kepercayaan yang tidak ada di dalam agama yang tidak diwahyukan. Sistem keagamaan dan iman tentang kebangkitan merupakan suatu pewahyuan yang khusus dari Tuhan Allah sendiri.

Di luar Kekristenan, hanya ada konsep kebangkitan dari wahyu umum yang samar-samar, yang pernah terlintas dalam pikiran manusia.

Kebudayaan Mesir membuktikan hal ini. Karena mummi-mummi yang dibuat di Mesir, melambangkan suatu pengharapan bahwa setelah manusia mati tidak berarti habis; sebuah konsep immortalitas. The concept of immortality is very well express in the manifacture of the mummi. Orang-orang Mesir setelah menemukan bahwa orang yang dikasihi itu meninggal, mencari obat-obat untuk mengawetkan tubuh yang sudah mati itu dengan puluhan kilo obat-obat yang berbau wangi yang bisa menghindarkan atau mencegah kerusakan dari tubuh manusia yang telah mati itu, lalu dibungkus dengan kain yang begitu banyak.

Kalau Saudara menuju ke kota Paris di Loever, Saudara menuju ke Chicago; di Chicago Museum, saudara menuju ke New York, museum di Leningrad, museum di British Museum; museum-museum yang penting di seluruh dunia, negara-negara yang maju, Engkau akan menemukan satu atau dua mummi dari orang-orang Mesir. Ada yang sampai sekarang masih ada, dan pada waktu diperiksa dengan rontgen maka ada kulit yang masih baik sehingga tubuh itu masih dalam kondisi baik. Karena orang Mesir mempunyai konsep bahwa manusia tidak hidup di dalam dunia hanya untuk beberapa puluh tahun saja. Setelah mati, mereka masih menantikan suatu hari kebangkitan. Kebudayaan Mesir merupakan kebudayaan yang agung sekali.

Kebangkitan Kristus

Kebudayaan Mesir telah menangkap sesuatu unsur yang tidak ada pada kebudayaan-kebudayaan lain. Di dalam pembagian jenis kebudayaan, Prof. Dr. Sorokin, seorang sosiolog yang besar, telah memberikan pemisahan dan pengklasifikasian dari kebudayaan. Dan, bagi saya sendiri kebudayaan Mesir harus dipisahkan dari kebudayaan-kebudayaan yang lain. Karena dalam kebudayaan Mesir telah menangkap suatu konsep, meskipun samar sekali, yaitu tentang kebangkitan manusia, tetapi konsep ini tidak pernah muncul di dalam agama-agama yang lain.

Konsep kebangkitan sebagai suatu pencetusan kepada immortalitas, the immortality, ketidakrusakan. Istilah immortalitas lebih tepat diterjemahkan ketidakrusakan daripada diterjemahkan sebagai kekekalan. Eternity itu kekekalan; immortality itu ketidakrusakan, dan ketidakrusakan itu merupakan sifat Allah. Satu-satunya oknum yang belum pernah mengalami kerusakan yaitu Allah sendiri. Alkitab mengatakan bahwa Dia adalah satu-satunya yang tidak rusak, yaitu Allah sendiri. Pada waktu Allah menciptakan manusia menurut peta dan teladan-Nya sendiri, maka manusia diberikan kekekalan. Manusia mempunyai kekekalan tetapi tidak mempunyai ketidakrusakan seperti Allah sendiri. We have the eternity but we do not have immortality like God Himself . Kalau kita mempunyai ketidakrusakan, maka itu adalah ketidakrusakan yang tidak sama dengan kualitas ketidakrusakan dari Allah. Manusia boleh tidak mempunyai ketidakrusakan sesudah manusia memiliki tebusan dari Yesus Kristus melalui kuasa kebangkitan. Kita memasuki hal yang besar, begitu penting karena iman orang Kristen lain dengan orang dunia yang hanya mencari hiburan di dalam agama. Iman Kristen merupakan suatu perjuangan, suatu substansi yang tidak ada di dalam kebudayaan manusia. Jikalau orang Mesir mempunyai konsep yang samar, konsep yang kurang jelas tentang kebangkitan tetapi mereka belum pernah bisa mencegah kerusakan. Sebelum mayat manusia dimummikan, kerusakan sudah terjadi. Pada tahun 1693, ada satu majalah Life di Amerika yang di dalamnya memuat satu penemuan dari Raamses 11 dari mumminya. Raamses 11 merupakan seorang Firaun, di mana waktu itu orang Israel keluar dari Mesir. Zaman-zaman itu Firaun mempunyai kuasa yang luar biasa, satu otoritas mengakibatkan ratusan ribu orang mati di bawah pemerintahannya. Maka dalam keadaan yang demikian, bila dia mau membangun piramid yang besar, atau mau membangun kota-kota yang baru, dia hanya memberikan perintah, maka orang Israel akan menjadi budak seperti yang diperintahkan oleh Firaun. Akan tetapi, Firaun yang seperti Raamses 11 yang berotoritas demikian tinggi, apakah dia memiliki hidup yang sangat bahagia? Tidak! Pada abad ke-20 ilmu kedokteran dengan rontgen membuktikan bahwa dia mempunyai sakit gigi yang luar biasa hebatnya. Rontgen membuktikan bahwa ia pernah hidup susah sekali. Pada waktu mummi-mummi diperiksa kembali, kita melihat kerusakan sudah terjadi sebelum mati, apalagi kerusakan yang melanda sesudah kematian lebih hebat. Sekarang kalau kita pergi ke Paris, ke Amerika, di museumnya kita akan menemukan mummi-mummi yang telah begitu rusak, begitu menakutkan. Itulah kebudayaan. Kebudayaan yang agung, kebudayaan yang besar, kebudayaan yang mempunyai konsep yang tinggi-tinggi, toh tetap tidak bisa memberikan jaminan yang sesungguhnya kepada manusia. Sampai pada hadirnya Anak Allah dalam sejarah dan berpartisipasi dalam hidup manusia.

Yesus Kristus lahir ke dalam dunia, mengalami pencobaan, mati menggantikan kita dan bangkit dari kematian dan naik ke sorga. Kelima hal ini, (1) inkarnasi, (2) kemenangan atas pencobaan, (3) kematian untuk menggantikan kita, (4) kebangkitan-Nya dari kematian dan (5) kenaikan-Nya ke sorga; kelima hal ini harus kita percayai dan harus betul-betul kita mengerti sebagai fakta sejarah. Mengapa saya harus menegaskan fakta, historical facts? Saya tegaskan sekali lagi, kita harus terima sebagai fakta-fakta sejarah, karena memang fakta-fakta yang terjadi di dalam sejarah. Karena teolog-teolog yang tidak bertanggung jawab mengatakan bahwa semua ini belum pernah terjadi. Yesus Kristus, kalau tidak pernah terjadi, dilahirkan melalui anak dara Maria, maka Yesus adalah seorang anak yang biasa, keturunan akibat dari persetubuhan antara seorang pria dan wanita. Jika Yesus Kristus sungguh-sungguh belum pernah terjadi mengalahkan pencobaan dari setan dan berdosa seperti saya dan Engkau, hanya moral-Nya lebih tinggi daripada kita; jikalau Yesus Kristus belum pernah mati menggantikan kita; jikalau kematian-Nya bukan sebagai pengganti atau suatu kematian yang menggantikan kita, to repay, to subtitute, maka kematian-Nya hanya menjadi seorang yang begitu hebat, yang begitu bermoral, yang begitu tinggi nilainya yang akhirnya mengorbankan diri-Nya agar menjadi contoh bagi Engkau dan saya saja. Jikalau Yesus Kristus tidak bangkit dari antara orang mati, maka Yesus Kristus hanya seorang penipu dan belum pernah Dia mempunyai cukup kuasa untuk menyelamatkan Engkau dan saya. Jikalau Yesus Kristus tidak bangkit dan naik ke sorga, tidak mungkin ada pengharapan kekal bagi Engkau dan saya.

Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus sebagai tujuan hidupnya.

Facebook Telegram Twitter WhatsApp

Jangan Saudara mempersamakan semua agama dan jangan mempersamakan semua agama yang lain dengan kekristenan. Di sini terletak perbedaan, di sini terletak kualitas kekristenan yang tidak ada bandingnya. Kristus dilahirkan di dalam sejarah, Kristus naik ke sorga sebagai fakta sejarah di antara inkarnasi dan kenaikan ke sorga sebagai klimaks dari wahyu Allah kepada manusia. Everything happen in Christ life is climax of God revelation for human being. Di dalam keadaan manusiawi kita memerlukan pengertian mengenai pengharapan yang sejati, berdasarkan tindakan Tuhan Allah sendiri. Ada perbedaan antara the virgin womb dan empty tomb. Virgin womb berarti rahim anak dara dan empty tomb berarti kubur yang kosong. Kedua hal ini mempunyai arti yang penting. Jika Yesus lahir seperti orang biasa dan jika Yesus mati juga seperti orang biasa maka tidak ada kekristenan yang sejati. Jika Yesus lahir bukan dari seorang anak dara, dan jika Yesus mati dan tidak bangkit dari kematian, sehingga kubur tetap terisi maka kita tidak mempunyai pengharapan menjadi orang Kristen. Roh Kudus yang memungkinkan yang kosong diisi dan juga Roh Kudus yang memungkinkan yang diisi menjadi kosong. Rahim seorang anak dara tidak boleh dan tidak mungkin diisi tetapi Allah yang memungkinkan. Jika kuburan yang telah penuh dengan mayat tidak seharusnya menjadi kosong dengan sendirinya, tetapi Roh Kudus telah mengosongkannya. Kubur dari pendiri-pendiri agama masih terisi dan pengikut mereka tetap kosong. Akan tetapi, kuburan Yesus sudah kosong dan pengikutnya yang diisi.

Pada waktu Yesus Kristus bangkit terjadi gempa bumi yang hebat. Prajurit-prajurit Romawi yang begitu berani terpaksa menjadi takut. Batu penutup kubur yang paling sedikit membutuhkan lima sampai enam orang untuk menggulingkannya sekarang terguling sendiri. Pada waktu itu beberapa orang wanita datang ke kubur Yesus. Ada lukisan yang menggambarkan tiga perempuan yang datang ke kubur Yesus. Pelukisnya menggambarkan kubur itu dari dalam lubang yang melihat ke luar. Keadaannya gelap tetapi di pintu kubur ada cahaya yang masuk. Dan, karena cahaya dari luar itu terlihat sayap dari malaikat yang sedang berkata-kata. Dua orang perempuan melihat malaikat itu, masuk ke kubur dan menjadi tercengang. Akan tetapi, satu perempuan yang lambat baru tiba di depan kubur itu dalam raut wajah yang sedih sekali. Pelukis ini berusaha untuk melukiskan ekspresi manusia sebelum dan sesudah mengerti kebangkitan Yesus. Yang sudah mengerti mempunyai pengharapan besar.

Waktu mereka datang ke kuburan tidak menyangka ada malaikat di sana. Malaikat ini bukan untuk menjaga kuburan dan bukan menjaga mayat Yesus. Akan tetapi, menunggu orang datang dan mengabarkan berita kebangkitan. "Ia tidak ada di sini. Dia sudah bangkit." Ini adalah kalimat yang penting di dalam Alkitab yang pernah dikatakan oleh malaikat. Mengapa mencari orang-orang hidup di tengah-tengah orang mati? Manusia yang mencari Tuhan selalu menganggap ada Tuhan di dalam agama mereka. Kong Hu Cu akhirnya meninggal dan Budha juga mati, akhirnya pengikut-pengikutnya pun mati. Pendiri-pendiri agama lain adalah juga manusia yang berdosa yang akan mati termasuk semua pengikutnya. Akan tetapi, ketika Engkau mengikut Yesus dan waktu mengikut Dia sampai ke kuburan, Engkau menemukan kalimat, "Mengapa engkau mencari orang yang hidup di tengah-tengah orang yang mati?" Perkataan ini memberikan pengharapan dengan kualitas yang berbeda, karena di dalam kubur Yesus ada kalimat yang mengatakan Ia tidak di sini. Yesus tidak bisa ditemukan di kuburan. Yang ke kuburan tidak bisa menemukan Yesus, yang ke kuburan bertemu dengan tengkorak, tengkorak Plato, Heraklitos, Herodotus, tengkorak dari orang-orang yang paling besar dalam sejarah. Tulang belulang dari Hitler, Napoleon, Jenghis Khan, Hanibal, Mao Tze Tung, Stalin, dan nanti tulang kita semua ada di kuburan, tetapi saudara tidak akan menemukan tulang Yesus!

Di Vatikan, ada beberapa paku yang memaku Yesus tetapi tidak terdapat tulang Yesus. Banyak relief-relief di gereja terdapat dari tulang belulang orang-orang orang suci di Sindhikia, seperti Golen, demikian pula tempat-tempat yang lain yang menyatakan peninggalan dari orang- orang lain yang berkenaan dengan kain tipis yang menutupi tubuh Yesus, hanya kain itu yang tersisa di Turino. Lalu, orang Amerika, Inggris dengan metode sinar X dan perhitungan yang lama akhirnya membuktikan kain itu palsu adanya, bukan kain yang menutupi tubuh Yesus. Banyak orang Katolik menyembah kain itu karena mereka mengira kain itu membungkus tubuh Yesus dan dari sinar X terlihat ada satu wajah yang seram, matanya tertutup, karena ada suatu cairan dari mayat itu yang membekas dan dari situ orang bisa melihat wajah Yesus, yang berbeda dari wajah yang pernah dilukis. Akan tetapi, itu pun sudah dibuktikan palsu.

Iman kita tidak boleh didasarkan pada suatu bekas peninggalan Yesus. Iman kita didasarkan kepada kebangkitan Yesus Kristus. Kalau Yesus Kristus tidak bangkit, iman itu sia-sia. Pengabaran Injil sia-sia, kegiatan rasul Paulus sia-sia. Iman kepercayaan, pemberitaan dan kebangkitan tidak bisa dipisahkan. Kebangkitan Yesus Kristus menjadi fondasi iman, yang menentukan hasil kepercayaan kita dan fungsi pemberitaan kita. Jika Yesus tidak bangkit tidak perlu menjadi orang Kristen. Jika Yesus tidak bangkit, tidak perlu mengabarkan Injil. Sejarah akan terus menerus membuktikan satu hal bahwa gereja yang tidak percaya akan kebangkitan Yesus Kristus tidak akan mempunyai iman yang sejati dan tidak mempunyai iman yang dapat diberitakan. Gereja yang hanya menganggap Yesus sebagai revolusioner, sebagai moralis yang besar, perombak sistem masyarakat, psikolog dan konselor terbesar adalah gereja yang lumpuh yang tidak mempunyai kekuatan. Puji Tuhan! Yesus Kristus bangkit dan Paulus berkata, kebangkitan menjadi jaminan iman, jaminan pemberitaan, dan jaminan kehidupan Kristen.

Paulus berkata, "Jikalau Yesus Kristus tidak bangkit maka kita adalah orang-orang yang paling malang." Mengapa kebangkitan Yesus menjadikan Kekristenan tidak sia-sia? Waktu Paulus menulis surat Korintus ini, sudah banyak orang Kristen dianiaya, dipenjarakan dan dibunuh. Orang Kristen tidak mempunyai hak apa-apa lagi. Orang Romawi memfitnah orang Kristen dengan alasan yang tidak jujur untuk menghancurkan kekristenan. Mereka dibuang ke lubang singa, dimakan di tengah-tengah arena yang besar oleh singa yang sengaja dibuat kelaparan. Ada seorang di antara beratus ribu penonton yang kemudian menjadi sejarawan besar mengatakan, "Saya heran berkali-kali melihat orang dimakan singa dengan berteriak dan ada yang jatuh pingsan. Akan tetapi, kali ini saya melihat orang Kristen mempunyai iman yang aneh dan menganggap seseorang yang sudah mati itu bangkit. Orang biasa itu adalah Yesus Kristus yang mereka anggap sebagai Allah. Para pengikut itu dilempar ke dekat mulut singa tetap bernyanyi memuji Tuhan." Pemuda ini akhirnya menjadi sejarahwan yang menulis tentang orang Israel khususnya sebelum dan sesudah kematian Yesus Kristus.

Kemenangan Kristus

Ketika Paulus menulis ayat ini, ia tahu apa yang pernah terjadi dan dia tahu akan penganiayaan yang akan datang. Jika Yesus tidak bangkit maka kita adalah orang yang paling malang karena kita mengikut Dia tanpa hasil. Jika Yesus tidak bangkit, apa yang kita perjuangkan menjadi hampa, keadaan dunia makin lama makin gawat. Karena kalau orang yang sebaik Yesus pun ajal-Nya begitu menakutkan, apalagi manusia yang lain. Jikalau Yesus tidak bangkit dunia tidak mempunyai jawaban bagi persoalan yang paling sulit dan yang paling lama yaitu mengapa orang benar menderita? Orang fasik menjadi makmur sedang orang jujur harus kelaparan; orang yang berdusta menjadi kaya, orang jahat berumur panjang sedangkan orang baik bermoral tinggi umurnya pendek. Di manakah keadilan, kuasa, penyertaan, dan berkat Tuhan? Di manakah keberadaan Tuhan? Bukankah demikian juga pada waktu Yesus dicaci? Pada waktu Yesus dipaku di atas kayu salib terlihat gelap menutupi. Yang jahat mengalahkan yang baik, ketidakadilan berkuasa atas keadilan; yang suci dihukum oleh yang tidak suci. Dalam dunia ini seluruhnya terbalik tidak ada norma/nilai yang beres. Seluruh dunia mempunyai keadilan yang tidak benar. Dunia sudah tidak lagi mengenai kebenaran, kesucian, keadilan, kebajikan. Yesus dengan kedua tangan-Nya menyembuhkan orang, sekarang tangan itu harus dipaku. Yesus dengan kedua kaki-Nya pergi memberitakan Injil, sekarang kaki itu ditusuk. Yesus mempunyai hati yang penuh cinta, yang merangkul seluruh dunia, sekarang ditusuk sehingga darah dan air yang keluar. Di manakah keadilan dan kebenaran? Tidak ada jawaban. Jawabannya hanya ada pada kebangkitan Yesus Kristus. Karena Yesus Kristus bangkit, Paulus berkata, "Pemberitaanku tidak sia-sia." Karena Yesus bangkit kita bukan orang yang paling malang melainkan orang yang paling berpengharapan di dalam Dia.

Kebangkitan Yesus Kristus adalah jaminan yang paling besar bagi mereka yang berjuang dalam sejarah. Oleh karena itu berjuanglah untuk hidup walau harus mengalami kesulitan dan perlakuan tidak adil.

Karena Yesus Kristus bangkit secara vertikal kita berdamai dengan Tuhan Allah. Dosa kita diampuni, jiwa kita diselamatkan, dan mengalami hidup yang baru di dalam Tuhan. Secara horizontal, kita berjuang di dalam dunia menjadi saksi kebangkitan Kristus.

Kebangkitan Kristus

Sumber Artikel: 
Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 8/Juni 1990
Judul Artikel : Kebangkitan Kristus
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Halaman : 4-10

Berkhotbah adalah Hal yang Serius

Penulis_artikel: 
James Edward, McGoldrick
Tanggal_artikel: 
4 Mei 2023
Isi_artikel: 

Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: "Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Matius 3:1-2

Dalam tahun 1956 orang-orang Hongaria yang bersemangat bangkit dalam revolusi melawan pemimpin-pemimpin komunis mereka, dan untuk beberapa hari, kota Budapest berkobar dengan perlawanan kepada tirani Soviet. Ketika bantuan yang diharapkan dari dunia bebas tidak datang juga, Pasukan Merah Soviet menekan para pemberontak tanpa belas kasihan, dan sekitar 200.000 pencinta kebebasan Hongaria lari ke Barat. Satu dari pengungsi menjadi profesor di Temple University di Filadelfia, setelah meninggalkan posisinya di Universitas Budapest. Tak lama setelah mulai mengajar di Filadelfia, sarjana Hongaria ini bertanya kepada sebuah kelas pastoral, "Mengapa pendeta Amerika memulai khotbah mereka dengan sebuah lelucon?" Ia mengindikasikan bahwa Hongaria tidak menolerir ketidakseriusan sedemikian dalam mimbar, karena di sanalah orang-orang Kristen memegang Firman Tuhan dengan serius. Ketika memarahi pengkhotbah-pengkhotbah Amerika, profesor menasehati mahasiswa- mahasiswanya untuk menyadari bahwa gereja bukan teater, mimbar bukan panggung, dan oleh sebab itu pengkhotbah tidak boleh menjadi artis (performer). Dengan kata lain, khotbah adalah hal yang serius.

Yohanes Pembaptis adalah contoh alkitabiah dari khotbah yang serius. Ia memulai proklamasinya sekitar tahun 26 M di sungai Yordan di dekat Betani, dan dengan melakukannya ia menggenapi nubuat Perjanjian Lama. Melalui nabi Maleakhi, Allah telah berjanji, "Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu." (Maleakhi 4:5). Elia termasuk pengkhotbah paling serius dari seluruh zaman. Ia tidak membuka khotbahnya dengan sebuah lelucon. Ia tidak menggunakan khotbah sebagai sarana untuk menyenangkan massa, karena ia berbicara dengan keyakinan bahwa Allah telah berbicara kepadanya.

Dalam Perjanjian Baru, terbukti bahwa Yohanes Pembaptis menyerupai Elia begitu dekat dalam isi berita dan dalam penampilan. Ia adalah "orang yang diutus Allah" (Yohanes 1:6) untuk "menyaksikan tentang Terang (Kristus), supaya oleh Dia semua orang menjadi percaya" (Yohanes 1:6-7). Yohanes datang dalam kuasa dan roh Elia untuk mengumumkan kedatangan Juruselamat yang sudah dekat. Ia mengumumkan bahwa suatu hari baru tentang penyataan mulai terbit untuk umat Allah, suatu hari berkat dan penebusan, karena Mesias yang telah lama ditunggu datang menyatakan diri. Ini adalah hal yang serius. Bukan waktunya untuk membuat lelucon dan main-main.

Kedatangan Yohanes Pembaptis telah dinubuatkan oleh Yesaya, pengkhotbah dengan kuasa besar yang lain. Nabi Perjanjian Lama ini telah menjanjikan "suara orang berseru: 'Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN.' (Yesaya 40:3). Yohanes dinubuatkan sebagai pendahulu bagi Kristus, seorang yang menyiapkan jalan untuk kedatangan Raja.

Pada zaman dulu jalan-jalan sering dalam keadaan buruk, tetapi ketika pemerintah tahu bahwa ada seorang anggota keluarga kerajaan akan lewat di jalan itu, mereka menutup lobang-lobang dan meratakan jalan agar siap untuk digunakan oleh raja. Setelah anggota kerajaan itu menggunakan jalan tersebut, maka jalan itu dikenal sebagai jalan raya milik raja.

Yohanes Pembaptis menyiapkan jalan, tidak untuk semua raja, tetapi untuk Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan. Sebuah tanggung jawab yang serius. Bukan waktunya untuk menghibur manusia dengan lelucon. Yohanes mempunyai misi serius untuk diberitakan, dan dalam menjalankan tugasnya, ia menerapkan sebuah contoh semangat bagi setiap lapisan generasi pengkhotbah-pengkhotbah. Ia memberitakan seluruh kebenaran yang Allah telah nyatakan kepadanya. Ia mengkhotbahkan kebenaran, meskipun itu tidak menyenangkan. Ia mengkhotbahkan kebenaran ketika berita itu tidak dapat diterima oleh telinga para pendengar. Meskipun demikian ia mengkhotbahkan kebenaran.

Khotbah yang serius seringkali menggusarkan penentang-penentang, sehingga Yohanes menghadapi kesulitan dari berbagai pihak oposisi. Jika ia memberikan khotbahnya dengan cara yang membuat orang lain tertawa, ia tidak akan membuat marah siapapun. Namun Yohanes ada dalam misi bagi Allah. Karena ia harus mengumumkan kedatangan Mesias, tidak ada waktu untuk kebodohan dan ketidakseriusan. Konsekwensinya, Yohanes membuat marah orang-orang dengan memberitakan kebenaran kepada mereka, tanpa bumbu yang sepele. Seperti pendahulunya, Elia, Yohanes adalah nabi yang benar, seorang penyampai suara Allah.

Mereka yang sekarang berhasrat untuk berkhotbah harus menghargai Yohanes sebagai sebuah teladan. Yaitu mereka harus berkhotbah dengan serius dan tidak menjalankan peran sebagai pelawak gereja. Pendeta tidak mempunyai kewajiban untuk menyenangkan siapapun juga, tidak dengan kesembronoan maupun dengan menceritakan diri sendiri. Khotbah alkitabiah tidak bersifat cerita komik atau kesaksian pribadi. Khotbah bukan alat untuk menceritakan pengalaman seseorang. Ingat Yunus. Pengalamannya luarbiasa, tetapi ketika ia pergi ke Niniwe, ia tidak menyinggung pengalaman itu, tetapi memproklamasikan Firman Tuhan. Tidak ada tanggung jawab yang lebih serius dalam hidup ini selain memberitakan kabar Allah. Yohanes Pembaptis, seperti Yunus, tahu hal itu, dan ia menyerahkan diri sendiri untuk tugas itu dengan kesungguhan hati.

Yohanes Pembaptis memberitakan ... "Bertobatlah, karena Kerajaan Allah sudah dekat." (Matius 3:1-2). Di mana pun juga Yohanes menghadapi kejahatan, semua diserangnya, di antara pemerintah yang berotoritas, dalam pelayan rohani, dan dalam masyarakat luas. Meskipun beritanya kaya dengan janji akan datangnya penebusan, Yohanes mengumumkan peringatan yang mengerikan, seperti ketika melancarkan serangan melawan dosa. Karena ia adalah orang yang diutus oleh Allah, Yohanes tidak dapat memberikan saringan berita yang baik saja kepada manusia, dan ia tidak mencari kesempatan untuk mendemonstrasikan kefasihan bicara. Dalam mengkhotbahkan berita dari Allah, ia menjadi "terang untuk menerangi kegelapan, suara yang menentang dosa, ... dan petunjuk jalan kepada Allah." Ia tidak memfokuskan perhatian pada diri sendiri dengan memberitakan secara terperinci tentang dirinya. Sebaliknya, ia berusaha untuk mengarahkan perhatian langsung kepada Kristus. Ketika Yesus muncul di hadapan publik, Yohanes menunjukNya sebagai Mesias dan berkata, "Lihat, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). "Ia harus makin bertambah dan aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30). Yohanes tidak menarik perhatian kepada dirinya sendiri tetapi ia berusaha agar dalam tiap kesempatan menarik perhatian kepada Anak Domba Allah.

Seperti Yohanes, semua pengkhotbah besar dalam Alkitab bersikap serius dalam pelayanan mereka. Rasul Paulus berkata, "Bukan dari kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus." (2 Korintus 4:5). Paulus bukan pelawak dan juga bukan pemberita pengalaman pribadi tetapi seorang pengkhotbah tentang Kristus yang serius dan bertanggung jawab. Pengkhotbah abad XX dan mereka yang berhasrat untuk berkhotbah harus memperhatikan hal ini baik-baik.

Khotbah harus dengan eksposisi yang setia dan aplikasi praktis dari Firman Tuhan. Khotbah demikian menuntut persiapan ekstensif, dan tidak boleh mempunyai keberanian untuk berdiri di mimbar sampai telah menghabiskan beberapa jam untuk persiapan. Menceritakan lelucon dan memasuki kisah pribadi memerlukan persiapan yang relatif kecil, tetapi seorang yang ingin sungguh-sungguh menjadi pengkhotbah alkitabiah harus menghabiskan banyak waktu dalam studi. Setiap khotbah harus berdasarkan exegese dari Alkitab dan menghabiskan waktu berjam-jam dalam persiapan, jika tidak orang itu tidak layak untuk berdiri di mimbar.

Contoh Yohanes Pembaptis harus meyakinkan semua pelayan Tuhan bahwa pengkhotbah yang sesungguhnya tidak akan memikirkan apa yang menyenangkan telinga para pendengarnya. Ia harus memberitakan seluruh kebenaran, bahkan ketika itu tidak enak bagi telinga pendengar dan membangkitkan oposisi mereka. Dengan semangat dari keyakinan tadi, Yohanes sama sekali serius dalam pelayanannya. Seorang pengkhotbah dari seluruh kebenaran harus menyatakan berita seakan-akan disampaikan oleh Yesus Kristus. Mimbar bukan tempat untuk inovasi dan menunjukkan kepandaian. Pelayan Tuhan harus tidak boleh menambahkan atau mengurangi Injil yang kekal. Dengan keyakinan sepenuhnya dalam Firman Tuhan, ia harus memberitakan berita Allah yang telah dinyatakan, dan ia harus melakukannya dengan penuh kesungguhan, berdoa, menggali Alkitab dan dengan segala aplikasi pada kebutuhan kontemporer.

Berita Yesus adalah, "Bertobatlah dan percaya kepada Injil." (Markus 1:14). Sepertinya Yohanes berteriak, "Bertobatlah, karena Kerajaan Allah sudah dekat." (Matius 3:2). Beritanya harus diharmonisasikan secara sempurna dengan berita Kristus. Karena menuntut pertobatan, Yesus dan Yohanes membangkitkan kemarahan orang-orang. Khotbah seperti itu tidak menyenangkan sama sekali. Untuk mengatakan kepada orang- orang bahwa mereka harus bertobat adalah memberikan penjelasan bahwa mereka adalah orang-orang berdosa yang ada di bawah murka Allah, dan ini bukan tugas yang menyenangkan. Tidak ada satu orangpun yang senang ketika dikatakan bahwa ia seorang berdosa, tetapi itulah yang diproklamasikan oleh Elia, Yohanes Pembaptis, Paulus, dan Yesus. Pertobatan menyangkut perubahan meninggalkan kejahatan dan berbalik arah kepada Allah. Seperti yang ditekankan oleh Yesaya:

Carilah TUHAN selama Ia berkenan di temui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. Yesaya 55:6-7

Pertobatan menuntut suatu perubahan pikiran yang radikal yang menghasilkan perubahan hidup dan tingkah laku. Hal ini tidak bisa diabaikan dan tidak akan ada khotbah yang benar tanpa tuntutan akan hal ini. "Allah ... sekarang memerintahkan semua manusia di mana pun harus bertobat." (Kisah 17:30). Inilah khotbah para rasul. Setiap manusia harus bertobat. Pendeta tidak menggembalakan jemaat mereka ketika menyenangkan mereka dengan lelucon dan cerita pribadi. Manusia tidak membutuhkan atraksi seperti itu; mereka membutuhkan Firman Tuhan, dan kebutuhan ini sangat mendesak. Mereka harus tahu akan realita tidak menyenangkan mengenai dosa mereka. Mereka harus diubah secara drastis, dan pertobatan adalah inti untuk dapat berubah.

Pertobatan menyangkut suatu dukacita murni atas dosa. Westminster Katekismus mengemukakan demikian:

Bertobat kepada hidup adalah anugerah keselamatan, di mana seorang berdosa, keluar dengan pengertian yang benar atas dosanya dan menghampiri belas kasihan? Allah dalam Kristus, melakukannya dengan dukacita dan membenci dosanya, berbalik dari dosa kepada Allah, dengan tujuan penuh dan bertekun di dalamnya, yaitu ketaatan yang baru.

Ketika seseorang mengalami dukacita dan membenci dosanya, itu adalah hal yang serius. Lelucon dan pengalaman pribadi tidak mempunyai kekuatan untuk pertobatan semacam itu dan juga tidak layak untuk mengundang mereka.

Pertobatan menuntut pengakuan jujur atas kesalahan dan tanggungjawab seseorang atas dosa-dosanya. Sebuah penyesalan yang benar berhubungan dengan deklarasi Alkitabiah bahwa "hati lebih licik dari segala sesuatu." (Yeremia 17:9). Ia tahu akan keadaan hatinya sendiri. Banyolan dari mimbar tidak akan memimpin seseorang kepada keyakinan tersebut. Khotbah yang serius, kenabian dan kerasulan sangat penting.

Dalam bidang nubuat, Yohanes memanggil untuk pertobatan. Banyak orang Farisi dan Saduki datang kepadanya untuk dibaptis, tetapi kita harus memperhatikan bagaimana Yohanes berespon atas permintaan mereka. Ia menolak aplikasi mereka. Ia berkata kepada mereka," Kamu kawanan ular beludak! Siapa melepaskan kamu dari murka Allah yang akan datang? Hasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. (Matius 3:7-8). Tidak heran bila Yohanes menghadapi begitu banyak musuh. Ia mengatakan orang-orang terbaik di Israel dalam keadaan sangat membutuhkan pertobatan. Ia tidak sama dengan pengkhotbah modern yang pergi mengatakan kepada orang-orang, "Tersenyumlah! Allah mencintai kamu dan mempunyai rencana indah bagi hidupmu." Yohanes memulai penginjilannya tidak dengan mengumumkan kasih Allah tetapi menekankan murka Allah. Ia menetapkan fakta dosa dan mengingatkan akan datangnya penghakiman. Tidak ada alasan bagi pendengarnya untuk tersenyum. Yohanes tahu mereka di bawah murka Allah, dan ia menetapkan bahwa mereka harus tahu itu. Bukan waktunya untuk menghiburkan mereka. Melainkan sekarang perlu untuk mengkonfrontasikan mereka dengan realita.

Yohanes Pembaptis mengatakan kepada pemimpin rohani orang Israel bahwa mereka harus bertobat. Ia mengingatkan mereka untuk tidak bersandar pada warisan sebagai keturunan Abraham, karena "dari batu-batu ini Allah dapat membangkitkan anak-anak bagi Abraham." (Matius 3:9). Ada sebuah keganjilan dalam mitologi Yahudi yang berpendapat bahwa Abraham duduk di pintu gerbang neraka dan menghalangi jalan sehingga tidak ada seorang Yahudi pun dapat memasukinya. Tetapi Yohanes membuatnya jelas bahwa warisan agama seseorang dan nenek moyangnya tidak akan berarti apa-apa jika ia tidak bertobat. Ia memberi dua alternatif; dibaptiskan di atas dasar pertobatan yang benar atau berada dalam api penghakiman ilahi.

John Bunyan, dalam satu bukunya, menanyakan, "Akankah engkau meninggalkan dosamu dan pergi ke sorga, atau engkau mempertahankan dosamu dan pergi ke neraka?" Inilah khotbah alkitabiah. Inilah penginjilan nabi dan rasul. Elia, Yohanes Pembaptis, rasul Paulus, Yesus sendiri, John Bunyan dan sekelompok pemberita lain dari kebenaran selalu serius dalam berkhotbah. Mereka percaya bahwa gereja bukan teater, dan mimbar bukan panggung. Oleh sebab itu pengkhotbah harus tidak menjadi artis. Doa seorang pengkhotbah adalah: Kiranya perkataan dari mulutku dan renungan hatiku berkenan di hadapanMu, oh Tuhan, Gunung Batu dan Penebusku." Mazmur 19:14

Diambil dari Banner of Truth edisi Juni 1989 Issue 309

Audio: Berkhotbah adalah hal yang Serius

Sumber Artikel: 
Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 8/Juni 1990
Judul Artikel: Berkhotbah Adalah Hal Yang Serius
Penulis : James Edward, McGoldrick
Halaman : 28-33

Ciri-ciri Remaja dan Cara Menanggapinya

Penulis_artikel: 
-
Isi_artikel: 

(Daftar ini tidak dimaksudkan sebagai daftar lengkap; para pembimbing remaja dapat menambahkan sendiri hasil pengamatannya)

Ciri-ciri fisik
Pertumbuhan badan remaja sangat cepat. Sistem koordinasi tubuh mereka menjadi kurang seimbang akibat pertumbuhan yang cepat itu. Mereka mengalami masa-masa energetik dan lelah silih berganti.

Cara menanggapi
Bersabarlah dengan kecanggungan mereka. Jangan membuat kegiatan-kegiatan terlalu kompetitif atau terlalu menegangkan. Jangan salah mengerti kelelahan mereka dan menyamakannya dengan kemalasan.

Ciri-ciri mental
Mereka manyukai petualangan dan penemuan YralItal baru, dan mereka mempunyai imajinasi yang aktif. Mereka senang humor. Mereka mampu berpikir serius, dan memiliki kesanggupan untuk berpikir abstrak maupun kongkret sekaligus. Tetapi pengetahuan mereka berkembang lebih cepat daripada pengalaman.

Cara menanggapi
Tanggapi ciri-ciri ini secara positif. Bantulah mereka memakai imajinasinya untuk membuat Alkitab lebih hidup. Tertawa bersama mereka. Gunakan•humor. Bimbinglah mereka agar dapat memikirkan sendiri masalah-masalahnya. Arahkan mereka kepada Alkitab untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sulit.

Ciri-ciri sosial
Mereka ingin menjadi dewasa dan tidak tergantung pada orang dewasa. Namun dalam banyak hal mereka masih bertindak seperti kanak-kanak. Mereka ingin dianggap "termasuk" atau "milik" gang-nya dan punya rasa setia kawan yang besar terhadap teman-teman sebayanya. Mereka malu-malu dan sangat peka akan keadaan dirinya.

Cara menanggapi
Jangan memanggil mereka "anak-anak". Beri mereka tanggung jawab, tetapi jangan kecewa kalau mereka bertindak kurang bertanggung jawab. Hormatilah kesetiakawanan mereka. Doronglah mereka supaya memilih teman-teman yang baik. Arahkan kesetiakawanan mereka kepada Tuhan. Jangan mengejek mereka, apalagi melontarkan sindiran tajam. Tunjukkan kepada setiap remaja bahwa Anda mengasihi dan mempedulikan mereka

Ciri-ciri emosional
Emosi mereka kuat sekali dan sering naik turun. Mereka sulit mengendalikan emosinya karena begitu banyak perubahan sedang terjadi di dalam tubuhnya. Mereka merasa tak seorang pun memahami mereka.

Cara menanggapi
Jangan timbulkan gangguan emosional pada mereka. Jangan membuat acara permainan yang gaduh, yang langsung diikuti oleh kebaktian serius; mereka tidak dapat menenangkan diri secepat itu. Sediakan waktu untuk mengenal mereka satu per satu secara pribadi.

Ciri-ciri rohani
Mereka menginginkan agama yang praktis. Mereka punya banyak keraguan mengenai agama. Mereka mencari keteladanan.

Cara menanggapi
Tunjukkan selalu bahwa kebenaran-kebenaran Alkitab itu relevan untuk situasi kehidupan mereka. Terimalah keraguan ini sebagai bagian dari proses pertumbuhan. Sambutlah sifat itu sebagai pertanda bahwa para remaja ini sedang menjadikan imannya sebagai iman mereka sendiri, bukan iman yang diwarisi dari orang tua. Arahkan keinginan ini kepada Kristus dan teladan yang la berikan kepada kita di dalam Alkitab.

Sumber Artikel: 
Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 1/Maret 1987
Judul Artikel: Ciri-ciri Remaja dan Cara Menanggapinya
Halaman : 12

Ilmuwan Cemerlang Sovyet Masuk Kristen dan Mendukung Teori Kreasi

Penulis_artikel: 
Ir. Stanley I. Sethiadi
Isi_artikel: 

Dr. Dmitry A. Kuznetsov, lulus M.D. dalam penyakit dalam (internist) pada tahun 1978. Pada tahun 1981 ia dapat gelar Ph.D. dalam kimia biologi, dan gelar D.Sc. dalam biologi molekuler pada tahun 1989. Pada tahun 1983, Dr. Kuznetsov, pada usia 29 tahun, mendapat hadiah "Lenin Komsomol", sebuah hadiah yang diberikan setiap tahun kepada dua sarjana muda yang paling cemerlang di Sovyet Uni. Pada tahun 1986 ia mendapat hadiah "Councel of Ministries" untuk pekerjaannya yang cemerlang di bidang kimia biologi.

Pada tahun 1980, sewaktu bekerja di Moskow, Dr. Kuznetsov beralih kepercayaan dari evolusionisme ke kreasionisme. Ia juga beralih kepercayaan dari ateisme kepada kepercayaan akan Allah. Ia kemudian menjadi anggota gereja Baptis Moskow. Dan kini ia mengisi ruang "Ilmu pengetahuan alam tanpa ateisme" dari surat kabar "The Protestant" yang mempunyai oplah 10.000 di Sovyet Uni.

Awal 1990, Dr. Kuznetsov mengunjungi Amerika Serikat. Ia memberi ceramah di Universitas Yale, U.C.L.A. dll. mengenai penyelidikan ilmiahnya. Pada tanggal 25 dan 26 Januari 1990, Dr. Kuznetsov mengunjungi "Institut Penyelidikan Penciptaan" (Institute for Creation Research) di EI Cajon, California. Ia jumpa dengan para ilmuwan ICR dan membicarakan kemungkinan kerjasama di bidang penyelidikan penciptaan atau kreasi secara ilmiah. Ia menyatakan keheranannya bahwa kini di Moskow di bawah Glasnost, lebih banyak diberi kebebasan akademis untuk penyelidikan ilmiah kreasi daripada di California.

Teori kreasi dikemukakan para ilmuwan kreasionis terutama sejak tahun 1970. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan seorang Pencipta langsung jadi sempurna dalam waktu singkat. Teori ini membantah teori evolusi yang mengatakan bahwa alam semesta ini terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu miliaran tahun.

Banyak orang mengira bahwa teori evolusi sudah terbukti secara ilmiah. Ada juga rohaniwan Kristen baik Katolik maupun Protestan yang mengira demikian. Seorang Doktor dalam teologi di Jakarta ini, baru-baru ini bahkan mengatakan bahwa menurut kitab Kejadian 1 alam semesta terjadi dalam waktu enam hari. Ia menulis: "Mulanya memang ditafsirkan begitu. Tetapi kemudian karena bukti-bukti ilmiah yang tak dapat terbantah, terjadi perubahan." Tetapi apakah betul bahwa ada "bukti-bukti ilmiah" mengenai terjadinya alam semesta? Apakah yang disebut "bukti-bukti ilmiah"? Apakah terjadinya alam semesta dapat diulangi dan diselidiki secara seksama? Tentu tidak dapat, bukan? Untuk menyelidiki secara seksama kita harus kembali ke zaman alam semesta terjadi, dan ini tidak mungkin. Dasar dari ilmu pengetahuan alam adalah justru observasi (pengamatan) dan/atau eksperimen (percobaan) yang dapat diulangi dan diselidiki dengan seksama.

Sejak tahun 1970 di seluruh dunia makin lama makin banyak ilmuwan yang membantah teori evolusi. Dari beberapa orang menjadi ratusan lalu ribuan dan kini (1990) jumlahnya sudah puluhan ribu. Ilmuwan Sovyetpun sudah makin banyak yang berpendapat bahwa penyelidikan ilmiah lebih mendukung teori kreasi daripada teori evolusi. Pada bulan Januari 1990 di samping Dr. Kuznetsov ada dua ilmuwan Sovyet lainnya yang mengunjungi ICR. Masing-masing datang secara terpisah. Hampir dari semua disiplin ilmu pengetahuan alam, kini telah ada yang mendukung teori kreasi. Beberapa di antaranya ialah ahli hidrologi Dr. H.M. Morris, ahli-ahli mikrobiologi Dr. Larry Butler, Dr. Duane Gish, Dr. Kuznetsov, ahli-ahli ilmu alam Dr. C.W. Harrison, Dr. Barnes, ahli astronomi Dr. Slusher, ahli kimia Dr. W.A. Beckman, ahli arkeologi Dr. Clifford A. Wilson dll.

Penulis sendiri sampai tahun 1983 (usia 45 tahun) percaya betul bahwa bumi kita ini terjadi dalam miliaran tahun. Mengapa? Karena semua guru penulis dari SD sampai universitas mengatakan begitu. Lagipula berita- berita televisi, surat kabar, majalah-majalah dsb. penuh dengan berita-berita yang berbau evolusionisme. Kemudian penulis menganggap bahwa itulah akal sehat. Tetapi setelah penulis mempelajari sekali lagi argumen-argumen yang mendukung maupun menentang teori evolusi maupun teori kreasi penulis berkesimpulan bahwa sesungguhnya teori evolusi tidak terbukti secara ilmiah. Apa yang digembar-gemborkan sebagai fakta evolusi (the fact of evolution) adalah sesungguhnya prasangka-prasangka atau iman evolusi (the faith of evolution). Sejak tahun 1986, penulis lebih percaya pada Allah daripada siapa pun di dunia ini mengenai asal usul alam semesta. Dan melalui Alkitab Allah telah berfirman bahwa Dia telah menciptakan alam semesta ini dalam waktu enam hari.

Untuk melepaskan diri dari iman yang salah, apalagi yang telah ditanamkan di dalam benak kita sejak dari bangku SD memang dibutuhkan keberanian mental dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengerti kebenaran. Bagaimana dengan Anda?

Kepada orang Kristen dari denominasi manapun, kini penulis menghimbau, agar menerima Kitab Kejadian 1 s/d 11 seperti yang dimaksudkan Allah. Allah yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya, jadi Allahlah yang paling tahu bagaimana dan bilamana Dia menciptakannya. Jangan buat tafsiran yang bukan-bukan (day-age theory, gap theory, theistic evolution, allegoric/symbolic dsb.). Kejadian 1 s/d 11 adalah record yang teliti bagaimana Allah menciptakan langit, bumi dan segala isinya, termasuk umat manusia. Haleluyah!

Sumber: Majalah Acts dan Facts, 3 Maret 1990

Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 8/Juni 1990
Judul Artikel: Ilmuwan Cemerlang Sovyet Masuk Kristen Dan Mendukung Teori Kreasi
Penulis : Ir. Stanley I. Sethiadi
Halaman : 22-23
Sumber Artikel: 
Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 8/Juni 1990
Judul Artikel: Ilmuwan Cemerlang Sovyet Masuk Kristen Dan Mendukung Teori Kreasi
Penulis : Ir. Stanley I. Sethiadi
Halaman : 22-23

Ketidakselarasan Kekristenan Asal Jadi

Penulis_artikel: 
A.W. Tozer
Isi_artikel: 

Pengenalan Penulis: A.W. Tozer dilahirkan di Pennsylvania 1897. Dari 1919-1963 menjabat sebagai pendeta Gereja Alliance. Menggembala gereja selama 34 tahun di Chicago Selatan. Pada masa itu ia mengembangkan bakat tulisannya untuk menjadi berkat banyak gereja. Tulisan Tozer singkat dan dinamis, sangat menekankan kebenaran Injil yang sejati serta fakta-fakta hidup rohani.

Negara yang menyediakan teh instan dan kopi instan, juga telah menyediakan agama Kristen yang instan. Hal ini seharusnya tidak mengherankan. Walaupun teh dan kopi semacam ini bukan ditemukan oleh Amerika Serikat, tetapi pasti menjadi terkenal di dalam dunia kultural melalui Wan yang menggemparkan di negara ini. Bukan saja demikian, kita juga tidak bisa menyangkal aliran Injili yang dangkallah yang telah membawa kekristenan asal jadi ke dalam gereja-gereja.

Kita tidak membicarakan alasan-alasan yang bersifat hiasan dari gereja Katolik dan aliran liberal. Mari kita berkonsentrasi kepada gereja-gereja besar yang beranggota banyak di dalam aliran Injili, maka kita langsung bisa melihat berapa besar kerugian yang sudah dialami oleh aliran Injili ini. Di antara mereka sebagian pemimpin sudah melalaikan esensi Injil dan kestabilan pengaruhnya demi kecepatan dan kemudahan pelayanan, sehingga telah menghasilkan pengaruh yang menjadi racun, yang telah melukai gereja-gereja Injili di Amerika. Dan pada waktu yang sama melalui literatur penginjil dan para misionari telah menyebar ke seluruh dunia.

Kekristenan asal jadi ini bertumbuh bersama dengan zaman industri, dimana penemuan-penemuan manusia tentang mesin bertujuan rangkap. Yang pertama adalah agar dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan hasil pekerjaan tangan. Selain itu selesai mengerjakan boleh mempergunakan waktunya untuk menuntut hal-hal yang diinginkannya, misalnya pelesir demi hiburan duniawi. Kristen yang bersifat instan juga mirip di dalam tujuan yang sama. Karena Kristen semacam ini seolah-olah sudah membereskan hal-hal yang lampau dan menjamin hal-hal yang akan datang sehingga pengikutnya boleh menuntut keinginan jasmaniah yang lebih sempurna dengan hati yang bebas dan sejahtera serta tidak terikat oleh apa-apa.

Namun kekristenan instan ini juga mengakibatkan banyak orang Kristen kehilangan pengharapan di dalam iman mereka. Mereka merasa seolah-olah Allah terlalu jauh dari mereka sedangkan dunia ini sangat dekat dengan kita dan kuasa kedagingan sangat sulit ditolaknya.

Yang disebut agama "Kristen instan" yang saya maksudkan adalah pikiran yang dihasilkan semacam konsep yang bisa kita temukan di mana-mana dalam bidang agama, yaitu terhadap jiwa kita sendiri hanya memerlukan semacam atau dua macam tindakan yang bersifat iman sudah cukup untuk melunaskan seluruh kewajiban kita sehingga total melepaskan segala kecemasan dan ketidaksejahteraan rohani kita pada hari kelak. Mereka yang mengajar senantiasa menegaskan bahwa kita dipanggil sebagai kaum kudus. Sehingga kita tidak berkewajiban mencapai kesucian di dalam moral kita. Sifat satu kali jadi untuk selama-lamanya boleh dikatakan sangat jauh dari iman kekristenan di dalam Kitab Suci. Di dalam kesalahan macam ini dan banyak kesalahan yang lain semua disebabkan kurang pengertian sempurna terhadap sebagian kebenaran. Memang benar menjadi beriman kepada Kristus dapat terjadi sungguh-sungguh. Sehingga dimana perasaan berat terhadap beban dosa di sana juga makin jelas dan makin sukacita dinyatakan perasaan pengampunan. Pengalaman sukacita diampuni semacam ini akan menjadi sejajar dengan perasaan benci terhadap kerusakan moral di dalam pertobatan. Orang Kristen yang sejati adalah orang yang sudah berjumpa dengan Allah. la sendiri mengetahui bahwa sudah memiliki hidup kekal, juga mungkin mengetahui di mana dan kapan ia telah menerima itu. Orang semacam ini sesudah diperanakkan pula juga memiliki pengalaman yang jelas dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus menyatakan diri sehingga sebuah jiwa yang diperbaharui akan sama sekali tidak sulit untuk membuktikan penyertaan Roh Kudus pada waktu Roh Kudus memenuhinya. Namun kesulitan terletak pada kita yang selalu terlalu mudah bersandar pada pengalaman kita sehingga mengakibatkan salah mengerti total terhadap kitab Suci Perjanjian Baru. Kita selalu dianjurkan untuk mengambil keputusan, harus langsung membereskan masalah, dan menyelesaikannya saat itu juga. Nasehat semacam ini tidak perlu dipersalahkan karena memang adalah hal yang bisa diselesaikan satu kali untuk selama-lamanya, khususnya hal-hal pribadi. Mungkin diselesaikan secara langsung berdasarkan iman Alkitabiah. Tidak ada orang menyangkali hal ini, demikian juga saya.

Tetapi pertanyaan kita sebenarnya adalah di dalam "tindakan iman yang satu kali" berapa banyak persoalan yang bisa dibereskan dan berapa banyak sisa yang belum dikerjakan? Apakah keputusan satu kali ini sudah cukup? Kekristenan instan mudah sekali memacetkan tuntutan kita di dalam iman serta menghentikan kemajuan rohani kita, dia akan mengakibatkan ketidakmengertian kita terhadap hidup orang Kristen yang penuh dinamika dan terus menerus berkembang, dia melalaikan satu fakta yaitu seorang Kristen baru sama seperti bayi yang baru lahir merupakan hidup yang berorgan, yang memerlukan nutrisi dan gerakan untuk memelihara pertumbuhan yang normal. Kekristenan instan tidak memikirkan bahwa iman terhadap Kristus merupakan suatu relasi pribadi yang ditegakkan melalui aspek rasio dan moral dan relasi persahabatan yang intim di antara Allah dan manusia yang dicipta menurut peta Allah yaitu relasi antara Allah dan orang yang diperdamaikan dengan-Nya tidak mungkin terjadi di dalam satu kali kontak. (Relasi secara posisi terjadi satu kali, tetapi pengalaman secara intim dengan Tuhan perlu dipupuk setelah perdamaian itu terjadi - penjelasan Pdt.Dr. Stephen Tong).

Pembela kekristenan instan berusaha menaruh seluruh keselamatan di dalam satu-dua kali pengalaman, dengan demikian mereka menghina prinsip perkembangan yang digerakkan di dalam dunia alamiah. Mereka melalaikan hasil pengudusan yang dikerjakan melalui kesengsaraan memikul salib dan ketaatan yang sesungguhnya. Pada waktu yang sama juga melalaikan latihan rohani serta pemupukan kebiasaan agama yang seharusnya, sehingga kewajiban berperang dengan dunia setan dan kedagingan juga sangat dilalaikannya. Semacam konsep a priori yang tidak benar ini serta satu-dua kali tindakan iman di dalam permulaan percaya mengakibatkan manusia memperoleh semacam kekuasaan di dalam jiwa manusia itu. Sehingga manusia tidak perlu mengharapkan apa-apa lagi. Namun kekristenan instan ini juga mengakibatkan banyak orang Kristen kehilangan pengharapan di dalam iman mereka. Mereka merasa seolah-olah Allah terlalu jauh dari mereka sedangkan dunia ini sangat dekat dengan kita dan kuasa kedagingan sangat sulit ditolaknya. Sebagian manusia yang lain sangat suka menerima jaminan berkat yang bersifat otomatis ini, karena ini dapat melepaskan mereka dari keadaan waspada, berperang maupun berdoa sehingga bisa menikmati dunia ini dengan bebas dan sempurna sampai hidup kekal. Kita seolah melihat kekristenan instan merupakan arus ortodoks dari abad ke-20 tetapi saya menyangsikan orang menerapkan Filipi 3:7-16 pada masa ini. Apakah betul-betul mereka menganggap inilah kepercayaannya yang menentukan mati hidupnya? Saya kira dia tidak akan merasa demikian.

Sumber Artikel: 
Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 8/Juni 1990
Judul Artikel: Ketidakselarasan Kekristenan Asal Jadi
Penulis : A.W. Tozer
Halaman : 11-14

Komentar


Syndicate content