Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Penderitaan Sang Juruselamat
Editorial:
Penulis:
Louis Berkhof
Edisi:
059/III/2005
Isi:
Sejumlah hal perlu ditekankan berkenaan dengan penderitaan Kristus.
KEMATIAN SANG JURUSELAMAT Penderitaan Juruselamat kita pada akhirnya mencapai titik puncak tertinggi pada waktu kematian-Nya. Berkenaan dengan hal ini, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:
PENGUBURAN SANG JURUSELAMAT Tampaknya, kematian Kristus adalah keadaan terakhir dari kehinaan-Nya, terutama berkaitan dengan kalimat terakhir yang diucapkan-Nya di atas kayu salib, "Sudah genap". Akan tetapi, sesungguhnya kalimat itu berkaitan dengan penderitaan-Nya yang aktif, yaitu penderitaan dimana Ia sendiri mengambil bagian secara aktif. Tentu saja hal ini benar digenapi pada saat kematian-Nya. Akan tetapi, jelas bahwa kematian-Nya juga mengambil bagian kehinaan-Nya. Perhatikanlah hal berikut ini:
JURUSELAMAT KITA TURUN KEDALAM KERAJAAN MAUT
Tafisran-tafsiran berbeda dari pernyataan Pengakuan Iman tersebut.
Sumber:
Sumber diambil dari:
Yayasan Lembaga SABDA; Biblical Computing
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Posting saya kali ini adalah tulisan saya sendiri yang berisi ajakan untuk mendoakan pelayanan Biblical Computing di Indonesia. Untuk itu, saya ingin memperkenalkan Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), dimana saya sendiri ikut terlibat di dalamnya. YLSA adalah sebuah yayasan yang memiliki pelayanan yang unik dan sangat menarik, khususnya sehubungan dengan pelayanan Biblical Computing. Nah, untuk mengetahui letak keunikan yayasan ini, silakan menyimak tulisan berikut ini. In Christ,
Penulis:
Yulia Oeniyati, Th.M
Edisi:
058/I/2005
Isi:
Visi dan Misi Yayasan Lembaga SABDA Saya melihat YLSA sebagai yayasan yang unik, karena sampai saat ini, belum ada yayasan Kristen non-profit lain, yang berbasis di Indonesia, yang khusus bergerak dalam bidang pelayanan elektronik (yaitu menggunakan media komputer dan internet). Visi YLSA sebenarnya sangat simple, yaitu menjadi "hamba elektronik" untuk melayani masyarakat Kristen Indonesia, khususnya dalam penyediaan bahan-bahan literatur Kristen (dalam bentuk elektronik/digital). YLSA ingin membuktikan bahwa kemajuan teknologi sebenarnya adalah untuk menunjang kemajuan pekerjaan Tuhan. Tentu, hal ini akan sangat kontradiksi dengan pendapat sebagian orang Kristen (dan gereja) yang percaya bahwa komputer adalah alatnya setan. Sebaliknya, YLSA percaya pada "mandat budaya" yang Alkitab berikan kepada umat-Nya, bahwa kemajuan peradaban manusia seharusnya adalah untuk kemuliaan Tuhan. Setan akan memakainya jika kita membiarkan hal itu terjadi. Komputer bisa menjadi alat yang luar biasa untuk memuliakan Tuhan jika berada di tangan seorang Kristen yang mengasihi Tuhan, yang dipanggil untuk melaksanakan misi- Nya. Gambaran inilah yang saya lihat di YLSA. Melalui misi pelayanannya, YLSA diharapkan dapat menjadi fasilitator dan mobilisator bagi lahirnya dan tersebarnya bahan-bahan kekristenan bermutu, berbasis Indonesia yang bermanfaat untuk membangun iman masyarakat Kristen Indonesia. Sedihnya, dari dulu sampai sekarang, dalam hal literatur Kristen, bahkan juga literatur umum, Indonesia masih tergolong sebagai negara yang miskin dalam hal orisinalitas, baik kuantitasnya maupun kualitasnya (tapi bukan berarti tidak ada tulisan bermutu dari orang Indonesia, ada sih... tapi, jumlahnya tidak bisa dikatakan menggembirakan). Literatur Kristen bahasa Indonesia yang beredar pada umumnya terjemahan dari bahasa Inggris (itupun kebanyakan mutunya masih harus dipertanyakan). Literatur yang disukai biasanya adalah bahan-bahan praktika yang masih belum menyentuh hal-hal yang mendasar, sehingga tidak dapat membangun iman dan kehidupan Kristen yang solid. Jika pelayanan literatur Kristen umum masih belum digarap dengan baik di Indonesia, apalagi pelayanan literatur yang khusus berhubungan dengan bidang biblika, lebih tidak menggembirakan lagi. Dalam bidang inilah, YLSA ingin memberikan peran di Indonesia. Fokus Pelayanan YLSA Fokus pelayanan YLSA bisa diringkaskan dalam (4) Bidang Pelayanan Utama, yaitu:
Melihat apa yang dilakukan YLSA, saya kira YLSA termasuk yayasan yang langka. Tapi pada kesempatan ini, saya tidak akan menjelaskan satu per satu 4 fokus pelayanan YLSA di atas. Hanya satu dulu saja, yaitu Biblical Computing. Namun, ke-4 fokus pelayanan YLSA di atas sebenarnya memiliki keterkaitan yang erat antara satu dengan yang lain. YLSA dan Pelayanan Biblical Computing Apakah yang dimaksud dengan BIBLICAL COMPUTING? (Biblical Computing selanjutnya disingkat BC). Melihat kombinasi dua kata yang dipakai, yaitu "biblical" dan "computing", maka secara sederhana, BC dimengerti sebagai perpaduan antara Alkitab dan komputer. Namun penyederhanaan arti BC ini sebenarnya bisa menyesatkan. "Biblical" lebih dari hanya sekadar Alkitab, dan "computing" lebih dari sekadar komputer. Lebih tepat jika BC diartikan sebagai proses penyelidikan dan penggalian Alkitab, yang menyangkut semua aspek dari "biblical studies", yang dilakukan dengan bantuan program komputer. Dari arti di atas, maka kita dapat melihat bahwa BC adalah jendela bagi dimungkinkannya semua aspek penggalian Alkitab yang luas dan dalam, yang kebanyakan tidak mungkin dilakukan sebelumnya. Dengan kecanggihan pemrograman komputer, hal-hal yang dulu tidak mungkin dikerjakan, sekarang menjadi mungkin, contohnya:
Selain itu, komputer juga telah menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat, bahkan luar biasa, untuk memproses bahan-bahan biblika, dengan memberikan hasil dengan ketelitian dan kecermatan tinggi, dalam waktu yang jauh -- jauh lebih singkat dibandingkan dengan cara manual (tanpa alat bantu komputer). Pelaksanaan pelayanan Biblical Computing memerlukan paling tidak 2 hal mendasar:
YLSA menyadari bahwa pelayanan di bidang BC adalah pelayanan yang sangat mendasar yang diperlukan untuk mendukung kesehatan gereja dan pelayanan Kristen pada umumnya. Melalui pelayanan BC, maka masyarakat Kristen akan belajar bagaimana menggali dan menganalisa teks Alkitab, dengan cara yang lebih bertanggung jawab dan lebih akurat, tanpa harus mengorbankan keyakinan kita pada kebenaran Alkitab sebagai Firman Tuhan yang mutlak dan absolut. Program SABDA -- Online Bible (versi Indonesia) Untuk menyiapkan suatu program software Alkitab yang nantinya akan diintegrasikan dengan bahan-bahan biblika/bahan lain, YLSA tidak membuatnya sendiri, tapi YLSA bekerjasama dengan ONLINE BIBLE (yang diciptakan dan di-manage oleh Larry Pierce). Online Bible memiliki program software Alkitab yang cukup canggih, koleksi bahan-bahan biblikanya juga cukup luas, dan mempunyai komunitas pendukung yang mengembangkan program tersebut. Selain itu, Online Bible bersifat "open source" atau gratis. Setelah diskusi dan disetujui oleh Larry Pierce, maka dilakukan modifikasi program dengan penyesuaian pada beberapa bagian. Sebagai hasilnya, lahirlah sebuah program Alkitab yang disebut SABDA (singkatan dari Software Alkitab, Biblika Dan Alat- alat). Program inilah yang akan mengintegrasikan teks berbagai versi Alkitab, dalam beragam bahasa, termasuk bahasa asli Alkitab (Yunani dan Ibrani), dengan bahan-bahan biblika dan banyak bahan kekristenan lain, dengan sumber-sumber dari bahasa Indonesia. Keseluruhan dari paket Biblical Computing ini, kemudian dikemas dalam banyak floppy, sampai akhirnya menjadi sebuah CD, yang untuk selanjutnya dikenal dengan nama CD SABDA -- atau Online Bible versi bahasa Indonesia. Teks Berbagai Versi Alkitab dan Bahan-bahan Biblika Selama hampir 10 tahun pelayanannya, YLSA telah berusaha membangun infrastruktur yang diharapkan akan memungkinkan pelayanan bidang BC ini terwujud. Salah satu hal mendasar yang sangat penting dilakukan adalah penyediaan berbagai versi Alkitab, baik dalam bahasa Indonesia Kuno (Melayu)/Modern; bahasa daerah/suku (Jawa, Sunda); bahasa asli Alkitab (Yunani dan Ibrani) maupun bahasa asing lainnya (Inggris, Latin, Belanda, China) dalam bentuk elektronik/digital. Penggalian informasi dan pengumpulan serta pemrosesan manuskrip- manuskrip Alkitab bahasa Indonesia, baik Bahasa Indonesia kuno maupun modern, merupakan tantangan yang cukup besar. Namun, hal itu dapat teratasi berkat kejujuran, tekad, dan kerja keras dari setiap orang yang terlibat dalam pelayanan ini. Puji Tuhan! kerja keras ini membuahkan hasil yang luar biasa karena saat ini, YLSA telah berhasil memproses secara elektronik 10+ versi Alkitab bahasa Indonesia untuk dipublikasikan dan dipakai oleh masyarakat Indonesia secara luas. Keberhasilan inilah yang memantapkan YLSA untuk selanjutnya membangun pelayanan yang disebut sebagai "e-Bible". Dalam melaksanakan "biblical studies", memiliki berbagai teks Alkitab saja sangatlah tidak cukup. Diperlukan bahan-bahan biblika lain untuk menjadi sumber referensi yang menunjang proses penggalian dan penyelidikan Alkitab. Untuk itu, bekerja sama dengan berbagai lembaga penerbitan lain, YLSA mengumpulkan dan memproses bahan-bahan yang akan berguna untuk dibuat bentuk elektroniknya/digitalnya. Sebagai hasilnya adalah sebuah "rak buku elektronik" yang berisi:
Peluncuran CD SABDA Versi 2.0 CD SABDA versi 1.0 telah selesai dikerjakan sebelum tahun 1995, yang berupa teks Alkitab versi TB dan BIS dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), yang kemudian diberikan kembali ke LAI secara gratis. Versi ini masih memakai program asli dari Online Bible dengan bahan-bahan lain dalam bahasa Inggris. Namun kemudian mulailah dikembangkan interface dalam bahasa Indonesia dan sedikit demi sedikit penambahan bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia. Selang 4 tahun kemudian (tahun 2000), CD SABDA versi 2.0 secara lengkap selesai dikerjakan, dicetak, dan disebarkan dengan gratis kepada masyarakat Kristen Indonesia secara luas. CD SABDA versi 2.0 berisi program Online Bible dalam bahasa Indonesia yang merupakan pengembangan dari versi 1.0. Bahan-bahan biblika dan bahan-bahan pelayanan yang ada dalam versi 2.0 berjumlah puluhan ribu halaman -- sebagian besar dalam bahasa Indonesia -- merupakan terbitan dan kerjasama dari berbagai penerbit Kristen Indonesia. Namun, karena adanya keterbatasan bahan-bahan biblika dalam bahasa Indonesia yang tersedia, maka beberapa bahan-bahan biblika dalam bahasa Inggris yang diperlukan masih dipertahankan. Peluncuran CD SABDA Versi 3.0 Selama 5 tahun setelah peluncuran CD SABDA versi 2.0 tahun 2000, YLSA tidak puas dan berhenti sampai di situ saja, karena masih ada banyak sekali pekerjaan Biblical Computing yang belum dikerjakan, khususnya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan jumlah versi Alkitab yang ada dalam bahasa Indonesia dan alat-alat biblika dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sejak versi 2.0 diluncurkan, YLSA telah bekerja keras meng-upgrade program SABDA dan memproses bahan-bahan biblika baru hingga akhir tahun 2004 dan awal 2005. Saat ini versi Beta dari CD SABDA 3.0, sejumlah kira-kira 150 buah, sudah dibagikan kepada beberapa kelompok orang sejak bulan Nopember 2004 y.l. Kerinduan YLSA adalah pada Pebruari tahun 2005, CD SABDA versi 3.0 dapat diluncurkan bagi masyarakat Kristen Indonesia! Media Biblical Computing Sebelum media CD menjadi populer di Indonesia, YLSA telah menyediakan floppy/disket bagi mereka yang menginginkan SABDA. Selain dalam versi DOS, tersedia juga versi Windows dan MacIntosh. Karena media internet juga mulai populer di Indonesia tahun 1997, maka jalur dan media penting ini pun dipakai agar masyarakat bisa mengakses SABDA dengan mudah -- mereka bisa downloading programnya atau bisa display dan memakai SABDA lewat Web. Ketika keping CD akhirnya mudah didapatkan, maka media CD menjadi pilihan YLSA untuk menyebarkan SABDA kepada masyarakat Kristen Indonesia secara luas. Dunia dan media elektronik berkembang terus dengan sangat cepat. Saat ini, selain bentuk CD, ada banyak variasi media/OS untuk melipat ganda, termasuk Audio, HTML, WEB, Linux, PDA, dan lain-lain. Pada tahap berikutnya setelah SABDA versi 3.0 (yang sedang disiapkan dan segera diluncurkan), YLSA siap mengembangkan BC untuk dapat tersedia dalam semua bentuk media elektronik yang ada. Mohon Dukungan Doa dan Dana Sampai hari ini, seluruh staf YLSA masih bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh pemrosesan bahan dan persiapan percetakan. Oleh karena itu, dukungan para Sahabat YLSA, khususnya dalam doa dan dana, sangat kami harapkan. Mari kita bergandeng tangan guna mendukung pelayanan Biblical Computing di Indonesia, yang sampai saat ini masih sangat kurang dikerjakan. Bagi Anda yang tergerak memberikan sumbangan untuk membantu penyelesaian proyek CD SABDA versi 3.0, silakan mengirimkannya ke: YAYASAN LEMBAGA SABDA
Sumber:
YLSA Sumber diambil dari:
Apa yang Menggerakkan Kehidupan Anda?
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Senang sekali bertemu Anda semua di awal tahun 2005 ini. Apakah ada di antara Anda yang punya tradisi/kebiasaan memulai tahun baru dengan suatu RESOLUSI? Saya sering melakukannya, khususnya kalau ada banyak kegagalan/kesalahan/kekecewaan yang saya alami tahun sebelumnya, sehingga hal itu mendorong saya untuk membuat rencana yang diharapkan akan dapat menebus kegagalan/kesalahan/kekecewaan itu. Dorongan rasa bersalah akhirnya mewarnai rencana-rencana hidup yang saya buat. Berbicara tentang membuat rencana hidup dan resolusi tahun baru, saya teringat dengan buku yang pada akhir tahun 2004 kemarin banyak dibicarakan orang, yaitu bukunya Rick Warren yang berjudul The Purpose Drive Life, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi "Kehidupan yang Digerakkan oleh Tujuan". Saya kira buku tersebut memang patut mendapat perhatian istimewa karena sangat "inspiring". Berikut adalah satu di antara 40 Bab yang dibahas dalam buku tersebut, yang saya kutipkan untuk Anda, khususnya yang belum kebagian membeli buku tersebut. Hal yang menarik dari artikel ini (buku ini) adalah kepandaian Rick untuk membuat pemikiran filosofis yang berat dan rumit tentang hidup menjadi suatu hal yang praktis dan simple. Ada beberapa hal yang dapat kita tarik menjadi pelajaran yang berguna:
Dan masih banyak lagi yang saya yakin dapat kita timba dari merenungkan artikel ini. Oleh karena itu, saya persilakan Anda menyimaknya sendiri dan selamat mengisi tahun 2005 dengan hal-hal yang berkenan bagi Tuhan. In Christ,
Penulis:
Rick Warren
Edisi:
057/XII/2004
Isi:
"Kemudian aku melihat bahwa pada dasarnya segala jerih payah dan keberhasilan orang didorong oleh perasaan iri hatinya. ..." Pengkhotbah 4:4 (FAYH) Manusia tanpa suatu tujuan adalah ibarat sebuah kapal tanpa kemudi -- anak terlantar, hal sia-sia, bukan siapa-siapa. Thomas Carlyle Kehidupan setiap orang digerakkan oleh sesuatu. Banyak kamus mendefinisikan kata kerja menggerakkan sebagai "membimbing, mengendalikan, atau mengarahkan". Entah Anda menggerakkan sebuah mobil, sebuah paku, atau bola golf, Anda sedang membimbing, mengendalikan, dan mengarahkannya pada saat itu. Apakah yang menjadi daya penggerak di dalam kehidupan Anda? Sekarang, Anda mungkin digerakkan oleh suatu masalah, suatu tekanan, atau suatu batas waktu. Anda mungkin digerakkan oleh ingatan yang menyedihkan, ketakutan yang menghantui, atau suatu keyakinan yang tidak disadari. Ada ratusan kondisi, nilai, dan emosi yang bisa menggerakkan kehidupan Anda. Berikut ini adalah lima penggerak yang paling umum:
BERBAGAI MANFAAT KEHIDUPAN YANG DIGERAKKAN OLEH TUJUAN Ada lima manfaat besar dari kehidupan yang memiliki tujuan:
BERPIKIR TENTANG TUJUAN SAYA Pokok untuk Direnungkan: Ayat untuk Diingat: Yesaya 26:3 (TEV) Pertanyaan untuk Dipikirkan:
Sumber:
Diambil dari:
Bukan Damai, Melainkan Pedang
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Karena sebentar lagi akan tiba Hari Natal, maka saya pikir akan sangat baik kalau pada kesempatan pengiriman kali ini, saya mengambil artikel yang sedikit berbau Natal .... :) Saya yakin, dalam banyak tahun mengikuti perayaan Natal, Anda pasti ingat tema-tema Natal yang menggunakan kata 'damai', seperti, "Damai di Bumi", "Natal yang Membawa Damai", "Kristus Raja Damai", "Pesan Damai dari Kristus", "Damai di Hati", dan masih banyak lagi .... Intinya, kedatangan Kristus diidentikkan dengan datangnya damai di dunia. Pesan Natal ini diambil dari pernyataan malaikat yang tertulis dalam Lukas 2:14. Artikel di bawah ini, yang berjudul "BUKAN DAMAI, MELAINKAN PEDANG", sepertinya bertentangan dengan pesan-pesan Natal yang selama ini biasa kita dengar. Tapi judul yang diambil dari Injil Matius 10:34 ini adalah kata-kata Kristus sendiri, maka sekarang pertanyaannya, apakah dua kalimat tersebut bertentangan? Sebagai orang Kristen yang mengerti Alkitab, tentu saja kita tidak mau memberikan jawaban yang terlalu apologetik (dalam arti yang sesungguhnya), ... 'wah kata-kata Tuhan Yesus itu sulit untuk kita tafsirkan sendiri, mungkin seharusnya dijawab oleh mereka yang ahli bahasa Yunani dan bla ... bla ... bla ....' Kalau kita dihadapkan pada pilihan, maka secara akal sehat dan etika, tentu saja kita akan mengganggap kata-kata malaikatlah yang lebih enak kita dengar. Menerima pernyataan Matius 10:34, sepertinya mempercayai bahwa Yesus datang sebagai pembawa onar. Maka kita akan cenderung mencoba menghindari memberikan jawaban atas masalah ini dan berkata bahwa kita tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus. Menanggapi sikap-sikap seperti ini, maka Kata Pengantar dalam buku dari mana artikel ini diambil, yang berjudul "Ucapan Yesus yang Sulit", sangat menarik untuk kita simak: "Satu alasan dari keluhan bahwa perkataan Yesus itu sulit adalah karena Dia membuat pendengar-Nya berpikir. Bagi sebagian orang, berpikir merupakan suatu pekerjaan yang sulit dan tidak enak, terutama bila menyangkut penilaian kembali yang kritis dari prasangka dan pendirian yang kuat, atau bila menyangkut tantangan terhadap konsensus pemikiran zaman sekarang. Oleh karena itu, setiap perkataan yang mengundang mereka untuk mengikutsertakan pemikiran yang demikian dianggap perkataan yang sulit. Banyak perkataan Yesus dianggap sulit dalam pengertian demikian." Nah, silakan merenungkan penjelasan F.F. Bruce (seorang pakar biblika Perjanjian Baru) dalam artikel berikut ini. Harapan saya dengan mengerti lebih dalam kata-kata Tuhan Yesus ini, kita bisa lebih menyadari bahwa dengan menerima Kristus sebagai Raja dalam kehidupan kita, bukan berarti bahwa kehidupan Kristen kita akan selalu dilimpahi dengan 'rasa damai' seperti yang kita inginkan atau kita mengerti. Justru kadang kita lihat sebaliknya, ketika kita dengan taat menjalankan prinsip-prinsip iman Kristen, maka kita mendapati hidup kita tidak lagi sejalan dengan prinsip-prinsip yang selama ini kita (lingkungan) pegang. "Rasa damai' tiba-tiba berubah menjadi konflik, meskipun sebenarnya bukan itu yang kita harapkan. Sementara kita mempersiapkan hati untuk menyambut Natal, marilah kita renungkan, bagaimana damai sejahtera yang sejati bisa betul-betul menguasai hati kita pada peringatan Natal tahun 2004? In Christ,
Penulis:
F.F. Bruce
Edisi:
056/XI/2004
Isi:
Bukan Damai, Melainkan PedangIni perkataan keras bagi semua orang yang mengingat berita para malaikat pada malam kelahiran Tuhan Yesus: ´Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya´. Bagian akhir dari berita ini seolah-olah berarti ´damai sejahtera di bumi di antara manusia adalah sasaran kasih Allah´. Memang, malaikat-malaikat hanya muncul dalam Lukas 2:14, sedang perkataan keras yang kita kutip terambil dari Matius. Akan tetapi, Lukas juga mencatat perkataan keras ini, hanya saja ia mengganti kata metafora ´pedang´ dengan kata bukan metafora, yaitu ´pertentangan´ (Lukas 12:51). Kedua penginjil kemudian melanjutkan tulisannya tentang Tuhan Yesus yang berkata, "Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya" (Matius 10:35; Lukas 12:53). Lalu, Matius menutup perkataan ini dengan kutipan dari Perjanjian Lama yang berbunyi ´musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya´ (Mikha 7:6). Satu hal yang sudah pasti: Tuhan Yesus tidak menyokong pertentangan. Ia mengajar pengikut-Nya untuk jangan melawan atau membalas kalau mereka diserang atau diperlakukan tidak baik, "Berbahagialah orang yang membawa damai", kata-Nya, "karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9). Artinya, Allah ialah Allah Damai Sejahtera, sehingga orang yang mencari dan meneruskan damai mencerminkan sifat Allah. Ketika Ia melakukan kunjungan terakhir ke Yerusalem, berita yang Ia bawa menyangkut ´apa yang perlu untuk damai sejahtera´, dan Ia menangis karena kota itu menolak berita-Nya dan cenderung kepada jalan yang menuju kebinasaan (Lukas 19:41-44). Berita yang dikumandangkan pengikut-pengikut-Nya dalam nama-Nya setelah kepergian-Nya disebut ´Injil damai sejahtera´ (Efesus 6:15) atau ´berita perdamaian´ (2 Korintus 5:19). Disebut demikian bukan hanya sebagai ajaran doktrin, tetapi sebagai kenyataan yang dialami. Individu-individu dan kelompok-kelompok yang dahulunya saling berjauhan mengalami bagaimana mereka saling akur karena pengabdian yang sama kepada Kristus. Hal semacam ini bahkan dialami lebih awal dalam rangkaian pelayanan di Galilea. Kalau Simon orang Zelot dan Matius si pemungut cukai mampu hidup berdampingan sebagai dua rasul di antara dua belas rasul, tentunya rasul-rasul yang lain memandangnya sebagai mukjizat dari kasih karunia Allah. Akan tetapi, ketika Tuhan Yesus berbicara tentang ketegangan dan konflik dalam keluarga, Ia mungkin berbicara berdasarkan pengalaman pribadi. Ada indikasi dalam kisah Injil bahwa beberapa anggota keluarga-Nya sendiri tidak bersimpati dengan pelayanan-Nya: orang-orang yang dalam suatu kesempatan berusaha untuk mengambil-Nya dengan paksa karena orang yang mengatai-ngatai ´Ia tidak waras lagi´ disebut ´sahabat-Nya´ dalam RSV tetapi lebih tepat ´kaum keluarga-Nya´ dalam NEB dan juga dalam terjemahan bahasa Indonesia (Markus 3:21). Sebab saudara-saudara-Nya sendiri tidak percaya kepada-Nya, demikian dikatakan dalam Yohanes 7:5. (Kalau orang bertanya mengapa saudara-saudara-Nya ini menduduki kursi-kursi kepemimpinan bersama para rasul dalam gereja mula-mula, maka jawabannya dengan pasti terdapat dalam pernyataan 1 Korintus 15:7, yaitu bahwa Tuhan Yesus yang bangkit menyatakan diri kepada Yakobus saudara-Nya.) Jadi, kalau Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang, yang Ia maksudkan ialah bahwa itu adalah akibat kedatangan-Nya, bukan karena itu menjadi tujuan kedatangan-Nya. Kata-kata-Nya menjadi kenyataan dalam kehidupan gereja yang mula-mula. Dan, kebenaran kata-kata ini telah dibuktikan kemudian dalam sejarah pelayanan misi-misi Kristen. Waktu satu atau dua anggota keluarga atau golongan masyarakat lainnya menerima iman Kristen, maka hal ini selalu menimbulkan pertentangan dari anggota-anggota yang lain. Paulus, yang rupanya juga mengalami pertentangan semacam ini dalam keluarganya sebagai akibat pertobatannya, membuat perlengkapan bagi situasi semacam ini dalam hidup kekeluargaan para petobatnya. Ia tahu bahwa ketegangan bisa timbul bila seorang suami istri menjadi Kristen, sedang pasangannya tetap tidak percaya. Bila pasangan yang tidak percaya merasa berbahagia hidup bersama orang Kristen, itu baik. Seluruh keluarga dalam waktu yang tidak lama bisa menjadi Kristen. Akan tetapi, bila pasangan yang tidak percaya bersikeras untuk meninggalkan dan mengakhiri perkawinan, maka orang Kristen tidak boleh menggunakan kekerasan atau tindakan-tindakan legal, karena ´Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera´ (1 Korintus 7:12-16). Jadi, dalam kata-kata-Nya ini, Tuhan Yesus memperingatkan pengikut- pengikut-Nya bahwa kesetiaan mereka kepada-Nya bisa mengakibatkan konflik di rumah, bahkan pengusiran dari lingkungan keluarga. Adalah baik bahwa mereka diperingatkan sebelumnya, jadi mereka tidak bisa berkata, "Kami tidak pernah membayangkan bahwa kami harus membayar harga ini untuk mengikut Dia!"
Sumber:
Sumber diambil dari:
Permulaaan Pembaharuan Gereja (Reformasi)
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Selamat Hari Reformasi Gereja yang tahun ini kita peringati tanggal 31 Oktober 2004. Kiranya semangat untuk terus memperbaharui gereja tetap menyala-nyala sebagaimana para Reformator dulu. Jangan hanya memperbaharui tampilan gereja saja (seperti tempatnya dan gedungnya), tapi yang terutama doktrin dan pengajarannya (teologianya). Sola Scriptura, Sola fide, Sola gracia. In Christ,
Edisi:
055/X/2004
Isi:
1. Yang menyebabkan timbulnya pembaruan gereja ialah perbedaan antara teologi serta praktik gereja dengan ajaran Alkitab seperti yang ditemukan oleh Luther. Peristiwa yang membuat Reformasi itu mulai adalah penjualan surat-surat penghapusan siksa di Jerman oleh Tetzel. Menentang ucapan-ucapan Tetzel, Luther menyusun ke-95 dalilnya. Apa yang telah ditemukan oleh seorang guru teologi jauh di daerah, merupakan bahan peledak yang nanti akan meruntuhkan susunan gereja. Akan tetapi, pemimpin-pemimpin gereja di pusat tidak menyadari bahaya yang mengancam. Paus Leo X dan tokoh-tokoh gereja lainnya sibuk merencanakan pembangunan gereja raksasa, yaitu gereja Santo Petrus di Roma, yang harus melambangkan keagungan Gereja Barat. Untuk mengumpulkan dana bagi proyek itu, mereka memaklumkan penghapusan siksa bagi orang-orang yang akan memberi sumbangan. Di Jerman, surat-surat penghapusan siksa itu diperdagangkan oleh Tetzel. Dan, perdagangan itulah yang menjadi pendorong dimulainya Reformasi. Meskipun Tetzel seorang anggota Ordo Dominikan, tetapi ia tidak begitu mengindahkan rumusan-rumusan teologi yang halus. Ajaran resmi mengenai penghapusan siksa itu menentukan bahwa penghapusaan itu hanya berlaku, kalau orang sungguh-sungguh menyesali dosanya dan kalau dosa itu telah diampuni melalui sakramen pengakuan dosa. Namun, Tetzel berusaha meningkatkan penjualan barangnya dengan mengatakan bahwa surat-surat yang ditawarkannya itu menghapuskan dosa juga dan memperdamaikan orang dengan Allah. Demikianlah orang mendapat kesan bahwa pengampunan dosa dan pendamaian dengan Allah bisa diperoleh dengan uang, di luar penyesalan hati dan di luar sakramen-sakramen juga. Luther, sebagai seorang imam juga harus menerima pengakuan dosa dari pihak anggota-anggota jemaat. Karena pengalamannya sendiri, maka ia sangat bersungguh-sungguh dalam hal ini. Kini, ia didatangi oleh orang-orang yang menganggap sepi ajakan yang diberikannya sesudah pengakuan, agar mereka betul-betul menyesal dan menunjukkan penyesalan mereka dengan perbuatannya. Mereka memperlihatkan kepadanya surat penghapusan siksa sambil berkata: dosa kami sudah diampuni. Luther kaget. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menjadikan hal ini sebagai pokok pembicaraan antara sarjana-sarjana teologi. Begitulah ia menyusun 95 dalil mengenai penghapusan siksa, dalam bahasa Latin, bahasa kaum cendekiawan. Pada tanggal 31 Oktober 1517, ia memperkenalkan dalil-dalil itu dengan menempelkannya di pintu gereja di Wittenberg (bacaan 1). 2. Dalil-dalil Luther menyangkut perkara yang sudah menghebohkan masyarakat Jerman, meskipun biasanya dengan alasan lain (harta Jerman yang mengalir ke luar negeri). Dari sebab itu, tulisan tersebut dibaca dengan asyik oleh orang banyak. Sebaliknya, pemimpin-pemimpin gereja di Roma menuding Luther sebagai seorang penyesat. Dalam dalil-dalilnya itu, Luther menentang perkataan-perkataan Tetzel. Bahkan, ia menegaskan pula bahwa penyesalan sejati bukanlah sesuatu hal yang dapat diselesaikan orang dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh iman setelah pengakuan dosa, misalnya dengan mengucapkan Doa Bapa Kami sekian kali. Penyesalan itu berlangsung selama hidup! Itulah makna dalil yang pertama, yang berbunyi: "Apabila Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus berkata: Bertobatlah, dan seterusnya, yang dimaksudkanNya ialah bahwa seluruh kehidupan orang percaya haruslah merupakan pertobatan (= penyesalan)." Siapa yang betul-betul mengasihi Allah, tidak akan berusaha secara egoistis menebus hukuman atas dosanya, apalagi dengan uang; yang penting baginya ialah agar Allah mengampuni kesalahannya. Luther belum menyangkal adanya api penyucian, sama seperti ia belum menyangkal kekuasaan Sri Paus dan banyak hal lain yang pada kemudian hari ditolaknya. Maksudnya, hanyalah untuk melawan pendapat seakan-akan surat-surat penghapusan siksa itu dapat memberi keselamatan, seperti yang didengung-dengungkan oleh para penjajanya untuk menipu rakyat biasa. Namun, sebenarnya Luther telah merombak seluruh ajaran Gereja Abad Pertengahan, bila ia mengatakan, "Bukan sakramen, melainkan imanlah yang menyelamatkan." Dalil-dalil diterjemahkan oleh mahasiswa-mahasiswanya ke dalam bahasa Jerman, dan dalam waktu empat minggu saja sudah tersiar ke seluruh Jerman. Umat Kristen, yang sudah lama tidak senang lagi mengenai keadaan gereja, kini mendengar suara yang menyatakan keberatannya dan yang sekaligus menunjukkan jalan lain. Sebaliknya, pemimpin-pemimpin gereja tidak begitu senang. Dalam waktu yang singkat saja hasil penjualan surat-surat penghapusan siksa telah menjadi sangat berkurang. Luther dituduh di hadapan Paus sebagai seorang penyesat, dan Leo X menuntut supaya ia menarik kembali ajaran yang salah itu. Luther menjelaskan maksud dalil-dalilnya kepada Paus dalam sepucuk surat yang penuh penghormatan. Akan tetapi, Paus memberi perintah kepadanya untuk menghadap hakim-hakimnya di Roma dalam waktu 60 hari. Itu berarti bahwa Luther akan dibunuh. Akan tetapi, keadaan politik di Jerman menolong Luther. Sebenarnya negeri Jerman adalah kekaisaran, tetapi kekuasaan Kaisar sangat terbatas. Jerman terbagi atas ratusan daerah yang praktis yang merupakan negara-negara merdeka. Salah satu yang terbesar di antara daerah-daerah itu ialah Kerajaan Sachsen, di mana Luther tinggal. Kalau rajanya, Raja Friedrich yang Bijaksana, berbuat sesuatu yang menentang gereja, Kaisar atau Paus tidak bisa berbuat apa-apa. Friedrich tidak mau menyerahkan Luther, tetapi Paus tidak berani melawan Friedrich, sebab memerlukan dukungan Friedrich dalam pemilihan seorang Kaisar baru (Charles V, 1519-1555). Lalu, Luther diperiksa di Jerman sendiri, tetapi di luar wilayah Saksen, oleh Kardinal Cajetanus (1518). Sudah barang tentu ia mengira bahwa ia akan ditangkap dan dibunuh. Di tengah jalan, orang- orang meneriakkan kepadanya, "Balik, balik!" Akan tetapi, Luther menjawab, "Di sana pun berkuasa Kristus. Semoga Kristus hidup, Martinus binasa, bersama dengan setiap orang berdosa!" Ia menghadap sang kardinal dengan berlutut dan ia mencoba membujuk Luther baik-baik, tetapi dengan segera toh terjadi perdebatan. Pegawai-pegawai istana Paus menertawakan Luther yang begitu bodoh membenarkan dirinya berdasarkan Kitab Suci. Akibatnya, sang Kardinal menjadi marah, dan Luther terpaksa diselundupkan ke luar kota, supaya ia lolos dari bahaya maut. Baru dua tahun kemudian Luther dihukum secara resmi. 3. Sementara itu, gerakan Reformasi semakin meluas. Luther sendiri makin sadar bahwa pengertiannya yang baru itu akan berpengaruh terhadap seluruh ajaran dan tata gereja: makin banyak unsur dari teologi dan praktik Gereja Roma yang ia tolak. Banyak kota dan daerah di Jerman yang memihak kepada Luther dan namanya mulai terkenal di luar negeri juga. Kalangan humanis bergelora semangatnya karena pembaruan-pembaruan yang dianjurkannya. Salah seorang humanis yang selama hidupnya bersahabat dengan Luther ialah rekannya di Universitas Wittenberg, Melanchthon (1497-1560), yang pada tahun 1518 menjadi guru besar bahasa Yunani di sana. Pengajaran sekolah umum di negeri Jerman disusunnya secara baru, menurut asas-asas Reformasi. Dialah yang menulis buku dogmatika protestan yang pertama, yang berjudul: Loci Communes ("Pokok-pokok Teologi", 1521). Ia juga merupakan pembantu Luther dalam hal penerjemahan Alkitab. Pandangan-pandangan baru Luther tidak berkembang dengan cepat, sebab ia berwatak konservatif, dan tidak suka melepaskan apa yang pernah dianutnya. Namun, justru dialah yang terpanggil untuk memelopori pembaruan gereja! Baru pada tahun 1519, ia menginsafi bahwa Paus bisa keliru juga, bahwa konseli-konseli gereja pun bisa sesat. Dengan demikian, seluruh tradisi gereja, yaitu anggapan-anggapan dan kebiasaan-kebiasaan yang telah muncul dan dipelihara berabad-abad lamanya, kehilangan kekuasaannya di samping Alkitab. Tradisi itu hanya masih berlaku di bawah kekuasaan Alkitab: apa yang berlawanan dengan ajaran Alkitab harus dihapuskan. 4. Pada tahun 1520 Luther menerbitkan tiga tulisan yang di dalamnya, ia menguraikan pandangannya yang baru. Yang paling terkenal ialah Kebebasan Seorang Kristen, yang merupakan buku etika Protestan yang pertama. Dalam ketiga karangan itu, Luther merobohkan seluruh sistem Abad Petengahan. Yang pertama ialah kepada para pemimpin Kristen Jerman, mengenai perbaikan masyarakat Kristen. Di sini, Luther menyatakan bahwa Paus dan kaum rohaniwan tidak boleh berkuasa atas "kaum awam". Setiap orang Kristen adalah seorang imam dan ikut bertanggung jawab dalam gereja. Dunia juga tidak "bertingkat dua". Berkhotbah atau bercocok tanam sama tingkatnya, sebab sama-sama bertujuan melayani Allah. Jadi, tidak dengan sepatutnya kaum "rohaniwan", khususnya Paus, menuntut kekuasaan atas negara dan masyarakat. Bangsa Jerman, dengan diwakili oleh pemimpin-pemimpinnya, boleh dan harus memperbaiki sendiri keadaan gerejanya. Karangan yang kedua berjudul: Pembuangan Babel untuk Gereja. Buku itu berisi uraian tentang sakramen-sakramen. Hanya baptisan dan Perjamuan Kudus yang bisa ditemukan dasarnya dalam Alkitab. Tentang pengakuan dosa, Luther masih ragu-ragu; keempat sakramen lainnya ditolaknya. Arti sakramen dan hubungan antara sakramen dengan firman Tuhan dirumuskannya secara baru juga: sakramen bukanlah saluran anugerah ke dalam diri kita. Sakramen, menurut Luther adalah tanda dari apa yang dinyatakan oleh Firman itu, Firman dalam rupa tanda, dan jawaban kita atas penerimaan sakramen itu hanyalah iman. Pada karangan pertama, Luther berbicara kepada para penguasa. Pada karangan kedua, ia berdiskusi dengan teolog-teolog. Pada karangan ketiga, Kebebasan Seorang Kristen, ia menulis bagi rakyat Kristen. Buku itu menguraikan soal perbuatan-perbuatan baik. Luther mulai dengan merumuskan dua dalil yang tampaknya saling bertentangan: "Seorang Kristen bebas dari segala ikatan dan bukanlah hamba kepada siapa pun"; "Seorang Kristen terikat pada segala sesuatu dan hamba dari semua orang". Demikian yang dimaksud Luther: Seorang Kristen bebas dari hukum atau Taurat mana pun, dan tidak terikat pada peraturan yang dikeluarkan oleh siapa pun, biar Sri Paus sekalipun, sebab ia telah memiliki kebenaran Kristus dan tidak membutuhkan lagi perbuatan-perbuatan amal. Akan tetapi, di dalam diri orang Kristen itu masih ada kemauan yang buruk, tubuhnya yang penuh hawa nafsu (Luther pernah menjadi rahib!) dan tubuh itu harus dikekang dengan banyak "perbuatan-perbuatan": dengan askese juga. Namun, perbuatan-perbuatan itu tidak mengandung amal - bukankah kita telah mendapat seluruh amal yang kita butuhkan di dalam Kristus? (bacaan 2). 5. Gereja Roma dan Negara Jerman mengutuk dan mengucilkan Luther. Akan tetapi, Raja Friedrich yang Bijaksana tetap melindungi dia. Pada tahun 1520, keluarlah bulla (surat resmi) dari Paus, yang telah lama ditunggu-tunggu. Jikalau Luther tak mau menarik kembali ajarannya yang sesat itu, ia akan dijatuhi hukuman gereja. Luther membalas bulla itu dengan karangan yang berjudul: "Melawan bulla yang terkutuk dari si Anti-Kris". Lalu, bulla itu dibakarnya di muka pintu gerbang kota Wittenberg di hadapan para guru besar dan mahasiswa. Kemudian, keluarlah bulla-kutuk Paus. Menurut anggapan abad pertengahan, negara tidak bisa tidak menghukum seorang penyesat yang telah dikutuk oleh gereja. Akan tetapi, karena banyak kepala daerah (bnd. pasal 2) menyetujui ajarannya, maka Luther dipanggil ke "sidang kekaisaran" yang pada bulan April 1521 diadakan di kota Worms untuk mempertanggungjawabkan perbuatan- perbuatan dan karangan-karangannya. Sahabat-sahabat Luther takut kalau-kalau ia akan ditangkap dan oleh sebab itu memohon kepadanya supaya jangan pergi juga. Akan tetapi, Luther berkata, "Biarpun di Worms ada setan sebanyak genteng di atas rumah, aku pergi juga! " Pembelaannya di hadapan kaisar dan raja-raja pada tanggal 18 April 1521 menjadi termasyhur. Wakil Paus menuntut kepadanya supaya ia memungkiri segala pandangannya yang sesat itu, tetapi Luther menunjuk pada Alkitab, "Bahwa saya bisa sesat sebagai manusia, tentang itu saya yakin. Akan tetapi, hendaknya saya diperbolehkan menuntut supaya dari Firman Allah dibuktikan kepada saya bahwa saya sesat." Namun, bukti itu tidak akan diberikan, karena ajarannya sudah lebih dahulu ditolak oleh gereja. Lalu, kata Luther, "Saya tidak percaya kepada Paus atau kepada konseli-konseli saja, karena sudahlah jelas seperti siang bahwa mereka berkali-kali sesat dan seringkali bertentangan dengan dirinya sendiri. Suara hati saya sudah terikat oleh perkataan Kitab Suci dan saya tertangkap dalam Firman Allah: menarik kembali, saya tidak dapat dan saya tidak mau sama sekali. Semoga Allah menolong saya. Amin!" Beberapa minggu kemudian, dalam Edik Worms, Luther bersama pengikut- pengikutnya dikucilkan dari masyarakat dengan "kutuk kekaisaran". Segala karangan Luther juga harus dibakar. Ia sendiri boleh ditangkap atau dibunuh oleh siapa saja yang menemukan dia. Karena kaisar telah memberi jaminan keamanan, maka Luther boleh pulang dulu ke kotanya. Ketika keretanya melintasi suatu hutan, sekonyong-konyong ia disergap oleh sepasukan orang berkuda yang bersenjata. Orang menyangka Luther telah dibunuh seteru-seterunya, tetapi sebenarnya ia dilarikan atas perintah Friedrich yang Bijaksana, yang hendak meluputkan sahabatnya itu dari bahaya maut. Luther dibawa ke puri Wartburg, supaya ia aman dan tersembunyi untuk sementara waktu. Sepuluh bulan lamanya, Luther tinggal di Wartburg dengan berpakaian ksatria dan memakai nama samaran, yaitu "Pangeran Georg". Di tempat yang sunyi itu, hatinya digoda oleh banyak kebimbangan. Benarkah ia mengikuti jalan Tuhan dengan gerakannya itu? Kata orang, pernah Luther melemparkan sebotol tinta kepada Iblis yang tampak olehnya dalam biliknya dan yang mengganggu dia. Yang pasti ialah bahwa ia melawan Iblis dengan tinta yang keluar dari penanya: Luther bekerja keras di Wartburg, dan dalam beberapa bulan saja Perjanjian Baru sudah siap diterjemahkannya ke dalam bahasa Jerman, dengan memakai juga naskah Yunani terbitan Erasmus. Di samping itu, ia mengarang sebuah kitab rencana khotbah untuk pendeta-pendeta Protestan yang sangat membutuhkan pimpinan dalam hal berkhotbah. 6. Sesudah satu tahun, Luther kembali lagi ke Wittenberg dan meneruskan pekerjaan Reformasi. Sekarang ia mulai memperbarui tata kebaktian. Luther berwatak konservatif (pasal 3), sehingga ia mau mempertahankan sebanyak mungkin tata kebaktian yang lama. Asasnya ialah bahwa yang perlu diubah hanyalah apa yang nyata bertentangan dengan Alkitab. Jadi, kebaktian Protestan, khususnya yang memakai aturan Lutheran, tetap berjalan seperti misa Katolik: sesudah salam-berkat, jemaat mengaku dosanya dan pengampunan diberitakan, lalu Alkitab dibacakan, khotbah diadakan, kemudian ada perayaan sakramen. Akan tetapi, dalam beberapa hal harus ada perubahan. Pertama: bahasa. misa biasanya dilayankan dengan memakai bahasa Latin. Sulit bagi rakyat untuk memahami bahasa itu. Padahal, kebaktian itu justru dimaksudkan untuk menyampaikan Firman kepada mereka! Jadi, bahasa Latin diganti dengan bahasa Jerman (dan di negeri-negeri lainnya yang menerima Reformasi, dengan bahasanya sendiri). Kedua: pengertian mengenai makna ibadah berubah secara asasi. Dalam teologi Katolik, misa adalah pengulangan korban Kristus secara tak berdarah. Melalui penerimaan sakramen itu, berlangsung penyaluran anugerah yang menjadikan manusia sanggup berbuat sesuai dengan kehendak Allah. Karena itu, yang menjadi pusat ibadah ialah perayaan sakramen misa. Kebaktian tanpa khotbah tetap merupakan ibadah yang lengkap, tetapi kebaktian tanpa Ekaristi tidaklah lengkap. Malah, kebaktian di mana satu dua orang imam sendiri merayakan Ekaristi dengan tidak dihadiri jemaat, merupakan ibadah juga. Kedua wawasan tentang makna sakramen Misa itu tadi ditolak oleh Luther. Baginya, makna ibadah bukan pengorbanan Kristus dalam misa, bukan juga penyaluran anugerah, melainkan pemberitaan rahmat Tuhan kepada setiap orang yang mau mendengar. Pemberitaan itu terjadi dalam pemberitaan Firman, dan dalam perayaan sakramen, yang menandai dan memperlihatkan apa yang dinyatakan dalam pemberitaan Firman itu. Maka, khotbah diberi tempat yang lebih wajar dalam kebaktian. Khotbah harus ada; itu dilakukan beberapa kali seminggu; perayaan Perjamuan Kudus "hanya" ada pada setiap Minggu pagi, sesudah khotbah. Sama halnya seperti sebuah buku yang teksnya bisa dipahami walau tidak ada gambar; tetapi gambar itu ditambahkan supaya teksnya lebih jelas lagi. Luther berpegang pada kehadiran nyata tubuh dan darah Kristus dalam Ekaristi (Perjamuan); hanya tubuh dan darah itu tidak hadir sebagai ganti roti dan anggur (trans-substansiasi), tetapi bersama dengannya (con-substansiasi, con/cum = bersama dengan). Perubahan ketiga yang membuat misa Katolik menjadi kebaktian Protestan ialah kegiatan jemaat di dalamnya. Pada zaman Ambrosius, kebaktian diselingi nyanyian jemaat (Kid. Jemaat 245 berasal dari Ambrosius). Akan tetapi, dalam Abad Pertengahan, jemaat semakin tidak aktif. Sekarang Luther sendiri dan ahli-ahli musik serta penyair lain menyusun lagu-lagu dalam bahasa Jerman untuk jemaat yang tidak biasa menyanyi itu, sehingga bisa dipakai sebagai nyanyian dalam kebaktian gereja dan di rumah. Bacaan-bacaan: 1. Beberapa di antara ke-95 dalil Luther 37. Setiap orang Kristen telah mengambil bagian dalam segala harta Kristus dan gereja; hal itu dianugerahkan kepadanya oleh Allah, biarpun tidak ada surat penghapusan siksa dari gereja. 43. Patutlah kepada orang-orang Kristen diajarkan: "Kalau seorang memberikan sesuatu kepada orang miskin, atau meminjamkan uang kepada orang yang membutuhkannya, ia berbuat lebih baik, ketimbang kalau ia membeli surat penghapusan siksa." 44. Karena oleh perbuatan kasih, kasih bertambah dan manusia bertambah baik; tetapi oleh penghapusan siksa ia tidak bertambah baik, hanya saja lebih bebas dari hukuman. 65. Harta Injil ialah jala-jala, yang dengannya dahulu kala orang ditangkap dari kekayaan (Matius 4:9; Lukas 18:18-27). 66. Harta penghapusan siksa ialah jala-jala, yang dengannya sekarang ditangkaplah kekayaan orang. 2. Dari Kebebasan Seorang Kristen Seorang Kristen bebas dari semuanya dan atas seluruhnya, sehingga dia tidak membutuhkan sesuatu perbuatan untuk menjadikan dia benar dan menyelamatkannya, karena hanya iman saja yang menganugerahkan semuanya berlimpah-limpah. Walaupun seseorang cukup dibenarkan oleh iman, tetapi ia masih hidup di dunia yang fana ini. Dalam hidup ini, ia harus menguasai tubuhnya (= segala nafsunya yang menentang kehendak Allah) dan bergaul dengan sesamanya. Dia menemukan tantangan kehendak di dalam tubuhnya yang berdaya upaya melayani dunia dan yang mencari segala kepuasan. Hal ini tak dapat dibiarkan oleh roh iman. Karena melalui iman, jiwa kita disucikan dan digerakkan untuk mengasihi Allah, maka jiwa itu menghendaki segala sesuatu. Teristimewa tubuhnya sendiri, menjadi suci-murni, sehingga segala sesuatu akan turut serta dengannya dalam mengasihi dan memuji Allah. Oleh karena itu, manusia tidak lagi malas, karena kebutuhan tubuhnya mendorongnya dan memaksanya mengerjakan banyak perbuatan yang baik supaya tubuh itu dapat ditaklukkan. Dengan jalan ini, tiap-tiap orang sangat mudah mempelajari bagi dirinya sendiri, pembatasan dan kebijaksanaan dari penyiksaan badannya, karena ia akan berpuasa, berjaga-jaga dan bekerja sebanyak yang diperlukan untuk menahan keinginan hawa-nafsu tubuhnya. Akhirnya, kita akan membicarakan juga hal-hal perbuatan kepada sesama manusia. Seseorang tidak hidup untuk dirinya sendiri saja dalam tubuh yang fana ini, dan bekerja untuk dirinya saja, tetapi ia hidup untuk orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri. Untuk tujuan inilah, ia menaklukkan tubuhnya, supaya dapat lebih ikhlas dan lebih bebas melayani orang lain. Dari iman mengalirlah kasih dan kegembiraan dalam Tuhan, dan dari kasih pikiran yang gembira, tulus dan bebas, yang melayani sesama manusia dengan rela hati dan tidak memikirkan penghargaan atau olok-olok, pujian atau celaan, untung atau rugi. 3. Luther mengenai "rohaniwan " dan "awam ". (Dari: Kepada para pemimpin bangsa Jerman, pasal 1). Menamakan para Paus, uskup, imam, biarawan, dan biarawati "golongan rohaniwan", sedangkan para pangeran, tuan, tukang, dan petani "golongan duniawi", merupakan akal yang direka-reka oleh orang-orang lihai. Karena semua orang Kristen, tanpa kecuali, benar-benar dan sungguh-sungguh termasuk golongan rohaniwan, dan tidak ada perbedaan di antara mereka, kecuali pekerjaan mereka yang berlainan. (...) Tidak ada di antaranya perbedaan dalam hal kedudukan Kristen. Semuanya bersifat rohani kedudukannya, dan semuanya sungguh-sungguh imam, uskup, dan Paus. Mereka yang sekarang dinamakan kaum rohaniwan, tidak lebih luas atau lebih besar pangkatnya daripada orang Kristen lainnya, kecuali dalam hal bahwa mereka mempunyai tugas menerangkan firman Allah dan melayankan sakramen-sakramen. Tukang sepatu, pandai besi, petani, masing-masing mempunyai kesibukan tangan dan pekerjaannya; sementara itu, mereka semuanya dapat dipilih pula untuk bertindak sebagai imam dan uskup. |