Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Ketidakselarasan Kekristenan Asal JadiPenulis_artikel:
A.W. Tozer
Isi_artikel:
Pengenalan Penulis: A.W. Tozer dilahirkan di Pennsylvania 1897. Dari 1919-1963 menjabat sebagai pendeta Gereja Alliance. Menggembala gereja selama 34 tahun di Chicago Selatan. Pada masa itu ia mengembangkan bakat tulisannya untuk menjadi berkat banyak gereja. Tulisan Tozer singkat dan dinamis, sangat menekankan kebenaran Injil yang sejati serta fakta-fakta hidup rohani. Negara yang menyediakan teh instan dan kopi instan, juga telah menyediakan agama Kristen yang instan. Hal ini seharusnya tidak mengherankan. Walaupun teh dan kopi semacam ini bukan ditemukan oleh Amerika Serikat, tetapi pasti menjadi terkenal di dalam dunia kultural melalui Wan yang menggemparkan di negara ini. Bukan saja demikian, kita juga tidak bisa menyangkal aliran Injili yang dangkallah yang telah membawa kekristenan asal jadi ke dalam gereja-gereja. Kita tidak membicarakan alasan-alasan yang bersifat hiasan dari gereja Katolik dan aliran liberal. Mari kita berkonsentrasi kepada gereja-gereja besar yang beranggota banyak di dalam aliran Injili, maka kita langsung bisa melihat berapa besar kerugian yang sudah dialami oleh aliran Injili ini. Di antara mereka sebagian pemimpin sudah melalaikan esensi Injil dan kestabilan pengaruhnya demi kecepatan dan kemudahan pelayanan, sehingga telah menghasilkan pengaruh yang menjadi racun, yang telah melukai gereja-gereja Injili di Amerika. Dan pada waktu yang sama melalui literatur penginjil dan para misionari telah menyebar ke seluruh dunia. Kekristenan asal jadi ini bertumbuh bersama dengan zaman industri, dimana penemuan-penemuan manusia tentang mesin bertujuan rangkap. Yang pertama adalah agar dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan hasil pekerjaan tangan. Selain itu selesai mengerjakan boleh mempergunakan waktunya untuk menuntut hal-hal yang diinginkannya, misalnya pelesir demi hiburan duniawi. Kristen yang bersifat instan juga mirip di dalam tujuan yang sama. Karena Kristen semacam ini seolah-olah sudah membereskan hal-hal yang lampau dan menjamin hal-hal yang akan datang sehingga pengikutnya boleh menuntut keinginan jasmaniah yang lebih sempurna dengan hati yang bebas dan sejahtera serta tidak terikat oleh apa-apa. Namun kekristenan instan ini juga mengakibatkan banyak orang Kristen kehilangan pengharapan di dalam iman mereka. Mereka merasa seolah-olah Allah terlalu jauh dari mereka sedangkan dunia ini sangat dekat dengan kita dan kuasa kedagingan sangat sulit ditolaknya. Yang disebut agama "Kristen instan" yang saya maksudkan adalah pikiran yang dihasilkan semacam konsep yang bisa kita temukan di mana-mana dalam bidang agama, yaitu terhadap jiwa kita sendiri hanya memerlukan semacam atau dua macam tindakan yang bersifat iman sudah cukup untuk melunaskan seluruh kewajiban kita sehingga total melepaskan segala kecemasan dan ketidaksejahteraan rohani kita pada hari kelak. Mereka yang mengajar senantiasa menegaskan bahwa kita dipanggil sebagai kaum kudus. Sehingga kita tidak berkewajiban mencapai kesucian di dalam moral kita. Sifat satu kali jadi untuk selama-lamanya boleh dikatakan sangat jauh dari iman kekristenan di dalam Kitab Suci. Di dalam kesalahan macam ini dan banyak kesalahan yang lain semua disebabkan kurang pengertian sempurna terhadap sebagian kebenaran. Memang benar menjadi beriman kepada Kristus dapat terjadi sungguh-sungguh. Sehingga dimana perasaan berat terhadap beban dosa di sana juga makin jelas dan makin sukacita dinyatakan perasaan pengampunan. Pengalaman sukacita diampuni semacam ini akan menjadi sejajar dengan perasaan benci terhadap kerusakan moral di dalam pertobatan. Orang Kristen yang sejati adalah orang yang sudah berjumpa dengan Allah. la sendiri mengetahui bahwa sudah memiliki hidup kekal, juga mungkin mengetahui di mana dan kapan ia telah menerima itu. Orang semacam ini sesudah diperanakkan pula juga memiliki pengalaman yang jelas dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus menyatakan diri sehingga sebuah jiwa yang diperbaharui akan sama sekali tidak sulit untuk membuktikan penyertaan Roh Kudus pada waktu Roh Kudus memenuhinya. Namun kesulitan terletak pada kita yang selalu terlalu mudah bersandar pada pengalaman kita sehingga mengakibatkan salah mengerti total terhadap kitab Suci Perjanjian Baru. Kita selalu dianjurkan untuk mengambil keputusan, harus langsung membereskan masalah, dan menyelesaikannya saat itu juga. Nasehat semacam ini tidak perlu dipersalahkan karena memang adalah hal yang bisa diselesaikan satu kali untuk selama-lamanya, khususnya hal-hal pribadi. Mungkin diselesaikan secara langsung berdasarkan iman Alkitabiah. Tidak ada orang menyangkali hal ini, demikian juga saya. Tetapi pertanyaan kita sebenarnya adalah di dalam "tindakan iman yang satu kali" berapa banyak persoalan yang bisa dibereskan dan berapa banyak sisa yang belum dikerjakan? Apakah keputusan satu kali ini sudah cukup? Kekristenan instan mudah sekali memacetkan tuntutan kita di dalam iman serta menghentikan kemajuan rohani kita, dia akan mengakibatkan ketidakmengertian kita terhadap hidup orang Kristen yang penuh dinamika dan terus menerus berkembang, dia melalaikan satu fakta yaitu seorang Kristen baru sama seperti bayi yang baru lahir merupakan hidup yang berorgan, yang memerlukan nutrisi dan gerakan untuk memelihara pertumbuhan yang normal. Kekristenan instan tidak memikirkan bahwa iman terhadap Kristus merupakan suatu relasi pribadi yang ditegakkan melalui aspek rasio dan moral dan relasi persahabatan yang intim di antara Allah dan manusia yang dicipta menurut peta Allah yaitu relasi antara Allah dan orang yang diperdamaikan dengan-Nya tidak mungkin terjadi di dalam satu kali kontak. (Relasi secara posisi terjadi satu kali, tetapi pengalaman secara intim dengan Tuhan perlu dipupuk setelah perdamaian itu terjadi - penjelasan Pdt.Dr. Stephen Tong). Pembela kekristenan instan berusaha menaruh seluruh keselamatan di dalam satu-dua kali pengalaman, dengan demikian mereka menghina prinsip perkembangan yang digerakkan di dalam dunia alamiah. Mereka melalaikan hasil pengudusan yang dikerjakan melalui kesengsaraan memikul salib dan ketaatan yang sesungguhnya. Pada waktu yang sama juga melalaikan latihan rohani serta pemupukan kebiasaan agama yang seharusnya, sehingga kewajiban berperang dengan dunia setan dan kedagingan juga sangat dilalaikannya. Semacam konsep a priori yang tidak benar ini serta satu-dua kali tindakan iman di dalam permulaan percaya mengakibatkan manusia memperoleh semacam kekuasaan di dalam jiwa manusia itu. Sehingga manusia tidak perlu mengharapkan apa-apa lagi. Namun kekristenan instan ini juga mengakibatkan banyak orang Kristen kehilangan pengharapan di dalam iman mereka. Mereka merasa seolah-olah Allah terlalu jauh dari mereka sedangkan dunia ini sangat dekat dengan kita dan kuasa kedagingan sangat sulit ditolaknya. Sebagian manusia yang lain sangat suka menerima jaminan berkat yang bersifat otomatis ini, karena ini dapat melepaskan mereka dari keadaan waspada, berperang maupun berdoa sehingga bisa menikmati dunia ini dengan bebas dan sempurna sampai hidup kekal. Kita seolah melihat kekristenan instan merupakan arus ortodoks dari abad ke-20 tetapi saya menyangsikan orang menerapkan Filipi 3:7-16 pada masa ini. Apakah betul-betul mereka menganggap inilah kepercayaannya yang menentukan mati hidupnya? Saya kira dia tidak akan merasa demikian. Sumber Artikel:
Sumber:
Komentar |
Publikasi e-Reformed |