Surabaya Christian Festival Chorus

Visi:

Setiap gereja di Surabaya memiliki musisi-musisi Kristen yang berkualitas dan berlandaskan Firman Tuhan

Misi:

Sebagai wadah pendidikan untuk meningkatkan mutu musik gereja Surabaya Christian Festival Chorus (SCFC) membuka program Musik Gereja selengkapnya...»

Tak Ada Kebangunan Rohani Tanpa Reformasi

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Sering kali kita kelihatan memiliki konsep dan pola pikir yang rohani, namun ternyata tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Seperti isu tentang "kebangunan rohani" yang dikemukakan oleh A.W. Tozer dalam bukunya yang berjudul "Keys to the Deeper Life" di bawah ini. Kecenderungannya, kebaktian "kebangunan rohani" diadakan untuk membangkitkan kembali iman orang Kristen agar hidup sesuai dengan firman Tuhan. Padahal, yang benar adalah jika kita hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, maka Dia yang akan memberikan kebangunan rohani tersebut. Kebangunan rohani bukanlah sebab, tetapi akibat.

Janganlah mengulangi kesalahan yang telah dilakukan oleh gereja dan orang Kristen pada masa lalu. "Kita harus kembali pada kekristenan Perjanjian Baru, bukan hanya dalam hal doktrin, melainkan seluruh tata cara hidup," demikian ajakan A.W. Tozer beberapa puluh tahun yang lalu. Biarlah kita mendengarkan ajakannya tersebut sehingga pembaharuan dalam kehidupan gereja masa kini dapat terjadi. Kebangunan rohani tidak lagi sekadar kegiatan kebaktian, namun menjadi kesaksian yang nyata dalam kehidupan setiap orang Kristen. Amin!

In Christ, Yulia < yulia(at)in-christ.net >

Penulis: 
A.W. Tozer
Edisi: 
100/VI/2008
Tanggal: 
19-06-2008
Isi: 

TAK ADA KEBANGUNAN ROHANI TANPA REFORMASI

Pada saat orang-orang Kristen membicarakan hal-hal rohani, bisa dipastikan akan muncul sebuah frasa yang akan diucapkan berulang kali, yaitu "kebangunan rohani".

Melalui khotbah, pujian, dan doa, kita seakan-akan mengingatkan Tuhan dan orang lain bahwa yang harus kita lakukan untuk memecahkan semua masalah kerohanian kita adalah dengan mengadakan "kebangunan rohani yang dahsyat". Media-media rohani pun secara luas mengatakan bahwa kebangunan rohani besar adalah sebuah kebutuhan terbesar saat ini. Sementara itu, para penulis Kristen yang menuliskan apa pun tentang kebangunan rohani bisa dipastikan akan dengan mudah mendapatkan editor yang dengan senang hati mau menerbitkan tulisan mereka.

Akibat gencarnya isu kebangunan rohani ini, hampir tidak ada orang yang berani mengungkapkan pendapat yang berseberangan dengan masalah ini, meski bisa saja kebenaran justru terletak di arah yang berseberangan itu. Kini, popularitas agama telah menyamai filsafat, politik, dan mode pakaian wanita. Sepanjang sejarah, agama-agama besar di dunia telah mengalami masa-masa kemunduran dan juga kebangkitan kembali, yang secara sembrono disebut oleh para pengamat sebagai kebangunan rohani.

Kita tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa beberapa wilayah non-Kristen sekarang ini juga sedang menikmati kebangunan rohani. Laporan terakhir dari Jepang memberitakan kejayaan kembali agama Shinto setelah sempat mengalami kemunduran akibat Perang Dunia II. Di Amerika sendiri, agama Katholik Roma, sebagaimana aliran Protestan Liberal, telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Akhirnya, keseluruhan fenomena ini mungkin bisa disebut sebagai kebangunan rohani mendunia, meskipun hal ini dikatakan tanpa melihat apakah ada peningkatan standar moral dari para pengikutnya.

Agama apa pun, termasuk Kristen, dapat mengalami ledakan rohani yang besar tanpa campur tangan Roh Kudus. Namun, jumlah generasi yang menjauhi gereja ternyata juga lebih meningkat dibanding sebelum ledakan tersebut. Saya percaya bahwa kebutuhan yang paling mendesak saat ini bukan sekadar kebangunan rohani. Harus ada perubahan radikal pada akar moralitas dan penyakit-penyakit rohani lainnya; harus lebih diarahkan untuk mencari penyebabnya daripada konsekuensinya; pada penyakit itu sendiri daripada hanya sekadar gejala-gejalanya.

Saat ini, saya malah berpendapat bahwa kita sebenarnya tidak menginginkan kebangunan rohani sama sekali. Barangkali, kebangunan rohani Kristen yang terjadi secara meluas sekarang ini malah akan membuktikan telah terjadinya tragedi moral yang tidak akan dapat diperbaiki dalam seratus tahun ke depan.

Saya akan memaparkan sejumlah alasan mengenai hal ini. Satu generasi yang lalu, sebagai reaksi atas "kritik tinggi" (higher criticism) dan penerusnya, yakni modernisme, muncul gerakan yang kuat untuk memertahankan iman Kristen yang sesuai dengan sejarah dari kelompok Protestan. Untuk alasan yang jelas, gerakan ini lalu dikenal sebagai "fundamentalisme". Gerakan ini kurang lebih muncul secara spontan tanpa organisasi yang rapi, namun di mana pun gerakan ini muncul, tujuannya sama, yaitu menahan "bertambahnya gelombang penyangkalan" terhadap teologi Kristen sekaligus menyatakan kembali dan memertahankan doktrin-doktrin dasar kekristenan Perjanjian Baru. Sejauh ini, semua itu hanya tinggal sejarah.

KORBAN YANG JATUH DARI KEBIJAKAN ITU

Fundamentalisme, sebagaimana tersebar di berbagai denominasi dan non- denominasi, telah menjatuhkan banyak korban sebagai akibat kebijakannya sendiri. Firman itu akhirnya mati di tangan sahabatnya sendiri. Inspirasi Alkitab secara lisan (doktrin yang selalu dan selamanya saya pegang) misalnya, akan menjadi kaku. Suara para nabi dibungkam dan para penafsir Alkitab akan menguasai pikiran iman kita. Dalam lingkup yang lebih besar, imajinasi rohani akan memudar. Kekuasaan tak resmi yang akan memutuskan apa yang harus dipercayai umat Kristen; bukan Alkitab, melainkan tafsiran Alkitablah yang akan menjadi sumber pengajaran. Kampus-kampus Kristen, seminari-seminari, sekolah-sekolah Alkitab, pertemuan-pertemuan Alkitab, dan para pengamat Alkitab populer, semuanya bergabung untuk mempromosikan budaya tekstual, penemuan sebuah sistem yang secara ekstrim memberikan dispensasi dengan membebaskan orang Kristen dari keharusan bertobat, taat, dan kewajiban memikul salib, lebih dari hal-hal formal lainnya. Keseluruhan bagian Perjanjian Baru diambil dari gereja dan diatur sedemikian rupa melalui sebuah sistem yang kaku dalam "pemisahan firman kebenaran".

Semuanya ini telah mengakibatkan mentalitas rohani yang membahayakan kebenaran Kristus yang sejati. Ada sejenis awan dingin yang menaungi fundamentalisme. Wilayah di bawahnya sudah cukup dikenal, yaitu Perjanjian Baru. Doktrin dasar kekristenan memang ada di situ, hanya saja iklimnya tidak mendukung munculnya buah Roh yang manis.

Situasi yang berbeda dialami oleh gereja mula-mula yang mengalami penderitaan. Saat itu, mereka tetap bernyanyi dan menyembah Tuhan. Meskipun doktrin-doktrinnya terdengar hebat, pengajaran yang benar tidak pernah diizinkan untuk bertumbuh. Suara sang merpati jarang terdengar di wilayah itu; hanya seekor kakaktua yang terlihat menghinggapi pijakan imitasi dan mengulangi apa yang diajarkan padanya, sedangkan suaranya sangat parau dan tanpa perasaan. Iman -- doktrin yang paling penting dan berkuasa di mulut para rasul -- telah kehilangan kuasanya ketika para penafsir Alkitab menyampaikannya. Ketika kata-kata dan teks diagung-agungkan, Roh akan pergi dan tekstualisme menjadi raja. Inilah masa di mana orang-orang percaya terperangkap dalam zaman Kerajaan Babel.

Saya hanya menyampaikan kondisi yang umumnya terjadi. Tentunya ada beberapa orang yang merindukan teolog yang lebih baik dari para pengajar mereka saat ini. Kerinduan ini akhirnya akan mengarah pada sebuah kekuatan besar yang tak dapat dimengerti oleh yang lain. Namun, akibat jumlah yang tak banyak, perbedaan-perbedaan itu akan terlalu besar; mereka tidak dapat menghalau awan yang menaungi wilayah itu.

Kesalahan tekstualisme bukan terletak pada doktrinnya. Kesalahannya jauh lebih halus dan lebih sulit ditemukan. Namun, dampaknya sama-sama fatal. Bukan kepercayaan teologis mereka yang salah, melainkan penafsirannya.

Wujud penafsiran mereka misalnya seperti ini, jika kita memiliki firman tentang sesuatu, sesuatu itu adalah milik kita. Jika suatu hal itu ada di dalam Alkitab, hal itu ada di dalam kita. Jika memiliki doktrinnya, kita juga memunyai pengalamannya. Jadi, sesuatu yang benar tentang Paulus adalah kebenaran kita juga karena kita telah menerima surat-surat Paulus sebagai inspirasi ilahi kita. Alkitab berbicara mengenai bagaimana kita bisa diselamatkan, namun tekstualisme lebih lanjut mengatakan bahwa kita telah diselamatkan, suatu hal yang tidak dapat terjadi secara alamiah. Dengan demikian, kepastian akan keselamatan pribadi tidak lebih dari sekadar kesimpulan logika pikiran yang didapat dari premis-premis doktrin tersebut, dan kesimpulan pengalamannya hanya bersifat rasio.

MEMBERONTAK DARI KEDIKTATORAN PIKIRAN

Kemudian pemberontakan pun muncul. Pikiran manusia hanya dapat bertahan dengan tekstualisme sejauh belum ditemukannya sebuah jalan keluar. Secara perlahan dan tanpa disadari, para pendukung fundamentalisme pun bereaksi; bukan berdasarkan pengajaran alkitabiah, melainkan atas kediktatoran pikiran para penafsir Alkitab. Atas kecerobohan dalam membenamkan orang-orang ini, mereka memerjuangkan hak untuk bernapas dan menyerang secara membabi buta demi kebebasan yang lebih besar dan tuntutan alamiah atas kepuasan emosional mereka yang selama ini diabaikan oleh para guru mereka.

Akibat dari apa yang telah terjadi selama dua puluh tahun belakangan ini adalah kerusakan moral rohani yang susah dicari bandingannya sejak bangsa Israel menyembah anak lembu emas. Tentang kita, Alkitab mungkin secara jujur telah mengatakan bahwa kita "duduk, makan, minum, dan tumbuh untuk bermain". Garis pemisah antara gereja dan dunia telah dihapuskan.

Terpisah dari beberapa dosa besar, dosa-dosa dunia yang belum diubahkan ini sekarang malah disetujui oleh mereka yang mengaku diri sebagai orang Kristen "lahir baru" dengan jumlah yang mengejutkan dan diikuti yang lainnya secara terang-terangan. Para anak muda Kristen menyanjung dan menjadikan nilai-nilai duniawi sebagai patokan mereka, serta sebisa mungkin meniru mereka. Para pemimpin rohani telah menerapkan cara-cara ahli periklanan. Tindakan seperti menyombongkan diri, mengejek, dan suka membesar-besarkan sesuatu tanpa malu-malu, sekarang telah dipandang sebagai suatu cara yang biasa dalam pelayanan gereja. Ukuran moral bukan lagi didapat dari Perjanjian Baru, melainkan dari Hollywood atau Broadway.

Kebanyakan penginjil tidak lagi suka berinisiatif. Mereka hanya suka meniru dunia ini. Iman suci atas Bapa kita di berbagai tempat telah dipakai sebagai sarana hiburan. Namun, kenyataan yang lebih mengerikan adalah bahwa semua ini telah dikonsumsi oleh masyarakat atas prakarsa mereka yang ada di atas.

Surat protes, yang dimulai dengan Perjanjian Baru yang selalu terdengar paling keras pada masa gereja menjadi paling berkuasa, berhasil dibungkam. Unsur keradikalan dalam bersaksi dan dalam kehidupan yang dulu pernah membuat orang Kristen dibenci oleh dunia, telah menghilang dari penginjilan masa kini. Orang Kristen yang pernah menjadi begitu revolusioner -- dalam hal moral, bukan politik -- kini telah kehilangan sifat tersebut. Kini, menjadi orang Kristen bukan lagi suatu hal yang berbahaya dan perlu pengorbanan. Kini, anugerah telah menjadi hal yang murahan. Saat ini, kita sudah terlampau sibuk untuk membuktikan kepada dunia bahwa kita dapat memperoleh keuntungan Injil tanpa harus mengalami ketidaknyamanan hidup. Ini semuanya adalah Kerajaan Allah juga.

Meski tidak terjadi di seluruh dunia, penggambaran orang Kristen modern ini memang terjadi pada mayoritas kekristenan pada masa kini. Karena alasan ini, sejumlah orang percaya beranggapan bahwa tidak ada gunanya memohon kepada Tuhan selama berjam-jam untuk mengirimkan kebangunan rohani; kecuali kita juga hendak mengubah kebiasaan kita sehingga tidak perlu berdoa. Kebangunan rohani sejati tidak akan ada kecuali para pendoa telah memiliki kemampuan dan iman untuk mengubah cara hidup mereka sesuai dengan patokan Perjanjian Baru.

KETIKA BERDOA ITU SALAH

Berdoa

Terkadang berdoa bukan hanya tidak berguna, melainkan salah. Kita dapat melihat Israel sebagai contohnya. Saat Israel dikalahkan di Ai, Yosua mengoyakkan pakaiannya lalu menelungkupkan wajahnya ke tanah di depan tabut Tuhan sampai matahari terbenam; dia dan para tua-tua Israel menaburkan abu di atas kepala mereka.

Mengenai kebangunan rohani, filsafat modern kita beranggapan bahwa itulah yang harus dilakukan. Jika dilakukan cukup lama, mungkin hal itu akan menggerakkan hati Tuhan sehingga Ia menurunkan berkat-Nya. Namun, Tuhan berkata kepada Yosua:

"Bangkitlah engkau; mengapa engkau menelungkupkan wajahmu ke tanah? Israel telah berdosa dan mereka telah melanggar perintah-Ku. Bangunlah, kuduskanlah bangsa itu dan katakan: Kuduskanlah dirimu untuk esok hari, sebab, demikianlah firman TUHAN, Allah Israel: Hai, orang Israel ada barang-barang yang dikhususkan di tengah-tengahmu; kamu tidak akan dapat bertahan menghadapi musuhmu sebelum barang-barang yang dikhususkan itu kamu jauhkan dari tengah-tengah kamu."

Gereja harus melakukan perubahan. Tindakan memohon berkat oleh mereka yang masih menjalankan kehidupan lama serta gereja yang tidak setia, hanya menjadi usaha yang membuang-buang waktu. Gelombang ketertarikan orang akan agama pun hanya akan menambah jumlah gereja yang tidak berpusat pada Yesus sebagai Tuhan dan melaksanakan perintah-Nya dengan taat. Tuhan tidak tertarik akan bertambahnya jumlah pengunjung gereja, kecuali mereka memperbaharui cara hidup mereka dan memulai cara hidup yang kudus.

Berkaitan dengan hal tersebut, Tuhan pernah menyampaikan firman berikut ini melalui Nabi Yesaya.

"Untuk apa korban-korbanmu itu? firman TUHAN; Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu yang gemuk; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sepenuh hati, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan .... Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! ... Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil yang baik dari negeri itu."

Doa bagi kebangunan rohani akan berhasil jika didahului oleh perubahan hidup yang radikal, bukan sebaliknya. Acara doa semalam suntuk yang tidak dilakukan oleh mereka yang benar-benar telah bertobat, bisa jadi malah akan membuat Tuhan tak berkenan. "Ketaatan lebih baik daripada persembahan".

Kita harus kembali pada kekristenan Perjanjian Baru, bukan hanya dalam hal doktrin, melainkan seluruh tata cara hidup. Ketidakserupaan dengan dunia, ketaatan, kerendahan hati, kesederhanaan, perhatian, penguasaan diri, kesopanan, memikul salib, semuanya harus diperlakukan sebagai bagian kehidupan dari konsep kekristenan yang sejati dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus membersihkan Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang dan kembali kepada kepemimpinan Tuhan kita yang telah bangkit. Dan ini juga berlaku bagi saya sendiri sebagai penulis sebagaimana untuk semua orang yang ada dalam nama Yesus. Setelah itu, kita pun akan dapat berdoa dengan yakin dan mengharapkan datangnya kebangunan rohani yang sejati. (t/Ary)

Sumber: 

Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Keys to the Deeper Life
Judul asli artikel: Leaning into the Wind
Penulis : A.W. Tozer
Penerbit : Zondervan Publishing House, Michigan 1988
Halaman : 17 -- 25

Saturday Morning "Vocation First" Career Development

Dunia kerja sedang mengalami perubahan yang sangat hebat, meruntuhkan hampir semua asumsi yang kita pegang selama ini. Istilah "lifetime employment" yang dulu kita kenal (di mana kita dapat membangun karier sejak lulus sampai kita pensiun di dalam satu perusahaan) sudah mulai tidak berlaku lagi. Yang harus dikembangkan adalah "lifetime employability", yaitu kemampuan untuk terus mengembangkan diri agar dapat mengembangkan karier dengan baik. selengkapnya...»

Seminar Ekonomi Antisipasi Krisis Global bagi Indonesia

HARI/TANGGAL : Sabtu, 21 Juni 2008
WAKTU : Pukul 09.30 wib
TEMPAT : Dhanapala Ballroom (Gedung D Departemen Keuangan)
Jl. Senen Raya 1, Jakarta


KEYNOTE SPEAKER: Dr. Stephen Tong (Pendiri RCRS, Teolog, Filsuf, Budayawan) selengkapnya...»

Publikasi E-SH

Terbitnya publikasi e-SH ini dilatarbelakangi perlunya bahan renungan versi elektronik yang tersusun secara teratur dan sistematis bagi masyarakat Kristen Indonesia pengguna internet sehingga memungkinkan mereka melakukan saat teduh dengan menggunakan media internet.

Karena itu, Yayasan Lembaga SABDA bekerja sama dengan Persekutuan Pembaca Alkitab menghadirkan publikasi e-SH, yaitu publikasi yang menyajikan bahan saat teduh yang diterbitkan secara teratur oleh Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) dan diterbitkan secara elektronik oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). selengkapnya...»

Inti Kekristenan

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Mungkin kita pernah mendengar komentar seperti ini: "Katanya dia sudah menjadi orang Kristen, tapi hidupnya kok masih amburadul, tidak mencerminkan karakter Kristus?"

Menjadi Kristen bukan sekadar mengalami adanya perubahan tingkah laku dan kondisi. Menjadi Kristen berarti kita memiliki status yang baru, yaitu menjadi orang yang tidak lagi ada dalam penghukuman (berdosa) dan menjadi orang yang "dibenarkan" (tidak berdosa) karena kita sekarang ada di "DALAM KRISTUS". Status manusia baru kita adalah di "DALAM KRISTUS". Jangan lagi mencoba memerbaiki manusia lama kita karena hal ini hanya akan mengubah yang di luar saja (tingkah laku), tapi dalamnya masih busuk. Menjadi manusia baru di "DALAM KRISTUS"lah yang akan menjadikan hidup kekristenan kita nyata mencerminkan karakter Kristus karena perubahan itu terjadi dari dalam hati dan terpancar ke luar (tercermin dalam tingkah laku).

Banyak orang Kristen yang belum menyadari arti berada di "DALAM KRISTUS" yang sesungguhnya. Artikel yang saya cuplik dari buku tulisan Ray dan Anne Ortlund ini, semoga menolong kita untuk benar-benar hidup sebagaimana layaknya manusia "DALAM KRISTUS" yang Tuhan kehendaki. Selamat merenungkan.

In Christ, Yulia < yulia(at)in-christ.net >

Penulis: 

Ray dan Anne Ortlund

Edisi: 

099/V/2008

Tanggal: 

16-05-2008

Isi: 
Inti Kekristenan

Inti Kekristenan

Di dalam Kristus, tentukan posisimu
Di mana Dia berada, di situlah Anda berada.
Di dalam Kristus, tentukan siapakah Anda Seperti apa Dia, seperti itulah dirimu.
Di dalam Kristus, tentukan bagianmu Apa yang Dia punya, bagikanlah.
Di dalam Kristus, tentukan langkahmu Apa yang Dia lakukan, lakukanlah.

INTI KEKRISTENAN

Ray menjadi anggota klub atletik di kampung halaman kami, daerah Pantai Newport. Klub itu memiliki satu keistimewaan. Anda tidak akan bisa masuk kecuali Anda menjadi anggotanya. Pemilik klub itu adalah teman kami yang bernama John, seorang Kristen yang merasa sangat terbantu oleh pelayanan Ray ketika ia menjadi pembicara di siaran radio "Haven of Rest". Itulah sebabnya ia begitu baik memberikan fasilitas keanggotaan gratis bagi Ray di klubnya.

Ray diperlakukan sama seperti anggota-anggota lain yang telah membayar. Ia masuk ke klub dan tak seorang pun yang mengusirnya. Ia mengangkat barbel, berlari di lintasan, menggunakan "jacuzzi", dan mandi di sana. Ia benar-benar menjadi anggota klub itu.

Di mata penjaga klub olahraga itu, ada orang yang boleh masuk dan menggunakan fasilitas, dan ada orang yang tidak boleh. Jadi, ada dua kategori, yang menjadi anggota dan yang tidak. Ini bukan masalah apakah klub itu menyukai beberapa orang lebih dari yang lain atau mengagumi seseorang lebih dari yang lain -- ini adalah masalah siapa yang adalah anggota dan siapa yang bukan anggota.

relasi dengan Allah

Di mata Tuhan, ada juga orang-orang "yang anggota" dan "yang bukan anggota". Dan, bukan masalah bila Tuhan mengasihi yang satu lebih dari yang lain -- Tuhan mengasihi semua orang. Akan tetapi, untuk berada "di dalam Kristus", ada harga yang harus dibayar; penyelamatan oleh Kristus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Dengan harga yang telah dibayar lunas oleh diri-Nya sendiri, Dia memberikan keanggotaan gratis sehingga mereka dapat menjadi anggota.

Betapa sangat disayangkan apabila Ray tidak pernah mencoba keanggotaan gratisnya. Hal itu juga akan sangat menyakitkan bagi John yang sudah berbaik hati memberikan keanggotaan gratis itu kepada Ray. Akan tetapi, jauh lebih buruk bila orang-orang percaya yang telah memiliki keanggotaan di dalam Kristus, yang karena keinginan mereka sendiri, tak pernah berjalan masuk dan menikmati semua hak-hak istimewa dan fasilitas yang Tuhan tawarkan bagi siapa saja yang berada di dalam-Nya.

Salah satu alasan mengapa orang tidak menjadi anggota keluarga Allah adalah karena mereka belum mengenal Yesus. Mereka tidak punya gambaran akan keuntungan dan bagaimana masuk ke dalam keanggotaan kerajaan Allah. Strong, dalam bukunya "Systematic Theology" (Teologia Sistematika), mengatakan bahwa doktrin untuk hidup di dalam Kristus adalah inti dari seluruh ajaran kekristenan, tetapi juga merupakan hal yang paling sering diabaikan.

Perhatikan bahwa inti kekristenan bukanlah pengetahuan, juga bukan kesetiaan pada gereja, bukan pula etika Kristen. INTI KEKRISTENAN ADALAH HIDUP DI DALAM KRISTUS.

Mari kita merenungkan hal ini lebih dari sekadar pengetahuan sejarah tentang Kristus. Merenungkannya lebih dari sekadar tentang menerima kematian-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita, yang oleh-Nya nama kita boleh berada dalam daftar keanggotaan Tuhan.

"Dua kata `dalam Kristus` ini sangat menjelaskan siapa diri kita jika dibandingkan dengan kata yang lain dan tidak ada deskripsi lain tentang kita yang jauh lebih menakjubkan daripada `dalam Kristus` atau pun implikasi lain selain `dalam Kristus`."

Dengan keinginan dan pengalaman sehari-hari, mulailah untuk hidup, bergerak, dan menempatkan diri Anda "di dalam Dia". Seperti yang Huegel katakan, "Serahkanlah hidupmu menjadi ... milik yang Empunya hidup." (Huegel 1980:7)

DIRI ANDA YANG BARU

"Suatu kejadian aneh sering terjadi dalam salah satu perjalanan ke luar angkasa," tulis San Diego Union (19 Mei 1979). "Setelah itu, beberapa astronot terus membicarakannya." Frank Borman mengatakan bahwa kejadian itu adalah "tujuan akhir dalam pengalaman rohani saya". Rusty Schweickart berkata, "Saya tidak lagi menjadi orang yang sama." James Irwin menimpali, "Saya ingin memberitahu orang banyak tentang ... pesan dari Tuhan Yesus."

Beberapa dari kita dapat pergi ke bulan, tetapi kita perlu mundur, menganggap seolah-olah kita berada di luar diri kita dan mendapatkan pandangan kekekalan tentang diri kita sendiri sebagai orang Kristen. Demikian juga kita perlu menjauhkan diri dari kesibukan kita sehari- hari dan melihat hidup kita secara keseluruhan dan mengetahui apa sebenarnya arti hidup di dalam Kristus.

Ketika Rasul Paulus menulis suratnya, dia sering menggunakan kata "dalam Kristus", yang membuat Anda berpikir bahwa pencetak masa itu pastilah sering sekali mencetak kata "dalam". Dari sembilan surat- suratnya kepada berbagai jemaat, enam di antaranya menyebutkan jemaat yang hidup "dalam Kristus". Tak peduli apakah mereka jemaat di Korintus yang lemah dan memikirkan hal-hal duniawi atau jemaat di Filipi yang kuat dan dewasa imannya -- apa pun kondisi iman mereka, Paulus mengatakan bahwa mereka berada di dalam Kristus. Tidak peduli betapa baiknya Anda, jika Anda adalah orang percaya ..., Anda harus ada di "dalam Dia".

Tahukah Anda betapa pentingnya posisi Anda sebenarnya di dalam Kristus? Sadarkah Anda betapa radikalnya pribadi Anda yang telah diperbarui sebagai hasil hidup dalam Kristus? "Jadi, siapa yang ada `di dalam Kristus`, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).

"Keberadaan Anda di dalam Dia telah mengubah diri Anda dan telah mengubah segala sesuatu yang berhubungan dengan Anda."

"Yang lama telah berlalu". Pikirkanlah pernyataan ini. Di mata Allah - - dan lebih dari yang Anda bayangkan -- karakter lama yang ingin Anda ubah adalah cerita lama; tujuan lama Anda yang tidak berharga telah pergi; kecerobohan dan keegoisan Anda telah dibuang; sekarang dan selamanya Anda berada di DALAM KRISTUS.

"Yang baru sudah datang". Cobalah untuk menganalisa menurut kacamata Allah yang Anda miliki tentang hidupmu yang diperbaharui, kebaikan yang baru, kendali yang baru, hikmat baru, belas kasihan yang baru, pandangan iman baru yang dibentuk dan diproses untuk jadi sempurna -- semuanya dapat terjadi karena Anda ada di DALAM KRISTUS.

SEBUAH PERSPEKTIF BARU

Dalam Yohanes 14 dan 15, Yesus sendiri yang menumbuhkan ide pentingnya agar Anda berada di dalam Dia. Paulus kemudian juga menekankan indahnya hidup di dalam Dia dan betapa banyak hal indah yang bisa kita rasakan di dalam Dia.

Kita menikah hanya "di dalam Tuhan". Anak-anak harus mematuhi orang tuanya "di dalam Tuhan". Sukacita, kesengsaraan, kemenangan, dan penderitaan semuanya "di dalam Tuhan". Penghiburan kita ada "di dalam Yesus Kristus". Teman sekerja kita "di dalam Yesus Kristus". Jerih payah kita tidak akan sia-sia "di dalam Kristus". Baptisan kita "di dalam nama Kristus Yesus". "Aku bersukacita di dalam Tuhan," kata Paulus. Salam "Damai sejahtera di dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan "Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan "... yang aku kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan "Semua yang baik di dalam Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan "diberkatilah mereka yang mati di dalam Tuhan Yesus Kristus".

"Karena orang percaya berakar di dalam Dia," tulis The Daily Walk, "dibangun di dalam Dia, mati bersama-Nya, bangkit bersama Dia, hidup dengan Dia, tersembunyi dalam-Nya, dan dilengkapi oleh Dia, jadi sangat tidak mungkin bila orang percaya hidup tanpa Dia. Dilingkupi oleh kasih sayang Tuhan, dengan damai sejahtera-Nya yang memimpin hidup dan hati, mereka diperlengkapi untuk membuat Kristus semakin nyata dalam hidup sehari-hari." [Daily Walk, 30 November 1986]

Beradalah "di dalam Dia" ketika membangun relasi dengan seseorang. (Berdoalah: "Tuhan, Kau telah memberikan ______ (sebutkan namanya) ke dalam hidupku. Tolonglah agar aku dapat senantiasa memberkatinya dalam setiap pertemuanku dengannya? Berikan cara agar aku dapat bertumbuh dan membantu dia untuk bertumbuh bersama.")

Beradalah "di dalam Dia" agar Anda menjadi bijak. (Berdoalah: "Tuhan, tolong aku untuk menerima kekudusan-Mu yang membakar habis karakterku yang buruk dan menguatkan aku untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menyenangkan Engkau.")

Beradalah "di dalam Dia" agar Anda nyaman. (Berdoalah: "Tuhan, aku mengamini bahwa kesusahan dalam hidupku semuanya atas kehendak-Mu. Tetapi, tolonglah agar jangan sampai aku berkeluh kesah seperti orang yang tidak punya pengharapan. Terpujilah nama-Mu yang disebut orang sebagai Pemberi rasa aman!")

Beradalah "di dalam Dia" agar Anda dipimpin, diselamatkan, disembuhkan, dan ditolong. (Berdoalah: "Tuhan, sekarang dan dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupku hari ini, biarlah setiap hal yang aku lakukan menjadi doa dan membawaku semakin mendekat pada-Mu.")

Tinggallah di dalam Dia -- karena segala sesuatu dijadikan baik dan indah bagimu.

Teruslah mengaku, "Tuhan, Kaulah tempat perlindunganku."

POSISI ANDA DI DALAM KRISTUS

Gambar: anugerah

Dalam salah satu perjalanan ke Israel, kami berdua sempat menghabiskan beberapa waktu di Swiss. Menghabiskan satu malam di sebuah hotel di Swiss adalah pengalaman yang paling tak terlupakan. Saat itu musim dingin di daerah pegunungan Alpen dan kami menghangatkan perut kami dengan makan malam yang lezat sambil duduk di dekat perapian dan kemudian beranjak tidur. Keesokan paginya, kami bangun dan menikmati sarapan yang mengenyangkan sebelum berenang di kolam renang hotel yang sangat mewah. Airnya hangat. Dua dari empat dinding di kolam renang ruang tertutup tersebut terbuat dari kaca dengan sedikit salju yang menempel di bagian luar dinding kaca itu. Di kejauhan, tampak pemandangan lereng gunung yang indah dan orang-orang yang bermain ski menuruni gunung dan melintas beberapa meter saja dari dinding kaca kami. Kami melihat semuanya itu -- Pegunungan Alpen, salju, dan para pemain ski -- menyatu dengan hangatnya air kolam renang.

Sama seperti semua kenyamanan yang ada di hotel Swiss tersebut -- posisi kita sangat menentukan -- apakah kita berada "di luar" atau "di dalam". Berada "di dalam Kristus" membuat semua perbedaan dalam kehidupan kekristenan Anda. Semua titik keseimbangan Anda sebagai seorang Kristen, pemahaman Anda mengenai sebuah hubungan, takdir, fungsi-fungsi diri, semuanya berasal dari pengertian "di mana Anda berada". Ketika Anda mengerti "di mana posisi Anda", apa artinya berada di dalam Kristus, Anda akan memahami bagaimana Anda diperlengkapi dan apa yang akan Anda lakukan sebagai hasilnya.

Paulus sebenarnya tidak pernah mendefinisikan istilah "di dalam Kristus"; kita pun tidak perlu melakukannya. Dia hanya "menggunakannya" secara terus-menerus sampai Anda melihat pengaruhnya yang besar. Itu bukan semata masalah yang klise, tetapi salah satu hal yang mendukung banyak aspek kehidupan kekristenan.

APA MAKSUDNYA BERADA DI DALAM KRISTUS?

"ARTINYA KEDEKATAN YANG AMAT SANGAT DENGAN TUHAN." Ketika Anda berada di dalam Kristus, Anda menjadi bagian dari-Nya, Anda terhubung dengan Dia. Tidak ada situasi yang lebih dekat daripada ketika Anda sudah berada di dalam Dia.

Paulus tahu bahwa dalam penjara di Roma, dalam kapal yang diserang badai, di aula pengadilan Kaisar -- di mana pun dia, semuanya baik- baik saja. Mengapa? Karena "di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada" (Kisah Para Rasul 17:28). Lebih lanjut, Tennyson mengatakan demikian:

Berbicaralah kepada-Nya, sebab Ia mendengar, Agar rohmu dan Roh-Nya dapat bertemu. Dia lebih dekat dari napasmu, Dia lebih terjangkau dari tangan dan kakimu.

Jika saat ini Anda merasa jauh dari Allah, kita bukanlah subjek atau yang "merasakan". Jangan pernah melandaskan apa yang Anda percayai pada apa yang Anda alami, tetapi landaskanlah kepada kebenaran firman Allah. Entah Anda merasakan atau tidak, ALLAH DEKAT KEPADA ANDA DAN ANDA DEKAT KEPADA ALLAH -- amat sangat dekat.

Jika kedekatan itu menggetarkan jiwa Anda, berarti Allah berada sangat dekat dengan Anda.

Jika kedekatan itu tidak menggetarkan Anda, Allah pun tetap dekat kepada Anda.

Sementara Anda belajar untuk berjalan dengan iman dan bukan dengan apa yang tampak, kedamaian dan kenyamanan akan mulai menyebar di jiwa Anda. Anda akan tahu, seperti Paulus, DI MANA PUN ANDA BERADA, SEGALANYA akan berjalan baik -- karena Anda dekat, sangat dekat kepada-Nya. Anda berada DI DALAM DIA.

"BERADA 'DI DALAM KRISTUS', SEMUA KEBUTUHAN ANDA AKAN TERPENUHI." "Allahku akan memenuhi semua kebutuhanmu," dikatakan di Filipi 4:19, " ... di dalam Kristus Yesus." Jadi tidak ada situasi-situasi yang percuma ketika situasi-situasi itu "tidak memenuhi kebutuhan Anda". Anda dilahirkan untuk hidup dalam ketenteraman dengan beberapa kekurangan karena di baliknya, kebutuhan Anda yang terdalam dipenuhi - - di dalam Kristus. Anda mungkin berganti pekerjaan atau berpindah kota -- tetapi itu terjadi bukan karena kebutuhan Anda yang tidak terpenuhi. Bahkan, arena Colosseum dengan singanya yang harus dihadapi -- karena ANDA TAHU DI MANA ANDA BERADA, dan Anda digambar serupa dengan Sumber Anda.

"DI DALAM KRISTUS", ADA PERLINDUNGAN. Kami mengenal seorang ibu dan dua anak perempuannya yang alergi terhadap banyak zat di dunia ini sehingga mereka harus hidup dalam sebuah rumah khusus di hutan yang dibangun dan dilengkapi hanya untuk mereka dalam waktu yang lama.

Kita pernah membaca tentang anak-anak yang dilahirkan tanpa sistem pertahanan tubuh sehingga mereka hidup dalam balon plastik untuk menghindari kuman.

Berada di dalam Kristus, dalam arti rohani, berarti perlindungan yang Anda perlukan untuk menghadapi segala yang jahat dan berbahaya di dunia ini.

"Apa?" kata Anda. "Jadi aku tidak akan pernah mengalami kecelakaan mobil? Aku tidak akan kehilangan orang yang aku kasihi? Aku tidak akan pernah mendengar berita buruk?"

Hidup di dalam Kristus dimulai "dengan membedakan". Itu berarti melibatkan kehidupan yang berlawanan. Ini dimulai dari tingkah laku. Dan, semuanya itu tidak ada hubungannya dengan keadaan lingkungan Anda, tetapi "bagaimana Anda menanggapi" lingkungan Anda. Itulah arena kehidupan yang sesungguhnya.

Pemazmur mengatakan:

"(Orang yang berjalan di dalam Tuhan) tidak akan goyah untuk selamanya ... Ia tidak takut kepada kabar celaka; hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan. Hatinya teguh, ia tidak takut." (Mazmur 112:6-8)

Tuhan memagari orang yang benar -- seperti yang dilakukan-Nya kepada Ayub (Ayub 1:10). Pagar itu adalah "tinggal di dalam Kristus". Dengan demikian, Dia tahu bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat menyentuhnya karena Bapa yang baik dan penuh kasih telah merancangkan rencana terbaik untuknya. Allah berkata kepadanya, "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi." (Yosua 1:9). Ketika Anda mulai memahami bahwa ada perisai tak tampak yang melindungi Anda tanpa henti ketika Anda tinggal di dalam Kristus, maka hidup Anda akan mengalami banyak perubahan.

Kami mempunyai teman, seorang pemilik toko buku Kristen dan istrinya, yang baru saja melewati tahun yang berat. Tanpa diketahui, seorang pembeli yang ceroboh membuat mereka berhutang 100.000 dolar Amerika. Dalam pertemuan dengan para penjual buku, istrinya jatuh sakit. Selama berbulan-bulan, dia menderita bronkitis dan sekarang menderita pula penyakit ruam syaraf. Dia menulis kepada kami, "Selain dari masalah- masalah ini, hidupku tampak baik-baik saja!"

Sepanjang kami mengenal mereka, pasangan ini telah menunjukkan kedamaian tinggal di dalam Tuhan. Mereka tidak berlari dari masalah dan menghadapinya dengan iman.

Dalam menghadapi masalah, Alkitab mengajarkan: "Janganlah heran," kata Petrus. "Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan," ajar Yakobus. Dan banyak lagi yang mengatakan, "Jangan takut, jangan takut, dan jangan takut." "Tinggallah di dalam Tuhan." "Percayalah kepada Tuhan."

Ketika Anda menyadari bahwa ada perisai yang tak terlihat yang terus melindungi Anda, Anda akan tetap tinggal di dalam Kristus dengan sukacita dan damai sejahtera di hati.

HIDUP ANDA DI DALAM KRISTUS

Seperti apa hidup Anda jika Anda tinggal di dalam Kristus?

KETIKA SITUASI YANG BURUK MENGANCAM, Anda tidak akan takut -- Anda akan berdoa,

"Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung." (Mazmur 16:1)

KETIKA ANDA BERGUMUL DENGAN PERASAAN BERSALAH, Anda akan mengingat janji-janji-Nya: "Semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman." (Mazmur 34:22). "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus." (Roma 8:1).

Firman di atas benar adanya bagi teman kami, Mark, yang bergumul dengan banyak rasa ketidakamanan. Dia dibesarkan di panti asuhan, tanpa mengetahui dari mana asalnya atau pun siapakah dia, yang dia tahu adalah dia ada di dunia ini begitu saja. Bahkan, ketika di panti asuhan, dia direndahkan dan akhirnya melarikan diri. Namun, tanpa mengenal siapa dirinya, tanpa uang, tanpa pengalaman apa-apa, Mark menjadi orang yang berhasil, kaya, dan punya banyak pengalaman.

Di dalam dirinya, kecenderungan manusiawinya adalah merendahkan dirinya, rasa khawatir membuatnya bekerja terlalu keras dan berpikir bahwa segala sesuatu tidak akan pernah cukup baginya. Tanpa Kristus, Mark mungkin sudah bunuh diri. Akan tetapi, Mark terus-menerus datang dan bertanya pada Yesus; pengalaman berdoa bersama Mark sungguh merupakan pengalaman yang luar biasa. Posisinya "di dalam Kristus" telah melepaskan ketegangan, menimbulkan sukacita, dan memberinya kekuatan penuh kepadanya untuk melaju.

"DALAM SETIAP KESULITAN", Anda dapat bersandar kepada-Nya.

"Demikianlah TUHAN adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan." (Mazmur 9:9)

Kami berlaku sangat emosional beberapa waktu lalu. Tanpa meluangkan waktu untuk berdoa, kami menjadi penanggung hutang seorang teman kami, yang sebenarnya tidak diizinkan menurut kitab Amsal. Kemudian, teman kami bangkrut dan perusahaan yang meminjaminya mengambil semua tabungan kami.

Sampai beberapa tahun lamanya, kami pikir akan kehilangan rumah akibat menanggung hutang teman kami tersebut. Kami harus mengakui, "Tuhan, kami berdosa. Kami yang meminta, maka kami juga harus berani kehilangan." Akan tetapi, kami sungguh mengandalkan Tuhan sebagai tempat perlindungan. Kami menyerahkan masalah ini ke dalam tangan-Nya. (Mungkin inilah yang membantu kami karena pelayanan membuat kami terlalu sibuk untuk benar-benar memikirkannya.)

"KETIKA SESEORANG BERLAKU JAHAT PADA ANDA", Anda akan semakin dalam tinggal di dalam Kristus.

"Ya TUHAN, Allahku, pada-Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku dan lepaskanlah aku." (Mazmur 7:1)

Pada tahun ketiga dari dua puluh tahun pelayanan kami sebagai gembala di Lake Avenue Congregational Church, tiga orang wanita menyatakan bahwa kami mendukung komunis. Mereka menulis surat kepada tiga ribu anggota kami -- termasuk kepada para misionaris yang sedang bertugas di ladang misi karena mereka khawatir tentang pendeta baru mereka yang "liberal". Mereka mendatangi setiap rumah jemaat dengan sebuah petisi agar kami meninggalkan gereja kami; mereka bahkan membawa kami ke badan pengurus gereja.

Melalui tahun yang sulit itu, tidak sekali pun kami mencoba memertahankan diri kami (1 Petrus 2:21-23; Yesaya 53:7). Melihat kembali kejadian itu, kami tahu betapa Allah tidak hanya melepaskan kami dari kesulitan, tetapi Dia juga menggunakan hal ini untuk semakin menyatukan kami dengan jemaat kami.

Ya, ketika reputasi Anda sedang terancam, maka perlindungan Anda datangnya dari Kristus.

"Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu." (Mazmur 25:20)

"DALAM BAHAYA, ANDA AKAN DAPAT BERSUKACITA"

"Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada kesesakanku." (Mazmur 59:16)

Pendek kata, "DI DALAM KRISTUS, ANDA TIDAK AKAN MENGALAMI KEBINGUNGAN":

"Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku." (Mazmur 62:6,7)

Di dalam Tuhan, Anda akan mengetahui dari manakah sukacita Anda berasal.

"Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersuka cita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya." (Mazmur 5:11)

Perjanjian Lama menyebut-Nya sebagai tempat perlindungan, gunung batu, dan kekuatan; kata-kata ini memenuhi pikiran pemazmur. Kami menghitung ada 61 kali di mana kata-kata ini mendeskripsikan Tuhan -- sebagai pendukung Mazmur lain yang mengatakan, "Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia." (Mazmur 32:10); "Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu" (Mazmur 31:20); "Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun." (Mazmur 90:1); "Orang yang duduk dalam lindungan ... dan bermalam dalam naungan ...." (Mazmur 91:1); "... pada-Mulah aku berteduh!" (Mazmur 143:9).

Perjanjian Baru menyebut secara spesifik nama Pelindung teguh ini sebagai Yesus. Haleluya! Bahkan dengan spesifik disebut sebagai Kristus, nama Pemilik kebangkitan dan kuasa.

Dalam kemuliaan menurut Injil Perjanjian Baru, saya dan Anda ada "DI DALAM YESUS KRISTUS".

Anda berada di dalam-Nya sama seperti seorang bayi dalam kandungan -- bahkan lebih nyaman.

Anda berada di dalam-Nya sama seperti ulat dalam kepompong yang akan menjadi kupu-kupu -- tetapi lebih indah daripada itu.

Anda berada di dalam-Nya sama seperti penyelam dalam pakaian selamnya -- bahkan lebih aman daripada itu.

Anda berada di dalam-Nya sama seperti burung di udara atau ikan di dalam air -- tetapi tempat Anda jauh lebih baik.

Berada di dalam Kristus berarti Anda ditempatkan Allah di lingkungan yang baru -- seperti yang dikatakan James Stewart, "Dipindahkan ke dalam tanah yang baru dan iklim yang baru, di mana baik tanah maupun iklim itu, keduanya adalah Kristus." (Stewart: 157)

Atau dapat kami katakan bahwa berada di dalam Kristus berarti hidup Anda dan hidup-Nya yang penuh kemuliaan benar-benar menjadi satu. "Kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu." (Yohanes 14:20). Dia dan Anda berada "di dalam" satu sama lain -- bergabung, tidak dapat dipisahkan, dan dilihat sebagai suatu kesatuan dengan Allah.

Jika pelajaran "berada di dalam Kristus" merupakan hal yang baru bagi Anda, pengetahuan akan hal itu akan meluaskan pikiran Anda untuk menangkap lebih lagi tentang karya "penyelamatan yang besar", dan pelaksanaan dari pengenalan hidup di dalam Kristus akan mewarnai seluruh kehidupan Anda. Kebenaran yang satu ini sangat penting dan menjadi dasar kekristenan. Anda membangun hidup Anda di atasnya.

inti kekristenan bukanlah pengetahuan, juga bukan kesetiaan pada gereja, bukan pula etika Kristen. INTI KEKRISTENAN ADALAH HIDUP DI DALAM KRISTUS.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Ketika Anda belajar, Anda akan lebih memahami betapa luar biasa indahnya Tuhan Yesus itu. Siapa yang pernah mendengar ungkapan "berada dalam Abraham Lincoln" atau "berada dalam Shakespeare"? Ketika Anda melihat bahwa diri Anda berada "di dalam Kristus", Anda akan melihat Dia jauh di atas siapa pun yang paling berpengaruh dalam sejarah.

Ketika Martin Luther menulis tentang berada "di dalam Kristus", dia berkata, "Kita merasa seperti anak-anak yang belajar untuk berbicara. Kita hanya dapat berbicara terpatah-patah atau pun hanya beberapa kata ketika kita berbicara mengenai hidup dalam Kristus."

Allah mengangkat seorang pendosa miskin, oleh kasih karunia-Nya, menyelamatkan dia, dan menempatkannya di dalam Kristus. Akan menghabiskan seluruh hidup kita untuk mengetahui apa artinya tindakan Tuhan tersebut. Tetapi, kami tahu hal itu berarti Anda dengan kesungguhan hati dapat mengatakan, "YA TUHAN! KAULAH TEMPAT PERLINDUNGANKU."

SEMAKIN MENGENAL KRISTUS

"Dua kata `dalam Kristus` mungkin merupakan kata yang paling tepat untuk mendefinisikan Anda sebagai seorang Kristen dibanding kata yang lain. Keberadaan Anda di dalam Dia telah mengubah Anda selamanya -- Anda sekarang tak terpisahkan dari Kristus, dilindungi dengan sangat oleh Dia, dan memperoleh hidup kekal melalui Dia. Coba pikirkan lagi beberapa hak dan keistimewaan yang Anda dapatkan di dalam Kristus, dan apa artinya hal tersebut bagi Anda hari ini."

REFLEKSI PRIBADI

Baca 1 Petrus 1:3-9

Sekalipun Petrus tidak menggunakan istilah "di dalam Kristus", dia menjelaskan bagaimana kita bisa berada "di dalam Kristus" pada ayat 3. Bagaimana dia mendeskripsikannya?

Keuntungan apa yang kita dapatkan dengan menjadi seorang Kristen menurut ayat 4? Jelaskan keuntungan itu?

Siapa yang dilindungi oleh perisai kuasa Allah (ayat 5)? Bagaimana caranya?

Baca ayat 6-7. Bagaimana orang percaya dapat "selamat" atau bertahan terhadap berbagai kesengsaraan? Apa tujuan pencobaan- pencobaan itu?

Keuntungan yang disebutkan di ayat 3-7 berkaitan dengan masa depan kita. Keuntungan apa yang ada bagi mereka yang di dalam Kristus sekarang (ayat 8-9)? Apakah Anda mengalaminya? Jika ya, mengapa, dan jika tidak, mengapa?

Baca Efesus 2:11-22

Menurut ayat 12, lima hal apa yang terjadi bila seseorang berada di luar Kristus? Mana dari hal-hal tersebut yang paling menyusahkan Anda jika Anda belum menjadi Kristen?

Keuntungan apa yang dirasakan jemaat di Efesus karena pengenalan mereka yang baru akan Kristus? Mana yang sesuai dengan Anda?

Menurut Anda, mengapa Paulus mengingatkan jemaat Efesus tentang kehidupan mereka yang tanpa Allah? Apakah kehidupan iman Anda akan tertolong jika mengingat hidup Anda dulu sebelum menjadi seorang Kristen? Bagaimana hal itu menolong Anda?

Jika Anda harus memilih satu keistimewaan menjadi seorang Kristen yang paling menguatkan Anda dari perikop ini, keistimewaan yang manakah itu? Mengapa?

Cobalah beberapa saat menjadi seorang penulis lagu. Lalu, coba tuliskan sebuah bait tentang rasa syukur Anda kepada Tuhan atas keistimewaan yang Dia berikan kepada kita di dalam Kristus seperti yang dideskripsikan di dalam perikop ini.

Jika Anda menggunakan pedoman belajar ini dalam kelompok, mintalah setidaknya beberapa anggota untuk membaca bait yang telah mereka tulis. (t/Anggit)

Audio: Inti Kekristenan

Referensi:
Huegel, F.J.. 1980. Bone of His Bone. Michigan : Zondervan Publishing House. Stewart, James. A Man in Christ. New York: Harper and Row.
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Judul buku : Confident in Christ
Judul asli artikel : The Essence of Christianity
Penulis : Ray dan Anne Ortlund
Penerbit : Multnomah, Portland 1989
Halaman : 17 -- 30

Introduksi pada Iman Reformed (Bagian 2)

Editorial: 

Dear Reformed Netters,

Kiriman artikel bulan April ini adalah sambungan dari artikel yang dikirim bulan Maret lalu. Selamat menyimak.

Jika Anda belum mendapatkan kiriman artikel bulan Maret yang lalu dan ingin mendapatkannya, silakan menghubungi saya.

In Christ, Yulia < yulia(a t)in-christ.net >

Penulis: 

John M. Frame

Edisi: 

098/IV/2008

Tanggal: 

02-05-2008

Isi: 
INTRODUKSI PADA IMAN REFORMED Oleh: John M. Frame (Bagian 2)

IMAN REFORMED MENGAJARKAN KOVENAN KETUHANAN ALLAH SECARA KOMPREHENSIF

Saya sekarang akan melanjutkan dengan ringkasan yang lebih komprehensif dari sistem doktrin Reformed. Argumentasi yang akan saya berikan adalah sebagai berikut: Allah biblikal adalah "Tuhan kovenan" dan semua karya-Nya dalam penciptaan dan keselamatan adalah sebuah karya berdasarkan pada ketuhanan kovenan-Nya. Oleh karena itu, "Allah adalah Tuhan kovenan" merupakan ringkasan dari berita Alkitab. Iman Reformed juga bisa diringkaskan dengan cara ini: semua unsur esensial dari iman Reformed dapat dilihat sebagai karya dari ketuhanan kovenan Allah. Fakta bahwa "ketuhanan kovenan" merupakan hal yang sentral di Kitab Suci, dan teologi Reformed adalah suatu argumen besar yang berpihak pada teologi Reformed sebagai formulasi pengajaran Kitab Suci yang terbaik.

Saudara akan menemukan bahwa "kovenan" itu telah dijelaskan secara berbeda oleh teolog yang berbeda, bahkan di kalangan Reformed. Tetapi bagi saya, hal berikut ini kelihatannya mencakup unsur-unsur esensial dari kovenan yang alkitabiah antara Allah dan manusia. Sebuah "kovenan" adalah sebuah relasi antara "Tuhan" yang berdasarkan kedaulatan-Nya, dengan memanggil sekelompok "umat"(8) menjadi milik- Nya, yaitu umat yang disebut sebagai alat-alat Tuhan atau hamba-hamba Tuhan. Ia memerintah atas mereka dengan kuasa dan hukum-Nya, dan memberikan kepada mereka berkat yang unik (atau dalam kasus tertentu, kutuk yang unik). Supaya kita dapat memahami "kovenan" dengan lebih baik, maka kita harus memahami "ketuhanan" dengan lebih baik.

ARTI DARI KETUHANAN

Pertama, "Tuhan" merepresentasikan istilah Ibrani "YHWH" yang merupakan misteri (pada umumnya dilafalkan "Yahweh", kadang-kadang ditemukan sebagai "Jehovah" atau "Lord" dalam terjemahan bahasa Inggris). Kata ini dikaitkan dengan kata kerja "to be" seperti dalam "I am" di Keluaran 3:14 (perhatikan kehadiran YHWH di ayat 15). Selain Keluaran 3:12-15, ada beberapa pasal di Kitab Suci yang kelihatannya pada derajat tertentu menjelaskan tentang arti dari nama yang merupakan misteri itu. Lihat Keluaran 6:1-8; 20; 33; 34; Imamat 18-19; Ulangan 6:4, dst.; Yesaya 41:4; 43:10-13; 44:6; 48:12, dst. Di PB, Yesus memakai nama "Kurios", sebuah istilah Yunani yang digunakan untuk menerjemahkan YHWH di dalam PL yang berbahasa Yunani. Pada saat Ia memakai nama itu, Ia mengambil peran yang dimiliki oleh Yahweh di PL sebagai Tuhan, kepala dari kovenan. Di dalam pikiran saya, hal itu merupakan salah satu dari bukti yang paling kuat tentang keilahian Kristus. Oleh karena itu, bagian-bagian tertentu di PB, seperti Yohanes 8:31-59; Roma 10:9; 1 Korintus 12:3; Filipi 2:11, juga sama pentingnya bagi pemahaman kita tentang konsep ketuhanan di Alkitab. Dalam pengajaran saya tentang doktrin Allah, saya menjelaskan tentang hal ini dengan lebih rinci,(9) yaitu memerlihatkan kepada Saudara bagaimana ayat-ayat itu mengajarkan suatu konsep tertentu tentang ketuhanan ilahi. Dalam tulisan ini, saya hanya sekadar menyajikan konklusi-konklusi dari studi saya. Namun demikian, penyelidikan atas ayat-ayat ini akan berguna bagi Saudara untuk melihat bagaimana konsep-konsep berikut ini saling berkaitan satu dengan yang lain.

Konklusi saya adalah bahwa ketuhanan di Alkitab meliputi tiga aspek: kontrol, otoritas, dan kehadiran.

Pertama, kontrol. Tuhan adalah pribadi yang memiliki kontrol yang total atas dunia ini. Pada waktu Allah menebus Israel dari Mesir, Ia melakukannya dengan tangan yang kuat dan berkuasa. Ia mengontrol semua kekuatan alam untuk mendatangkan kutuk atas Mesir serta mengalahkan kekuatan-kekuatan dari penguasa terbesar yang totaliter pada saat itu. Lihat Keluaran 3:8, 14, 20; 20:2; 33:19; 34:6; Yesaya 41:4; 43:10-13; 44:6; 48:12, dan seterusnya. Saya telah menjelaskan tema biblikal ini dalam kaitan dengan doktrin predestinasi. Seharusnya disebutkan juga, bahwa kontrol Allah bukan hanya berkaitan dengan doktrin keselamatan, melainkan atas seluruh alam dan sejarah. Efesus 1:11 dan Roma 11:36 menyatakan kebenaran ini secara khusus, dan banyak bagian lain di Kitab Suci yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang didasarkan pada pengaturan Allah. Hal itu termasuk penjelasan tentang jatuhnya burung pipit dan jumlah rambut di kepala kita.

Dosa dan kejahatan juga bagian dari rencana Allah. Hal itu merupakan misteri, dan kita harus hati-hati dalam pernyataan kita. Namun demikian, Kitab Suci memang mengaitkan keberdosaan manusia dengan tujuan-tujuan Allah. Contohnya, lihat Kejadian 45:7; 50:20; 2 Samuel 24:1, 10 (bdk. lTawarikh 21:1); 1 Raja-raja 22:19-23; Kisah Para Rasul 2:23; 4:27-28; Roma 1:24, 26, 28; 9:11-23.

Bagaimana kita dapat merekonsiliasikan fakta-fakta ini dengan kebenaran dan kebaikan Allah? Saya telah membahas "problema kejahatan" ini dengan rinci dalam buku "Apologetics to the Glory of God", halaman 149 -- 190. Saya tidak percaya bahwa kita bisa sepenuhnya memahami alasan-alasan Allah untuk mengaitkan kejahatan ke dalam rencana-Nya. Dengan jelas, Ia melakukannya supaya suatu tujuan yang berada dalam konteks sejarah secara menyeluruh merupakan suatu tujuan yang baik (Kejadian 50:20). Di samping itu, yang terbaik adalah meneladani Ayub yang berdiam diri pada saat berhadapan dengan misteri dari kejahatan (Ayub 40:4-5; 42:1-6). Tentu saja kita tidak mengompromikan kedaulatan Allah dengan menyetujui ide seperti konsep Arminian tentang "kehendak bebas", yaitu tindakan-tindakan manusia yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh Allah.(10)

Kontrol ilahi tentu saja tidak mengimplikasikan penyebab sekunder, contohnya pilihan-pilihan manusia tidaklah penting. Allah umumnya mencapai tujuan-tujuan-Nya yang agung dengan menggunakan alat-alat yang fana. Tujuan-Nya adalah untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia, bukan melalui pernyataan mukjizat, tetapi melalui pemberitaan dan pengajaran yang dilakukan oleh manusia (Matius 28:19, dst.). Tidak ada keselamatan (paling tidak di kalangan orang dewasa) tanpa iman dan pertobatan manusia (Yohanes 3:16; Kisah Para Rasul 2:38). Mereka, yang berargumen atas dasar kedaulatan Allah, para penginjil sama sekali tidak boleh mengajak orang untuk mengambil "keputusan", tidak memahami keseimbangan biblikal. Kedaulatan Allah tidak mengesampingkan penyebab sekunder; melainkan menguatkan mereka, memberikan mereka signifikasi.

Allah dari Kitab Suci bukan jenis yang abstrak, yang berlawanan dengan dunia, sehingga segala sesuatu yang dikaitkan pada-Nya harus disangkali ada pada manusia, demikian pula sebaliknya. Melainkan, Allah adalah pribadi, dan Ia telah menciptakan dunia sesuai dengan rencana-Nya. Beberapa hak prerogatif tidak ada pada makhluk ciptaan, seperti hak Allah yang eksklusif untuk disembah dan hak-Nya untuk melakukan sebagaimana yang dikehendaki-Nya dalam kehidupan manusia. Tetapi kebanyakan peristiwa dalam dunia memiliki penyebab-penyebab ilahi dan makhluk ciptaan; yang satu tidak membatalkan yang lain. Arminian dan hiper-Calvinis melakukan kesalahan dalam hal ini.

Kedua, otoritas. Otoritas adalah hak untuk ditaati. Tuhan memiliki hak tertinggi untuk itu. Sewaktu Ia berfirman, firman-Nya harus ditaati. Kovenan selalu mencakup firman, sebagaimana yang akan kita lihat dalam studi kita tentang doktrin firman Allah. Tuhan kovenan berbicara pada umat kovenan-Nya berkaitan dengan nama-Nya yang kudus, berkat-berkat- Nya di masa lampau bagi mereka, tuntutan-tuntutan-Nya atas perilaku mereka, janji-janji-Nya, dan peringatan-peringatan-Nya. Firman yang ditulis dalam sebuah dokumen, dan pelanggaran terhadap firman Tuhan dalam dokumen tertulis itu berarti pelanggaran terhadap kovenan itu sendiri.

Sewaktu Allah menemui Musa di Mesir, Ia datang dengan firman yang berotoritas bagi Israel dan Firaun, yaitu suatu firman yang tidak mereka taati atas risiko mereka sendiri. Lihat Keluaran 3:13-18; 20:2, dan seterusnya; Imamat 18:2-5, 30; 19:37; Ulangan 6:4-9; Lukas 6:46, dan seterusnya. Otoritas-Nya mutlak dalam tiga arti: (a) Ia tidak dapat dipertanyakan (Roma 4:14-20; Ibrani 11; Ayub 40:1, dst.; Roma 9:20). (b) Kovenan-Nya melampaui semua kesetiaan pada yang lainnya (Keluaran 20:3; Ulangan 6:4, dst.; Matius 8:19-22; 10:34-38; Filipi 3:8). (c) Otoritas kovenan-Nya meliputi semua area kehidupan manusia (Keluaran -- Ulangan; Roma 14:23; 1 Korintus 10:31; 2 Korintus 10:5; Kolose 3:17, 23).

Ketiga, kehadiran. Tuhan ialah pribadi yang mengambil suatu umat menjadi milik-Nya. Ia menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat- Nya. Jadi, Ia "bersama mereka" (Keluaran 3:12). Kehadiran Tuhan bersama umat-Nya merupakan suatu tema yang indah yang tersebar di Kitab Suci; lihat Kejadian 26:3; 28:15; 31:3; 46:4; Keluaran 3:12; 33:14; Ulangan 31:6, 8, 23; Hakim-hakim 6:16; Yeremia 31:33; Yesaya 7:14; Matius 28:20; Yohanes 17:25; 1 Korintus 3:16, dan seterusnya; Wahyu 21:22.

Jadi, Yahweh dekat dengan umat-Nya, tidak seperti ilah-ilah dari bangsa lain (Imamat 10:3; Ulangan 4:7; 30:11-14 [Roma 10:6-8]; Mazmur 148:14; Yeremia 31:33; Yunus 2:7; Efesus 2:17; Kolose 1:27). Ia secara harfiah "mendengar" Israel dalam kemah suci dan bait Allah. Kemudian Ia mendekat di dalam Yesus Kristus dan dalam Roh Kudus. Dan berdasarkan kemahakuasaan-Nya dan kemahatahuan-Nya, Ia tidak pernah jauh dari siapa pun (Kisah Para Rasul 17:27-28). Berdasarkan pemahaman ini, seluruh ciptaan terikat dengan Dia oleh kovenan. Lihat Kline, "Images of the Spirit".

Kehadiran Allah berarti suatu berkat, tetapi dapat juga berarti suatu kutukan, pada saat umat itu melanggar kovenan. Lihat Keluaran 3:7-14; 6:1-8; 20:5, 7, 12; Mazmur 135:13, dan seterusnya; Yesaya 26:4-8; Hosea 12:4-9; 13:4, dst.; Maleakhi 3:6; Yohanes 8:31-59.

Saya akan merujuk pada tiga kategori ini sebagai "atribut ketuhanan". Mereka tidak terpisahkan; setiap kategori terkait dengan dua kategori lainnya. Kontrol Tuhan dilaksanakan melalui otoritas perkataan-Nya pada ciptaan (Kejadian 1); oleh karena itu "kontrol" melibatkan otoritas. Kontrol itu komprehensif, jadi meliputi kehadiran Allah di seluruh ciptaan. Demikian halnya dengan setiap atribut ketuhanan termasuk dua yang lainnya. Oleh karena itu, setiap atribut hadir, bukan "terpisah" dari ketuhanan Allah, tetapi keseluruhannya, dari satu "perspektif"(11) yang partikular.

SENTRALITAS DARI KETUHANAN DI KITAB SUCI

"Tuhan" merupakan nama dasar kovenan dari Allah (Keluaran 3:13-15; 6:1-8; Roma 14:9). Ada nama lain dari Allah, tetapi ini merupakan nama yang berarti bahwa Ia adalah kepala dari kovenan dengan umat-Nya. Ini adalah nama, di mana dengan nama itu Ia berharap dikenali oleh umat kovenan-Nya.

Hal itu dapat ditemukan dalam pengakuan dasar dari iman umat Allah di Kitab Suci (Ulangan 6:4, dst.; Roma 10:9; 1 Korintus 12:3; Filipi 2:11). Dasar pengakuan dari Kovenan Lama adalah "Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang esa". Pengakuan dasar dari Kovenan Baru adalah "Yesus Kristus adalah Tuhan".(12)

Semua tindakan Allah yang maha kuasa dalam ciptaan dan sejarah dilakukan "supaya mereka mengetahui bahwa Aku adalah Tuhan" (Keluaran 14:18; l Raja-raja 8:43; Mazmur 9:10; dst.). Berulang kali di Yesaya, Tuhan menyatakan bahwa "Akulah Tuhan, Akulah Dia" (Yesaya 41:4; 43:10- 13). Kata "Aku adalah" mengingatkan pada Keluaran 3:14.

SENTRALITAS KETUHANAN KOVENAN DALAM IMAN Reformed

Iman Reformed juga menekankan ketuhanan kovenan Allah atas umat-Nya. Konsep kovenan tidak digunakan secara sistematis oleh Calvin, meskipun secara partikular kesinambungan dari ide tentang kontrol, otoritas, dan kehadiran cukup menonjol dalam pikirannya. Merupakan hal yang alamiah bahwa di kalangan penerus Calvin ada perkembangan yang menyeluruh dan aplikasi dari ide kovenan, dan bahwa konsep itu telah menjadi perhatian utama dari para teolog Reformed sampai hari ini.

Pertama, kontrol. Jelas sekali teologi Reformed telah menekankan kontrol Allah, yang "melakukan segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya" (Efesus 1:11). Kita telah membahas penekanan ini dalam pembahasan kita tentang predestinasi dan teologi Reformed juga menekankan kedaulatan Allah dalam penciptaan dan providensia. Bersama Kitab Suci, teologi Reformed juga memertahankan kepentingan dari penyebab sekunder. "Hyper-Calvinist", yang berada di perbatasan fatalisme,(13) kadang-kadang menyangkali kepentingan dari keputusan serta aktivitas makhluk ciptaan; tetapi hal ini tidak merepresentasikan tradisi Reformed yang utama.

Kedua, otoritas. Reformed telah selalu menekankan, lebih dari kebanyakan cabang kekristenan lain, bahwa manusia harus tunduk pada hukum Allah. Sebagian orang yang mengaku orang Kristen telah mengatakan bahwa hukum dan anugerah, atau hukum dan kasih, selalu berlawanan, sehingga orang Kristen tidak ada kaitan dengan hukum. Namun, kaum Reformed menyatakan bahwa apabila kita mengasihi Yesus, maka kita akan melakukan perintah-Nya (Yohanes 14:15, 21; 15:10; l Yohanes 2:3, dst.; 3:22, dst.; 5:2, dst.; 2 Yohanes 6; Wahyu 12:17; 14:12). Tentu saja melakukan hukum tidak mendatangkan keselamatan bagi kita. Hal itu tidak membenarkan kita di hadapan Allah. Hanya kebenaran dari Kristus yang melakukan hal itu. Tetapi bagi mereka yang diselamatkan, mereka akan melakukan perintah Allah.

Reformed juga menekankan kelanjutan kenormatifan dari hukum PL, khususnya atas orang percaya di PB (Matius 5:17-20). Ada perdebatan di kalangan Reformed atas "teonomi", yang pada dasarnya suatu perdebatan tentang bagaimana hukum PL digunakan dalam kehidupan orang Kristen.(14) "Teonomis" maupun kritik Reformed terhadap teonomi sepakat bahwa hukum PL memiliki suatu pengajaran dan pengaturan yang penting dalam kehidupan orang Kristen; kedua kelompok juga sepakat bahwa sebagian hukum PL tidak lagi mengikat secara harfiah, karena kita sekarang hidup dalam suatu situasi yang berbeda dari zaman bilamana perintah-perintah ini diberikan. Argumen atas nama perintah- perintah ini berasal dari kategori itu. Semua Calvinis percaya bahwa hukum-hukum PL adalah firman Tuhan dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memerbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran, dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2 Timotius 3:16-17).

Secara khusus dalam area ibadah, Reformed telah menekankan otoritas dan kecukupan firman Allah. Sementara kaum Lutheran dan kaum Roma Katolik berargumentasi bahwa apa pun diizinkan dalam ibadah, kecuali yang dikutuk oleh Kitab Suci. Kaum Reformed memertahankan bahwa semua yang tidak diotorisasi oleh Kitab Suci, tidak diizinkan dalam ibadah. Hal itu dikenal sebagai "prinsip peraturan untuk ibadah". Telah ada perdebatan di kalangan kaum Reformed tentang implikasi konkrit dari prinsip ini. Sebagian orang telah berargumen bahwa hal itu menuntut penggunaan yang eksklusif dari Mazmur dalam ibadah dan melarang penggunaan alat-alat musik, penyanyi solo, atau paduan suara. Sebagian orang yang lain berargumen bahwa hal itu menuntut suatu upacara ibadah yang merujuk pada model ibadah yang digunakan pada abad XVII oleh kaum Puritan. Analisis saya berbeda.(15) Saya tidak diyakinkan oleh penafsiran yang telah digunakan untuk mencapai konklusi yang terbatas ini. Dan selaras dengan prinsip-prinsip dari Reformasi, saya melihat peraturan yang prinsip pada dasarnya sebagai suatu prinsip yang memberikan kepada kita kebebasan dari tradisi manusia, dan mengikat kita hanya pada firman Allah.

Hal itu membangkitkan suatu poin yang penting dari natur yang lebih umum. Teologi Reformed bukan hanya suatu teologi tentang ketuhanan Allah, tetapi juga suatu teologi dari kebebasan manusia. Teologi Reformed menolak, tentu saja, konsep Arminian tentang "kehendak bebas" yang sudah dibahas terdahulu. Tetapi mengakui kepentingan dari keputusan makhluk ciptaan, sebagaimana yang telah kita lihat sebelumnya. Dan hal itu juga membebaskan kita dari ikatan tirani manusia, sehingga kita bisa menjadi hamba Allah saja. Untuk pastinya, Allah memang menetapkan otoritas yang sah atas umat manusia, dan Ia memanggil kita untuk menghormati dan menaati otoritas-otoritas itu. Tetapi pada saat otoritas-otoritas itu memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan firman Tuhan, atau pada saat mereka menempatkan ide mereka setara dengan Kitab Suci, kita boleh dan bahkan harus tidak menghormati klaim-klaim mereka. Kita harus lebih menaati Allah dari pada manusia. Oleh karena itu, Saudara dapat melihat bahwa otoritas kovenan Allah bukan merupakan suatu doktrin yang membebani. Hal itu merupakan kemerdekaan yang paling besar.

Oleh karena itu, iman Reformed pada esensinya bukan "tradisionalis", meskipun sebagian orang Reformed menurut perkiraan saya telah memiliki penghormatan yang tidak sehat terhadap tradisi. Ada sebuah slogan Reformed, "semper reformanda", "always reforming". Oleh karena itu, "fades reformata semper reformanda est", "the Reformed Faith is always reforming". Ada beberapa divisi di kalangan Reformed, sebagian menekankan reformata (Reformed) dan yang lain yang menekankan reformanda (reforming). Keduanya adalah penting dan keduanya harus tetap dipertahankan keseimbangannya. Iman kita haruslah "Reformed", yaitu dalam kesesuaian dengan prinsip fundamental dari Kitab Suci, sebagaimana yang diringkas dalam pengakuan-pengakuan Reformed. Namun demikian, hal itu harus juga di-"reforming", berusaha untuk membawa pemikiran dan praktik kita lebih seturut dengan Kitab Suci, meskipun proses itu menuntut pengeliminasian beberapa tradisi. Para reformator adalah keduanya: konservatif dalam penganutan mereka pada doktrin Alkitab dan radikal dalam kritik mereka terhadap tradisi gereja. Kita harus demikian pula. Oleh karena itu, berhati-hatilah pada orang yang mengatakan kepada Saudara bahwa Saudara harus beribadah, atau berpikir atau berperilaku sesuai dengan tradisi historis tertentu. Buktikan itu semua berdasarkan firman Allah (l Tesalonika 5:21). Selidiki Kitab Suci setiap hari untuk melihat apakah yang Saudara dengar itu memang benar (Kisah Para Rasul 17:11).

Karena waktu terbaiknya iman Reformed telah kritis terhadap tradisi manusia, bahkan di kalangannya sendiri. Iman Reformed memiliki sumber- sumber untuk kontekstualisasi yang efektif. Kontekstualisasi adalah usaha untuk menyajikan kebenaran Kitab Suci dalam istilah yang dipahami oleh budaya yang berbeda dengan yang kita miliki, dan berbeda dengan budaya di mana Kitab Suci ditulis. Khotbah Reformed telah tercatat mengalami kesuksesan sepanjang sejarah dalam pekerjaan kontekstualisasi. Calvinisme telah secara dalam memengaruhi budaya yang sangat berbeda dengan budaya Swiss, mulai dari Belanda, Jerman, Inggris, Hungaria, dan Korea. Calvinisme memiliki pengikut yang cukup besar di Perancis dan Itali sampai kebanyakan mereka telah diusir keluar dengan paksa.

Oleh karena itu, sepenuhnya Reformed mengatakan sama halnya dengan saya, di "Doctrine of the Knowledge of God" bahwa teologi merupakan aplikasi dari kebenaran Kitab Suci ke dalam situasi manusia. Perkembangan dalam teologi merupakan kesinambungan aplikasi dari Kitab Suci pada situasi yang baru dan konteks yang muncul. Hal itu bukan sekadar repetisi dari formulasi doktrin yang bekerja dalam generasi pada masa lalu, sebagaimana yang dianggap oleh sebagian "tradisionalis". Melainkan pekerjaan teologi melibatkan kreativitas kita tanpa mengompromikan otoritas dan kecukupan dari Kitab Suci.

Calvinisme telah merupakan semacam teologi yang "progresif". Teologi Reformed biasanya bukan hanya sekadar menyatakan ulang pernyataan Calvin dan pengakuan-pengakuan. Calvinisme terus mengembangkan aplikasi yang baru dari Kitab Suci dan doktrin Reformed. Pada abad ketujuh belas, ada perkembangan yang signifikan dari pemikiran Reformed tentang kovenan Allah.

Pada abad kedelapan belas, pemikir Jonathan Edwards mengajukan pengajaran baru tentang dimensi subjektif dari kehidupan Kristen. Pada abad kesembilan belas dan permulaan abad kedua puluh, ada perkembangan yang luar biasa, di bawah Vos dan yang lainnya, tentang "teologi biblika", analisis Kitab Suci sebagai suatu sejarah keselamatan. Pada abad kedua puluh ada apologetika Van Til dan "Structure of Biblical Authority" dari Meredith Kline.

Pekerjaan "mereformasi" di bawah otoritas Allah tidak terbatas, juga bagi gereja dan teologi. Calvinis telah sering menekankan "mandat budaya" dari Kejadian 1:28-30, bahwa Allah memerintahkan umat manusia untuk menaklukkan seluruh bumi di dalam nama-Nya. Ini berarti bahwa semua wilayah kehidupan umat manusia harus direformasi oleh firman Allah. Abraham Kuyper, seorang jenius agung dari Belanda yang memberikan kontribusi yang besar pada bidang teologi, filsafat, jurnalisme, pendidikan, dan politik, berargumen bahwa seharusnya ada politik, seni, literatur, demikian juga teologi Kristen yang unik.(16) Firman Allah memerintah di semua area kehidupan (1 Korintus 10:31; 2 Korintus 10:5; Roma 14:23; Kolose 3:17, 23). Jadi, orang Reformed telah menekankan kebutuhan untuk sekolah-sekolah, gerakan-gerakan buruh, bisnis, universitas, filsafat, ilmu pengetahuan, gerakan politik, sistem ekonomi Kristen yang unik.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa teologi Reformed prihatin bukan hanya tentang keselamatan individu, dan kesalehan (lihat di bawah), melainkan juga tentang struktur dari masyarakat. "Kovenan", walau bagaimanapun, berkaitan dengan relasi suatu kelompok dengan Allah, lebih daripada hanya sekadar dengan seorang individu.(17) Dalam kovenan, Allah memilih suatu umat. Kitab suci menjelaskan bahwa Allah memilih seisi rumah, keluarga. Oleh karena itu, Calvinis umumnya percaya pada baptisan anak. Baptisan anak mengatakan bahwa pada saat Allah mengklaim orang tua, Allah mengklaim seluruh isi rumah sebagai milik-Nya (Kisah Para Rasul 11:14; 16:15, 31-34; 18:8; l Korintus 1:11, 16).

Memertimbangkan doktrin otoritas ilahi menolong kita untuk melihat dari arah lain(18) relasi antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Umat manusia bertanggung jawab karena mereka harus tunduk pada perintah Allah. Oleh karena itu, pengajar-pengajar Reformed tidak mempresentasikan tanggung jawab manusia sebagai suatu konsesi dendam terhadap Arminianisme. Melainkan, mereka menekankan tanggung jawab dan bersukacita di dalamnya.

Tanggung jawab manusia adalah doktrin Calvinistis. Hal itu menyatakan struktur yang berarti dari rancangan Allah yang berdaulat dan otoritas normatif dari hukum Allah yang berdaulat.(19)

Secara historis, kadang-kadang orang bertanya-tanya mengapa Calvinis yang percaya pada kedaulatan Allah, tidak memiliki sikap pasif dalam hidupnya. Pada faktanya, Calvinis berusaha untuk melayani Tuhan yang telah memanggil kita dengan sebaik mungkin. Hasilnya ada di tangan- Nya, tetapi kita telah memiliki kehormatan untuk melayani Dia dengan tugas yang paling agung, yang melaluinya berarti menaklukkan semua kehidupan pada Kristus.

Ketiga, kehadiran. Teologi Reformed pada saat terbaiknya bersifat devosional secara mendalam, yaitu menyadari intimasi kedekatan dengan Allah pada setiap saat dalam hidup kita. Tentu saja, sebagian pemikir Reformed, mendasarkan profesi mereka sendiri sebagai "intelektualis", telah meremehkan semua keprihatinan orang Kristen dengan subjektivitas dan kedalaman manusia. Tetapi, menurut pendapat saya intelektualisme itu tidak merepresentasikan yang terbaik atau mentalitas umum dari kebanyakan kaum Reformed. Calvin memulai institutnya dengan mengatakan bahwa pengetahuan Allah dan pengetahuan tentang diri saling berhubungan, dan "saya tidak tahu yang mana yang lebih dahulu". Ia sadar karena kita diciptakan berdasarkan gambar-Nya, kita tidak dapat mengenal diri sendiri dengan benar, tanpa mengenal Allah pada saat yang sama. Dengan kata lain, Allah ditemukan dalam setiap sudut dari kehidupan manusia, termasuk yang subjektif. Ia juga bersikeras bahwa kebenaran-kebenaran firman Allah ditulis secara mendalam dalam hati, bukan hanya sekadar "di dalam kepala".(20) Emblemnya memerlihatkan sebuah hati di dalam sebuah tangan, diarahkan pada Allah, dengan tulisan, "My heart I give you, promptly and sincerely."

Jadi orang Reformed telah berbicara tentang hidup dalam semua kehidupan coram Deo, di hadirat Allah. Pemahaman tentang realitas Allah ini mendorong kesalehan yang kaya, demikian pula ketaatan yang bersemangat dalam semua kehidupan.

KONKLUSI

Saudara dapat melihat bahwa iman Reformed sangat kaya! Dapat dipahami adanya beberapa perdebatan di kalangan orang Reformed, sebagian telah saya sebutkan dalam tulisan ini. Telah ada juga perbedaan penekanan di antara para teolog Reformed dan gereja-gereja. Sebagian telah lebih terfokus pada "lima poin", "doktrin anugerah". Penekanan ini khususnya menonjol di kalangan Reformed Baptis, tetapi ditemukan dalam kalangan lainnya juga. Yang lain (teonomis) telah terfokus pada otoritas dari hukum Allah. Sedangkan yang lainnya (Kuyperian, Dooyeweerdian) telah menekankan aplikasi dari kebenaran Allah dalam struktur sosial.

Wolterstorff dan yang lain mengusulkan suatu cara untuk membedakan beragam mentalitas teologis di kalangan gereja-gereja Reformed (khususnya yang berlatar belakang Belanda). Mereka berbicara tentang "piets, kuyps and docts". "The piets" dipengaruhi oleh pietisme, yang terutama mencari suatu relasi yang personal dengan Kristus. "The docts" yang terutama memerhatikan memertahankan teologi ortodoksi. "The Kuyps" memerhatikan perubahan besar dalam masyarakat.(21)

Kelihatannya bagi saya ada ruang dalam gerakan Reformed untuk semua penekanan yang berbeda ini. Tidak ada seorang pun di antara kita yang memertahankan keseimbangan yang sempurna. Situasi yang berbeda menuntut kita untuk memberikan penekanan yang berbeda, seperti halnya pada waktu kita "mengontekstualisasikan" teologi kita untuk membawa firman Allah ke dalam situasi di mana kita berada. Allah juga memberikan karunia yang berbeda pada orang yang berbeda. Tidak semua berkarunia dalam aksi-aksi politik, atau dalam perumusan doktrin- doktrin dengan teliti, atau dalam penginjilan pribadi. Kita semua melakukan apa yang dapat kita lakukan, dan kita melakukan apa yang kelihatannya paling harus dilakukan pada situasi itu. Di dalam batasan iman Reformed sebagaimana digambarkan di sini, kita harus bersyukur atas perbedaan penekanan itu, bukan mengkritik mereka. Perbedaan penekanan saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Catatan Kaki:

8. Berbeda dengan Dispensasionalisme, teologi Reformed mengajarkan (sesuai dengan kitab suci, menurut pendapat saya) bahwa hanya ada satu umat Allah, mencakup semua pilihan Allah, menerima berkat-berkat yang sama di dalam Kristus, berkat-berkat yang dijanjikan pada Abraham dan keturunannya.

9. Penjelasan yang lebih komprehensif dibaca dalam buku "Doktrin Pengetahuan tentang Allah" (Doctrine of the Knowledge of God) dari John M. Frame yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh literatur SAAT (catatan terjemahan).

10. Namun demikian, ada konsep-konsep lain tentang kehendak bebas yang sepenuhnya alkitabiah; lihat "Apologetics to the Glory of God".

11. Relasi "perspektival" semacam itu umum di kitab suci.

12. Nanti seharusnya menjadi jelas bahwa Alkitab mengajarkan "Ketuhanan dan Keselamatan", yang sebagaimana diajarkan dalam imam Reformed. Mereka yang diselamatkan, yang mengakui ketuhanan Kristus dari hati. Tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa mereka yang mengakui ketuhanan Kristus harus sempurna dari awalnya dalam pengabdian mereka kepada Dia. Aplikasi ketuhanan Yesus dalam kehidupan orang Kristen merupakan suatu proses yang tidak akan selesai sampai kita ke surga.

13. Fatalisme adalah pandangan bahwa "apa yang terjadi, terjadilah", apa pun yang kita lakukan. Kekristenan biblika bukanlah fatalistik, karena ia mengajarkan suatu relasi teratur antara penyebab sekunder dan akibat-akibat yang terjadi. Rencana Allah pasti akan berhasil; tetapi akan terjadi dengan sukses karena Allah akan menyediakan alat fana yang dibutuhkan. Contohnya, bahwa orang pilihan akan diselamatkan terlepas dari pemberitaan Injil.

14. Lihat. Simposium WTS, "Theonomy: a Reformed Critique", diedit oleh W. Robert Godfrey dan Will Barker, khususnya dalam esai saya dalam terbitan itu!

15. Bacalah buku saya "Worship in Spirit and Truth" (Phillipsburg: P & R, 1996).

16. Lihat. "Lectures on Calvinism", sebuah buku yang menggerakkan, menantang, mentransformasi hidup, yang setiap orang Kristen harus membacanya.

17. Meskipun tentu saja ada aspek-aspek individual untuk keselamatan dan kehidupan Kristen, Allah memanggil setiap individu untuk bertobat dan percaya.

18. Kita telah menyebutkan kepentingan keputusan manusia dan tindakan manusia dalam rancangan Allah secara keseluruhan.

19. "Tanggung jawab" Arminian berdasarkan pada kekuatan kehendak manusia untuk melakukan peristiwa-peristiwa yang tidak disebabkan. Tetapi peristiwa yang tidak disebabkan adalah kebetulan, bisa jadi tidak masuk akal, peristiwa yang tidak ada hubungan apa pun dengan struktur rasional yang telah ditetapkan sebelumnya. Melakukan tindakan yang hanya kebetulan sukar, dikatakan sebagai "tanggung jawab". Lebih jauh, tanggung jawab dalam Kitab Suci selalu merupakan tanggung jawab pada Allah, bukan pada diri sendiri. Oleh karena itu, hal itu menyatakan adanya hukuman Allah.

20. Oleh karena itu, Calvin adalah sumber dari kontras antara "kepala/hati" yang sering kali diremehkan oleh "intelektualis" Reformed. Calvin bukan, demikian pula dengan saya, antiintelektualisme. "Hati" di Kitab Suci adalah hati yang berpikir. Tetapi ada semacam pengetahuan intelektual yang diterima secara superfisial, suatu pengetahuan yang sebenarnya bukan aturan dari kehidupan seseorang. Itu bukan pengetahuan yang diajarkan oleh Calvin dan Kitab Suci kepada kita.

21. Dalam terminologi saya, tiga gerakan ini adalah eksistensional, normatif, dan situasional secara respektif.

Diambil dari:

Judul buku : Veritas, Volume 08, Nomor 02 (Oktober 2007)
Judul artikel: Introduksi pada Iman Reformed
Penulis : John M. Frame
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 2007
Halaman : 179 -- 189

Introduksi pada Iman Reformed

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Ada orang-orang dari gereja aliran Reformed yang mengaku menganut teologi Reformed, tapi pola pikirnya ternyata tidak cocok dengan teologi Reformed. Ada juga orang-orang bukan dari gereja aliran Reformed yang mengaku menganut teologi Reformed, tapi ternyata mereka tidak memahami teologi Reformed secara komprehensif. Tapi (mungkin) ada juga orang-orang yang merasa tidak menganut teologia Reformed, tapi justru konsep berpikirnya sejalan dengan teologi Reformed. Jadi, ternyata ada kebingungan untuk memahami arti sebenarnya teologi Reformed itu.

Tulisan yang saya kutip dari jurnal Veritas, terbitan SAAT di bawah ini mudah-mudahan dapat menolong Anda yang sedang merasa mengalami krisis identitas dalam mengenali aliran teologi "Reformed"-nya.

Artikel ini cukup panjang, karena itu saya membaginya menjadi dua bagian. Bagian pertama ini adalah untuk edisi Maret sedangkan bagian kedua akan saya kirim untuk edisi bulan April.

Selamat menyimak. In Christ, Yulia < yulia(a t)in-Christ.net >

Penulis: 

John M. Frame

Edisi: 

edisi 097/III/2008

Tanggal: 

14-3-2008

Isi: 
INTRODUKSI PADA IMAN REFORMED Oleh: John M. Frame(1) (Bagian 1)

PENDAHULUAN

Ketika pertama kali saya datang ke Seminari Westminster sebagai mahasiswa (1961), sebagian besar mahasiswa berlatar belakang Reformed. Banyak mahasiswanya telah mendapatkan pengajaran di sekolah-sekolah dan universitas-universitas Calvinistis;(2) bahkan telah mempelajari katekismus dan pengakuan-pengakuan iman Reformed. Hari ini hal itu jarang ditemui. Semakin banyak mahasiswa yang datang ke Westminster berasal dari latar belakang non-Reformed, malahan ada yang baru mengalami pertobatan. Mereka yang berasal dari latar belakang Reformed pun tidak selalu mengetahui katekismus mereka dengan baik.

Banyak mahasiswa Westminster ketika baru pertama kali datang bahkan tidak mengerti dengan jelas posisi doktrin Westminster. Mereka tahu bahwa Westminster memegang kuat pandangan otoritas Alkitab dan ineransi; mereka tahu bahwa Westminster berpegang pada doktrin-doktrin fundamental kekristenan evangelikal. Mereka juga tahu bahwa kami menjelaskan dan memertahankan doktrin-doktrin ini secara kesarjanaan yang superior. Namun, kadang-kadang tidak semua menyadari kenyataan bahwa Westminster adalah sebuah institusi pengakuan iman, yang menganut tradisi doktrinal historis tertentu, yaitu iman Reformed.

Saya sangat bergembira semua murid ini ada di sini! Saya sangat senang karena Westminster menarik murid-murid yang berasal jauh di luar lingkaran pengakuan iman normal kami. Tetapi kehadiran mereka mengharuskan adanya beberapa pengajaran yang sangat mendasar mengenai posisi doktrin seminari ini. Memperkenalkan para mahasiswa pada iman Reformed sedini mungkin di awal karier mereka di seminari merupakan hal yang esensial. Iman Reformed itu yang memberikan energi dan mengarahkan semua pengajaran di sini. Murid-murid harus siap untuk itu. Untuk kepentingan itulah esai ini ditulis.

Saya juga memiliki alasan lain untuk menulis introduksi ini. Ketika Saudara memulai studi di seminari, Saudara akan melihat bahwa ada berbagai variasi di dalam tradisi Reformed secara umum. Saudara akan belajar tentang "hyper-Calvinism", "theonomy", "antinomianism", "presuppositionalism", "evidentialism", "perspectivalism", "traditionalism", dan lain-lain. Beraneka ragam nama yang dipakai untuk menyebut diri kita sendiri dan untuk menyebut orang lain. Bukan hal yang selalu mudah untuk menentukan siapa yang "Reformed sejati" dan siapa yang bukan, atau yang lebih penting lagi, siapa yang "benar- benar alkitabiah". Dalam tulisan ini, paling sedikit, saya ingin memerlihatkan kepada Saudara di mana saya berpijak dalam tradisi Reformed dan memberikan sedikit bimbingan serta menolong Saudara untuk menemukan arah melewati keragaman ini.

Tulisan ini hanyalah suatu "introduksi" kepada iman Reformed, jadi bukan merupakan suatu analisis yang mendalam. Namun, jelas tetap bermanfaat untuk mengetahui gambaran sekilas pada saat awal studi Saudara. Bersama-sama dengan tulisan ini, saya mengharapkan Saudara membaca Pengakuan Iman Westminster, Larger dan Shorter Catechism, serta "tiga bentuk kesatuan" dari gereja-gereja Reformed di benua Eropa: Pengakuan Iman Belgia, Katekismus Heidelberg, serta Kanon-kanon Dordt. Semua itu merupakan ringkasan yang indah dari posisi doktrin Reformed, yang disajikan secara utuh, ringkas, dan tepat. Heidelberg adalah salah satu karya devosional yang agung di sepanjang masa. Saya juga percaya ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari pembukaan ringkasan teologi Reformed karya Cornelius Van Til, "The Defense of the Faith".(3)

Sebelum saya sampai pada hal-hal doktrinal yang substansif, izinkan saya untuk mengajukan pertanyaan: "Mengapa kita harus berpegang pada pengakuan apa pun, selain Alkitab?" Ini merupakan pertanyaan yang baik. Di dalam hati, saya berharap tidak perlu ada kredo atau ada denominasi-denominasi yang berpegang pada kredo itu. Denominasi- denominasi pada tahap tertentu, selalu akibat dari dosa perpecahan.(4) Saya berharap ketika seseorang bertanya tentang afiliasi religius saya, dengan sederhana saya dapat berkata, "Kristen." Dan ketika seseorang menanyakan keyakinan agama saya, saya dapat dengan sederhana berkata, "Alkitab."

Sayangnya, jawaban-jawaban sederhana seperti itu tidak cukup lagi. Bermacam-macam orang mengaku Kristen pada hari ini, bahkan mereka yang percaya Alkitab, namun sebenarnya jauh dari kerajaan Kristus. Di antaranya kaum liberal, penganut bidat, dan penganut sinkretis zaman baru. Ketika kita mengunjungi tetangga kita dan mengajaknya ke gereja, dia berhak untuk mengetahui apa yang kita percayai. Jika Saudara mengatakan bahwa Saudara adalah seorang Kristen dan percaya Alkitab, dia berhak untuk bertanya lebih lanjut, "Menurut Saudara, (dan gereja Saudara) apa yang mereka ajarkan tentang Alkitab?" Itu merupakan pertanyaan di mana kredo dan pengakuan iman dirancang untuk menjawabnya. Sebuah kredo hanyalah suatu ringkasan kepercayaan dari seseorang atau dari sebuah gereja terhadap apa yang diajarkan Alkitab. Dan tentu saja, tidak ada yang keberatan untuk menulis ringkasan seperti itu bagi kenyamanan anggota-anggota gereja dan orang-orang yang membutuhkannya.

Pengakuan iman bukan Kitab Suci, dan mereka tidak seharusnya diperlakukan sebagai normatif yang tanpa salah dan tertinggi. Tentu saja, saya percaya bahwa sangat penting bagi sebuah persekutuan gereja dimungkinkan untuk merevisi pengakuan iman, dan untuk tujuan tersebut, dimungkinkan juga bagi para jemaat dan para pejabat gereja untuk tidak sepaham dengan pengakuan iman tersebut sampai batas-batas tertentu. Kalau tidak, itu berarti pengakuan iman secara praktis dapat dikatakan, otoritasnya diangkat pada posisi setara dengan Kitab Suci. Pandangan "ketat" yang menyatakan bahwa para pendeta tidak pernah diizinkan untuk mengajar sesuatu yang bertentangan dengan rincian yang ada di dalam kredo harus dilihat sebagai cara untuk melindungi ortodoksi dari gereja itu. Namun, menurut pandangan saya, pandangan semacam itu sebenarnya menentang ortodoksi, yaitu menentang otoritas Alkitab dan kecukupan Alkitab. Dalam pandangan semacam itu, maka Kitab Suci tidak diberi kebebasan untuk mereformasi gereja sesuai dengan kehendak Allah.

Namun kredo-kredo itu sendiri sebenarnya sah, bukan hanya bagi gereja- gereja dan individu-individu, melainkan juga bagi seminari-seminari. Seminari-seminari perlu juga untuk dapat memberitahukan kepada para pendukung, para mahasiswa, dan para calon mahasiswa tentang doktrin macam apa yang diajarkan dalam kurikulum seminari.

Iman Reformed merupakan penemuan yang indah bagi banyak orang Kristen. Saya mendengar banyak orang menyaksikan bahwa pada saat mereka mulai mempelajari teologi Reformed, mereka melihat untuk pertama kali bahwa Alkitab benar-benar dapat dipahami. Dalam bentuk teologi yang lain, ada banyak eksegesis yang artifisial: pemilahan ayat-ayat yang tidak bisa dipercaya, merasionalisasi "bagian-bagian yang sukar", memasukkan skema di luar Kitab Suci atas, teks Alkitab. Teologi Reformed memperlakukan Kitab Suci secara natural, sebagaimana para penulis (manusia dan Allah) maksudkan dengan jelas dalam ayat itu. Tentu saja ada kesulitan-kesulitan di dalam sistem Reformed sebagaimana yang ada pada lainnya. Tetapi banyak orang, pada saat mereka mulai membaca Alkitab di bawah pengajaran Reformed, mengalami peningkatan yang besar dalam pemahaman dan keyakinan. Firman Tuhan berbicara pada mereka dalam kuasa yang lebih besar dan memberikan mereka suatu motivasi yang lebih besar pada kekudusan.

Seminari Westminster tidak menuntut mahasiswa mereka untuk memiliki keyakinan Reformed sewaktu mereka mendaftar atau sewaktu mereka lulus. Jadi, mereka harus memutuskan sendiri. Tetapi dari pengalaman saya, terlihat bahwa para mahasiswa Westminster dari latar belakang non- Reformed yang terbuka pada pendekatan Reformed, pada umumnya mereka akhirnya memeluk pandangan itu. Sepanjang 35 tahun saya bergabung dengan Westminster, saya dapat menghitung dengan jari jumlah mahasiswa yang sepengetahuan saya telah lulus dengan berpegang pada posisi Arminian. Hal itu bukan disebabkan karena sekolah menekan para mahasiwa untuk menyetujui posisi doktrinal dari sekolah. Kebanyakan dari para dosen berusaha untuk menghindari melakukan hal itu. Para dosen berusaha untuk memberikan kepada mahasiswa kemungkinan sebesar mungkin untuk mengekspos diri mereka pada teologi Reformed dan untuk membandingkannya dengan teologi non-Reformed. Pada waktu mereka selesai mempelajarinya, saya percaya mereka akan bersukacita sebagaimana halnya dengan kami menerima iman Reformed.

Apakah iman Reformed itu? Berikut ini argumen saya, bahwa: (1) iman Reformed adalah evangelikal; (2) iman Reformed adalah predestinarian; dan (3) iman Reformed mengajarkan kovenan ketuhanan Yesus Kristus secara komprehensif.

IMAN REFORMED ADALAH EVANGELIKAL

Sering kali, sulit bagi orang Kristen Protestan yang percaya pada Alkitab untuk mengetahui mereka harus menyebut diri mereka apa. Kata "Kristen" itu sendiri dan pernyataan "orang Kristen yang percaya Alkitab", bisa juga kabur, bahkan menyesatkan (lihat pembahasan sebelumnya). "Ortodoksi" memberikan kesan tentang para imam yang berjanggut. "Konservatif" berbunyi seperti suatu posisi politikus atau seorang yang temperamental dibanding dengan suatu keyakinan religius. "Fundamentalis" pada hari ini memiliki konotasi yang tidak menyenangkan, yaitu dianggap sebagai antiintelektualisme, meskipun pada masa lampau fundamentalis diaplikasikan pada sarjana-sarjana Kristen yang sangat agung.

Saya pikir istilah yang paling baik untuk menjelaskan orang Kristen Protestan yang percaya pada Alkitab adalah istilah "evangelikal", meskipun istilah itu telah menjadi rancu sepanjang sejarah. Istilah itu digunakan oleh para reformator Lutheran untuk mengindikasikan karakter dari gerakan itu, dan sampai sekarang di benua Eropa, kata "evangelikal" kurang lebih bersinonim dengan "Lutheran". Namun, di dunia yang berbahasa Inggris, kebanyakan penggunaan istilah "evangelikal" dikaitkan dengan kebangunan rohani dari "kebangkitan evangelikal" di abad delapan belas di bawah pengkhotbah John Wesley, George Whitefield, dan yang lainnya. Teologi Wesley adalah Arminian, sedangkan teologi Whitefield adalah Calvinis; jadi gerakan evangelikal itu sendiri memiliki unsur-unsur Arminian dan Calvinistis. Banyak denominasi-denominasi di dunia yang berbahasa Inggris sangat dipengaruhi oleh gerakan ini.

Pada abad kesembilan belas, banyak denominasi yang tadinya dipengaruhi oleh gerakan evangelikal telah menjadi liberal. Bukan merupakan hal yang aneh untuk mendengar orang liberal seperti Charles Brigg menyebut dirinya sebagai "evangelikal"; "evangelikal liberal" pada waktu itu tidak dianggap kontradiksi. Orang masih mendengar istilah itu dalam referensi pada istilah teologis Inggris, meskipun penggunaannya tidak konsisten pada poin itu. Tetapi di Amerika, istilah itu sejak Perang Dunia II telah secara umum dibatasi secara teologi pada posisi konservatif. Setelah perang itu, sejumlah orang Kristen konservatif tiba pada konklusi bahwa "fundamentalisme" merupakan suatu konsep yang negatif dan mereka mengadopsi istilah "Evangelikal" sebagai suatu deskripsi yang menjelaskan dirinya sendiri, kebalikan dari penggunaan pada abad kedelapan belas. Di antara mereka adalah Carl F. H. Henry, Harold John Ockenga, dan J. Howard Pew penganut teologi Calvinistis; yang lainnya bukan penganut teologi Calvinistis. Jadi, "Evangelikal" menjadi sebuah payung yang menaungi orang-orang Kristen Reformed dan non-Reformed, yang menganut pandangan yang tinggi terhadap Kitab Suci dan penganut dari "iman yang fundamental".

Tidak semua orang Reformed telah bersedia untuk menerima sebutan "Evangelikal". Di satu sisi, orang Reformed kadang-kadang ada yang tidak menyetujui kebangunan rohani, meskipun sebagian pengkhotbah kebangunan rohani seperti Whitefield adalah Reformed. Jadi, sebagian orang Reformed telah enggan untuk menerima suatu sebutan yang muncul dalam konteks kebangunan rohani. Di sisi lain, karena banyak orang Reformed tidak mau bergabung dengan Arminian yang memiliki sebutan yang sama, karena kepercayaan bahwa ada perbedaan yang besar secara teologis. Jadi, bagi sebagian Calvinis, termasuk Cornelius Van Til,(5) "Evangelikal" berarti "Protestan yang non-Reformed".

Saya menolak penggunaan ini, terlepas dari pendapat yang diberikan oleh mentor saya, Van Til. Penggunaan yang diberikan oleh Van Til tidak historis, karena secara historis kata "Evangelikal" mencakup Calvinis. Lebih penting lagi, bagi saya kelihatannya kita memang membutuhkan istilah untuk menyatukan orang-orang Protestan yang percaya Alkitab, dan sebutan yang cocok untuk tujuan itu hanyalah "Evangelikal".(6)

Menurut pandangan saya, kaum Reformed dan kaum Evangelikal disatukan atas dasar banyak poin doktrinal yang signifikan, bisa diargumentasikan bahwa keduanya disatukan atas dasar yang paling penting. Jadi, saya tetap menyatakan bahwa iman Reformed adalah Evangelikal.

Apakah kepercayaan utama dari teologi Evangelikal? Seorang Evangelikal, berdasarkan definisi saya, adalah seseorang yang mengakui teologi Protestan Historis. Hal itu mencakup kepercayaan-kepercayaan berikut ini:

  1. Allah adalah satu Pribadi, yang maha bijak, adil, baik, benar dan berkuasa, realitas terakhir, berhak disembah secara eksklusif, dan ditaati tanpa perlu dipertanyakan, yang telah menciptakan dunia ini dari yang tidak ada menjadi ada.
  2. Manusia, diciptakan menurut gambar Allah, berdasarkan kehendaknya tidak menaati perintah Allah, dan karena itu layak mendapatkan upah maut. Sejak saat itu, semua umat manusia, kecuali Yesus Kristus, telah berdosa terhadap Allah.
  3. Yesus Kristus, Putra Allah yang kekal, menjadi manusia. Ia (secara harfiah, sesungguhnya) lahir dari seorang dara. Ia melakukan mukjizat-mukjizat. Ia menggenapi nubuat. Ia menderita dan mati bagi dosa kita, menanggung kesalahan dan hukum dari dosa kita. Ia dibangkitkan secara fisik dari kematian. Ia akan datang kembali (secara harfiah, secara fisik) untuk mengumpulkan umat-Nya dan untuk menghakimi dunia.
  4. Keselamatan dari dosa datang bagi kita bukan atas dasar perbuatan baik kita, melainkan melalui penerimaan karunia yang cuma-cuma dari Allah melalui iman. Iman yang menyelamatkan menerima pengorbanan Kristus sebagai pengorbanan kita, sebagai satu-satunya dasar dari persekutuan kita dengan Allah. Iman yang menyelamatkan semacam itu tanpa disangkali telah memotivasi kita pada ketaatan.
  5. Kitab Suci adalah firman Allah yang membuat kita bijak dalam keselamatan.
  6. Doa bukan hanya sekadar meditasi atau pengembangan diri, melainkan suatu percakapan yang tulus dengan Pencipta dan Penebus kita. Di dalam doa kita memuji Allah, mengucap syukur, memohon pengampunan, dan membuat permohonan yang membawa perubahan konkret dalam dunia.

Pernyataan-pernyataan ini dapat disebut "hal-hal yang fundamental dari iman". Mereka merepresentasikan pusat dari injil biblikal, dan di atas injil ini, kaum Reformed disatukan dengan semua kaum Evangelikal. Saya terluka pada waktu mendengar kaum Reformed mengatakan bahwa "kami tidak memiliki hal yang sama dengan Arminian." Sebenarnya, kita memiliki injil biblikal yang sama dengan mereka, dan itu hal yang besar. Saya pasti berargumen bahwa teologi Arminian tidak konsisten dengan injil itu. Tetapi saya tidak dapat meragukan bahwa kebanyakan dari mereka percaya injil itu dari hati mereka.

Berdasarkan pemahaman ini, kaum Reformed ini tidak hanya berdiri dengan saudara-saudari Arminian mereka di dalam mengakui kebenaran biblikal, tetapi mereka juga bersama-sama melawan kekorupan yang sama dari iman. Kita berdiri bersama semua kaum Evangelikal melawan humanisme sekuler, bidat, gerakan Zaman Baru, dan tradisi liberal dalam teologi. "Liberal" yang saya maksudkan di sini adalah jenis teologi apa pun yang menyangkali hal-hal "fundamental" yang mana pun. Dalam pengertian ini, saya mencakupkan sebagai yang "liberal" bukan hanya kaum modern pada zaman J. Gresham Macken,(7) termasuk juga tradisi neo-ortodoksi (Barth dan Brunner, kaum "modernis yang baru" menurut Van Til), dan gerakan terkini seperti teologi pembebasan, teologi proses, dan teologi pluralis. Gerakan yang lebih terkini sering dikontraskan dengan liberalisme, tetapi seperti yang saya percaya, kita butuh satu istilah untuk menjelaskan semua orang Protestan yang percaya pada Alkitab, demikian pula saya percaya kita butuh satu istilah untuk menjelaskan orang-orang yang mengaku Kristen, yang menyangkali satu atau lebih dari yang fundamental; dan "liberalisme" merupakan istilah yang terbaik untuk tujuan itu.

Saya akan meringkaskan beberapa rumusan yang biasanya ada dalam tradisi liberal dalam kategori yang diselaraskan dengan pernyataan- pernyataan 1 -- 6 di atas.

  1. Allah adalah "melampaui personalitas", "melampaui yang baik dan yang jahat", tidak menuntut ketaatan, menghukum dosa, atau menjawab doa.
  2. Dosa bukan merupakan ketidaktaatan pada suatu hukum eksternal bagi manusia, melainkan keterasingan dari yang lain dan dari kemanusiaan yang sejati orang itu.
  3. Yesus hanya seorang laki-laki yang dengan berbagai cara dikaitkan dengan Allah. Mukjizat yang harfiah dan kebangkitan adalah tidak mungkin, tetapi mereka adalah lambang dari suatu realitas yang lebih tinggi.
  4. Keselamatan bukan berasal dari pengorbanan Kristus yang bersifat substitusi, atau melalui iman kepada Kristus sebagai cara keselamatan yang eksklusif. Semua yang diselamatkan atau "orang yang selamat" adalah mereka yang mengikuti berbagai etika dan program-program politik.
  5. Kitab Suci merupakan tulisan manusia, bisa keliru dan cenderung pada kekeliruan, yang dengan cara bagaimana mengomunikasikan berita ilahi.
  6. Doa pada dasarnya penghormatan pada diri sendiri.

Sebagaimana yang kita lihat, injil Evangelikal sangat berbeda dengan penyangkalan liberal akan injil itu. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk memiliki posisi yang jelas dalam hal ini. Saya secara khusus mendorong mereka yang mulai belajar teologi untuk memerhatikan isu ini secara pribadi. Ini adalah waktu di mana Saudara harus jelas tentang relasi Saudara dengan Allah. Apakah Saudara percaya bahwa Allah yang dinyatakan di Kitab Suci ada? Dan bahwa Ia adalah Tuhan yang agung dari langit dan bumi? Apakah Saudara percaya bahwa Saudara secara pribadi berdosa dan Saudara hanya layak untuk mendapatkan murka-Nya dan hukuman yang kekal? Apakah Saudara percaya berdasarkan perbuatan Saudara sendiri (termasuk di antaranya kehadiran di gereja, pelayanan Kristen, benar secara intelektual) dapat menyelamatkan Saudara, atau hanya di dalam kebenaran yang sempurna dari Kristus?

Apabila Saudara tidak pernah menjawab pertanyaan sejenis ini, saya mendorong Saudara demi Kristus untuk menjawabnya sekarang! Tidak semua orang yang masuk seminari adalah orang percaya dalam pengertian semacam ini. Adalah mudah untuk menipu diri sendiri pada waktu Saudara telah melalui kehidupan Kristen. Semasa Saudara belajar di seminari, kembali ke dasar dengan cara ini makin lama akan makin sulit. Pada saat Saudara menjadi ahli teologi, Saudara bisa menjadi bangga atas pencapaian Saudara, dan karena itu Saudara tidak sabar terhadap siapa pun yang menyatakan bahwa Saudara butuh menjadi seperti anak kecil dan menaruh seluruh kepercayaan Saudara pada hikmat orang lain. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9)

IMAN REFORMED ADALAH PREDESTINARIAN

Istilah "Reformed" untuk alasan tertentu pada mulanya dikaitkan dengan cabang Reformasi dari Swiss (Zwingli, Bucer, Bullinger, Calvin), dan kemudian menjadi sinonim dengan "Calvinis". Pengajaran yang paling kontroversial dari orang-orang ini adalah doktrin predestinasi mereka. Doktrin ini sering kali dilihat sebagai perbedaan yang utama dari pengajaran Reformed dengan bentuk-bentuk evangelikalisme lainnya. Pada tahun 1618 -- 1619, di sebuah pertemuan sidang sinode Reformed di Dordrecht (atau Dort) di Belanda, dipresentasikan lima "poin" ringkasan dari pengajaran Jacob Arminius ("Arminianisme"). Sebagai oposisi terhadap kelima poin itu, sinode mengadopsi apa yang disebut dengan "lima poin Calvinisme", yang merupakan ringkasan doktrin predestinasi. Poin-poin ini dikenal dengan inisial dari bunga Belanda yang indah, yaitu TULIP: Total Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irresistible Grace, Preseverance of the Saints.

Kita tidak boleh melihat kelima poin ini sebagai ringkasan dari sistem doktrin dari Reformed. Di Dort, kelima topik itu dibahas berdasarkan pilihan kaum Arminian, bukan kaum Calvinis. Kelima poin itu sebenarnya merupakan suatu ringkasan dari "apa yang tidak disukai oleh kaum Arminian tentang Calvinisme", bukan merupakan ringkasan dari Calvinisme itu sendiri. Poin-poin itu bukan meringkas Calvinisme, melainkan aspek-aspek kontroversial dari Calvinisme. Saya pikir apabila sidang itu diminta untuk memberikan ringkasan iman Reformed yang sebenarnya, maka mereka akan menyusunnya secara berbeda, yaitu lebih seperti "Pengakuan-pengakuan Belgic dan Westminster".

Poin kontroversial tidak harus merupakan keprihatinan fundamental dari suatu sistem. Sehubungan dengan iman Reformed, sistem doktrinalnya lebih dari lima poin; iman Reformed merupakan pemahaman yang komprehensif dari Kitab Suci, jadi merupakan suatu pandangan komprehensif dari wawasan dunia dan wawasan kehidupan. Namun demikian, sekarang saya akan secara singkat membahas "kelima poin" itu. Meskipun sentralitas "kelima poin" ini bisa berlebihan, namun mereka tentu saja penting dan sering disalah mengerti.

  1. Total Depravity Meskipun orang yang sudah jatuh dalam dosa mampu secara eksternal melakukan perbuatan baik (perbuatan yang baik menurut masyarakat), mereka tidak dapat melakukan apa pun yang sesungguhnya baik, misalnya memerkenankan Allah (Roma 8:8). Allah melihat hati. Berdasarkan sudut pandang-Nya, orang yang sudah jatuh dalam dosa tidak memiliki kebaikan, dalam pikiran, perkataan, atau perbuatan. Oleh karena itu, ia tidak mampu memberikan sumbangsih apa pun pada keselamatannya.

  2. Unconditional Election Oleh karena itu, pada saat Allah memilih manusia untuk diselamatkan, Ia tidak memilih mereka berdasarkan apa pun yang ada pada diri mereka. Ia tidak memilih mereka karena kebaikan mereka sendiri, atau bahkan karena Allah mengetahui sebelumnya bahwa mereka akan percaya, melainkan hanya karena kemurahan-Nya semata-mata, yaitu berdasarkan anugerah (Efesus 2:8-9).

  3. Limited Atonement Poin ini merupakan poin yang paling kontroversial dari kelima poin, karena Alkitab kelihatannya mengajarkan bahwa Kristus mati untuk setiap orang. Lihat contohnya, 2 Korintus 5:15, 1 Timotius 4:10, 1 Yohanes 2:2. Ada dimensi "universal" dari penebusan: (a) penebusan untuk semua bangsa; (b) hal itu suatu penciptaan baru dari seluruh umat manusia; (c) hal itu ditawarkan secara universal; (d) hal itu satu-satunya cara bagi setiap orang untuk diselamatkan dan karena itu satu-satunya keselamatan untuk semua orang; (e) nilainya cukup untuk semua. Namun demikian, Kristus bukan merupakan substitusi untuk dosa-dosa dari setiap orang; kalau demikian halnya, maka setiap orang akan diselamatkan. Oleh karena penebusan Kristus berkuasa dan efektif. Penebusan Kristus bukan hanya sekadar membuat keselamatan menjadi mungkin; melainkan penebusan itu benar-benar menyelamatkan. Pada waktu Kristus "mati untuk" seseorang, orang itu pasti diselamatkan. Salah satu "teks penebusan universal" adalah 2 Korintus 5:15, di mana hal itu dinyatakan dengan jelas. Jadi, Ia mati hanya bagi efektivitas dari penebusan pada "limitasi"nya; mungkin kita harus menyebutnya "penebusan yang efektif" daripada "penebusan terbatas", dan itu akan mengubah singkatan TULIP menjadi TUEIP. Tetapi tentu saja efektivitas mengimplikasikan limitasi, jadi limitasi adalah sebuah aspek yang penting dari doktrin ini.

  4. Irresistible Grace Anugerah bukan seperti satu atau dua permen yang dapat Saudara kembalikan apabila Saudara tidak menghendakinya. Anugerah adalah kemurahan Allah, suatu sikap dari hati Allah sendiri. Kita tidak dapat menghentikan Dia untuk mengasihi kita apabila Ia memilih untuk melakukannya. Demikian pula kita tidak dapat menghentikan Dia dari memberikan kita berkat keselamatan: regenerasi, justifikasi, adopsi, pengudusan, serta glorifikasi. Tujuan-Nya di dalam diri kita akan pasti digenapi (Filipi 1:6, Efesus 1:11).

  5. Perseverance of the Saints Apabila Saudara dilahirbarukan kembali oleh Roh Allah, dibenarkan, diadopsi ke dalam keluarga Allah, maka Saudara tidak dapat kehilangan keselamatan Saudara. Allah akan menjaga Saudara (Yohanes 10:27-30; Roma 8:28-29). Ketekunan tidak berarti bahwa setelah Saudara menerima Kristus, lalu Saudara boleh berdosa sekehendak hati Saudara dan Saudara tetap diselamatkan. Banyak orang menerima Kristus secara munafik dan kemudian menyangkali kehidupan Kristen. Mereka yang murtad, dan tidak kembali menerima Kristus di hati mereka, mereka mati dalam dosa-dosa mereka. Tetapi apabila Saudara mengakui Kristus dari hati, maka Saudara pasti akan bertekun, karena Saudara tidak akan didominasi oleh dosa (Roma 6:14).

Catatan Kaki:

  1. Diterjemahkan dan dimuat sesuai dengan izin yang diberikan secara lisan oleh penulis.
  2. Dalam tulisan ini, saya menggunakan istilah "Calvinistis" dan "Reformed" dengan arti yang sama.
  3. (abridged ed. Philadelphia: Presbyterian and Reformed, 1975) 7-22.
  4. Lihat teguran terhadap perpecahan dalam 1 Korintus 1-4. Saya membahas isu ini secara mendalam dalam Evangelical Reunion (Grand Rapids: Baker, 1991).
  5. "A Christian Theory of Knowledge" (t.k.: Presbyterian and Reformed, 1969) 194 dan lainnya.
  6. Adalah benar bahwa, bahkan di Amerika Serikat, garis pemisah antara kalangan injili dengan yang lainnya telah menjadi kabur. Sebagian telah menyangkali ineransi Kitab Suci secara total, sementara itu mengklaim dirinya Evangelikal. Dalam pandangan saya, hal ini tidak sesuai. Namun demikian, bagi saya istilah "Evangelikal" bukan sama sekali tidak berguna lagi, dan saya tahu tidak ada yang lebih baik untuk maksud saya sekarang ini.
  7. Lihat Christianity and Liberalism dari Machen, tetap merupakan tulisan yang terbaik tentang perubahan-perubahan yang fundamental antara kedua cara berpikir itu.

(Bersambung)

Diambil dari:

Judul jurnal : Veritas, Volume 08, Nomor 02 (Oktober 2007)
Judul artikel: Introduksi pada Iman Reformed
Penulis : John M. Frame
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 2007
Halaman : 169 -- 179

Kejutan dari Seorang Skeptis

Editorial: 

Dear Reformed Netters,

Artikel yang saya kirimkan ke Anda ini sangat menarik untuk disimak. Kiranya dapat menjadi perenungan bagi kita menjelang perayaan Paskah tahun ini. Doa saya, kita semua semakin menghargai pentingnya kematian Kristus bagi iman keselamatan kita.

Selamat merayakan Hari Paskah 2008.

Redaksi, Yulia Oeniyati < yulia(at)in-christ.net >

Penulis: 

Lee Strobel

Edisi: 

096/II/2008

Tanggal: 

14-2-2008

Isi: 
KEJUTAN DARI SEORANG SKEPTIS

Karena menganggap diri seorang ateis, maka saya mengawali perjalanan spiritual saya dengan cara yang tidak biasa.

Saya minta pertolongan Tuhan.

Saya pikir-pikir, apa ruginya? Jika saya ternyata benar dan Tuhan sedang tidak ada di surga, maka saya hanya akan kehilangan waktu selama tiga puluh detik. Jika ternyata saya salah dan Tuhan menjawab saya, maka saya akan mendapat untung besar. Maka, saat sendirian di dalam kamar; pada 20 Januari 1980, saya panjatkan doa demikian ini:

"Tuhan, aku bahkan tidak percaya Engkau ada di sana, tetapi jika memang benar Engkau ada, aku ingin menemukan-Mu. Aku benar-benar ingin mengenal kebenaran-Mu. Maka jika Engkau memang ada, mohon nyatakan diri-Mu padaku."

Apa yang tidak saya ketahui pada waktu itu yaitu, doa sederhana ini melontarkan saya selama hampir dua tahun ke dalam petualangan pencarian yang berakhir dengan sebuah revolusi dalam hidup saya.

Berbekal pelatihan bidang hukum yang pernah saya ikuti, yang memberi saya pengetahuan mengenai bukti, juga latar belakang jurnalistik, yang memberi saya keterampilan-keterampilan dalam mengejar-ngejar fakta, saya pun mulai membaca berbagai macam buku dan mewawancarai banyak ahli. Saya sangat dipengaruhi oleh Josh McDowell melalui buku-bukunya. "More Than a Carpenter"[1] dan "Evidence That Demands a Verdict"[2], telah membuka mata saya pada kemungkinan bahwa seseorang bisa memiliki iman yang dapat dipertahankan secara intelektual.

Tentu saja, saya juga membaca Alkitab. Namun, terlebih dahulu saya sisihkan jauh-jauh pemikiran bahwa Alkitab itu benar-benar adalah firman, yang adalah ilham dari Tuhan. Sebaliknya, pada saat itu saya memandang Alkitab dengan sudut pandang yang tak terbantahkan -- sebagai suatu kumpulan dokumen masa lampau yang merekam kejadian- kejadian yang memiliki nilai historis.

Saya juga membaca tulisan-tulisan religius lainnya, termasuk Kitab Mormon, sebab saya rasa penting untuk memeriksa alternatif keyakinan rohani yang berbeda. Sebagian besar keyakinan itu mudah dibuyarkan. Sebagai contoh, Mormonisme dengan cepat runtuh di tengah penelitian saya setelah saya menemukan beberapa ketidaksesuaian yang tidak dapat ditolerir antara kesaksian-kesaksian sang pendiri, Joseph Smith, dengan penemuan-penemuan arkeologi modern. Berbeda dengan kekristenan, yang semakin saya teliti, semakin membangkitkan ketertarikan saya.

Saya gambarkan proses ini seolah-olah saya sedang merangkai suatu "jigsaw" (teka-teki bergambar) raksasa dalam benak saya. Tiap kali menemukan bukti atau jawaban, itu seperti menemukan letak potongan jigsaw yang tepat pada posisi yang semestinya. Saya tidak tahu seperti apa jadinya gambar akhir dari rangkaian jigsaw tersebut -- itu adalah suatu misteri -- tetapi setiap fakta yang dapat saya ungkap mengarah pada satu langkah ke depan untuk makin dekat pada solusinya.

JAWABAN BAGI SEORANG ATEIS

Tak lama kemudian, saya menemukan bahwa orang Kristen telah melakukan suatu kesalahan taktis. Agama-agama lain percaya pada berbagai dewa atau tuhan yang tak berwujud, tidak kelihatan, dan pemahaman itu sulit untuk diubah. Tetapi orang Kristen mendasarkan agama mereka pada hal- hal yang katanya adalah ajaran dan mukjizat dari sesosok Pribadi yang mereka klaim atau akui sebagai Orang yang secara historis adalah nyata -- Yesus Kristus -- yang menurut mereka, adalah Tuhan.

Saya rasa ini merupakan suatu kekeliruan yang besar sebab jika Yesus benar-benar hidup, Ia pasti meninggalkan bukti-bukti historis. Saya pun berpikir bahwa yang perlu saya lakukan adalah berusaha memastikan kebenaran historis tentang Yesus dan mungkin saja saya akan menemukan bahwa Dia adalah Orang yang baik, mungkin sangat bermoral dan seorang Guru yang sempurna, tetapi yang pasti, sama sekali tidak menyerupai Tuhan.

Saya memulainya dengan menanyakan pada diri saya sendiri pertanyaan pertama dari seorang wartawan yang baik: "Ada berapa pasang mata di sana?" "Mata" adalah istilah lain untuk saksi. Setiap orang tahu betapa kuatnya kesaksian saksi mata dalam menetapkan kejujuran suatu peristiwa. Percayalah, saya sudah melihat banyak terdakwa yang digiring ke penjara oleh saksi mata.

Maka saya ingin mengetahui, "Ada berapa banyak saksi mata yang menjumpai orang bernama Yesus ini? Berapa banyak yang mendengar-Nya saat Dia memberikan pengajaran-pengajaran? Berapa banyak yang melihat- Nya melakukan mukjizat-mukjizat? Berapa banyak yang benar-benar telah melihat-Nya setelah Dia, yang katanya bangkit dari kematian?"

Saya terkejut saat menemukan bahwa tidak hanya satu saksi mata yang ada di sana; melainkan ada banyak, dan Perjanjian Baru dengan jelas menyebutkan beberapa orang dari mereka. Sebagai contoh, ada Matius, Petrus, Yohanes, dan Yakobus -- mereka semua adalah saksi mata. Markus, seorang sejarawan, yang menulis berdasarkan wawancara langsung dengan Petrus sendiri; Lukas, seorang dokter yang menulis riwayat hidup Yesus berdasarkan kesaksian para saksi mata; dan juga Paulus, yang hidupnya berubah 180 derajat setelah dia berkata bahwa dirinya telah bertemu dengan Kristus yang telah bangkit kembali.

Petrus dengan teguh meyakinkan bahwa dia dengan teliti telah mencatat informasi yang diperolehnya secara langsung. "Kami tidak mengarang kisah-kisah yang kami ciptakan dengan cerdik saat kami mengatakan kepada Anda mengenai kuasa dan kedatangan dari Tuhan kita Yesus Kristus," tulisnya, "tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran- Nya."[3]

Yohanes berkata, dia telah menuliskan tentang hal-hal "yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami."[4]

KESAKSIAN YANG DAPAT DIPERCAYA

Orang-orang ini tidak hanya menyaksikan secara langsung, tetapi McDowell dengan jelas menunjukkan, mereka telah berkhotbah tentang Yesus pada orang-orang yang hidup pada masa dan di daerah yang sama dengan Yesus sendiri. Hal ini sangat penting sebab jika para murid itu melebih-lebihkan atau hanya sekadar menulis ulang sejarah, maka para pendengar, yang terkadang memusuhi mereka, pasti akan mengetahui kebohongan itu dan menolak mereka. Tetapi sebaliknya, mereka dapat berbincang-bincang mengenai berbagai hal yang telah diketahui orang banyak dengan para pendengar tersebut.[5]

Sebagai contoh, tidak lama sesudah Yesus dibunuh, Petrus berkhotbah pada orang banyak di kota yang sama di mana penyaliban itu berlangsung. Banyak di antara mereka mungkin melihat Yesus dibunuh. Petrus memulainya dengan berkata: "Hai orang Israel, dengarlah perkataan ini: `Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.`"[6]

Dengan kata lain, "Ayolah, kalian semua -- kamu sudah mengetahui apa yang Yesus lakukan. Kamu sendiri telah melihat hal-hal ini!" Lalu dia mengungkapkan bahwa Raja Daud telah mati dan dikuburkan dan kuburannya masih ada sampai hari ini, "Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami adalah saksi."[7]

Yang menarik adalah reaksi para pendengar. Mereka tidak berkata, "Kami tidak tahu apa yang kamu bicarakan!" Sebaliknya, mereka panik dan ingin tahu apa yang harus mereka lakukan. Pada hari itu juga, sekitar tiga ribu orang meminta pengampunan dan banyak lainnya juga turut serta -- sepertinya itu karena mereka mengetahui bahwa Petrus telah mengatakan hal yang sebenarnya.[8]

Saya pun bertanya pada diri sendiri, "Apakah kekristenan dapat tumbuh berakar dengan cepat karena memang benar tidak dapat dibantah jika para murid itu berkeliling menyebarkan perkataan yang telah diketahui oleh para pendengar mereka bahwa hal-hal itu dilebih-lebihkan atau bahkan palsu?"

Potongan-potongan jigsaw mulai tertata tepat pada tempatnya.

Satu bukti lagi yang ditawarkan orang Kristen pada saya -- namun saya tidak memercayainya -- yakni para murid Yesus pasti percaya pada apa yang telah mereka khotbahkan tentang Dia karena sepuluh dari sebelas orang murid memilih mengalami kematian yang mengerikan daripada menarik kembali kesaksian mereka bahwa Yesus adalah Anak Allah yang telah bangkit dari kematian. Beberapa orang lainnya disiksa hingga mati melalui penyaliban.

Awalnya saya tidak menyadari hal menarik ini. Saya bisa menunjukkan semua kelemahannya melalui sejarah, yakni ada orang-orang yang rela mati karena membela keyakinan mereka. Tetapi para murid itu berbeda, kata McDowell. Orang akan rela mati demi kepercayaan mereka jika telah yakin dengan kebenaran kepercayaan itu, tetapi orang tidak akan mau mati untuk kepercayaan jika tahu bahwa kepercayaan itu palsu.

Dengan kata lain, keseluruhan iman Kristen bergantung pada apakah Yesus Kristus benar-benar bangkit dari kematian.[9] Tidak ada kebangkitan, berarti tidak ada kekristenan. Para murid berkata bahwa mereka melihat Yesus setelah Dia dibangkitkan dari kematian. Mereka mengetahui apakah mereka berbohong atau tidak; hal itu tidak mungkin merupakan halusinasi atau kekeliruan. Dan jika mereka memang berbohong, akankah mereka dengan sepenuh hati rela mati demi hal yang mereka ketahui adalah palsu?

Seperti yang diamati oleh McDowell, tidak ada orang yang dengan sadar dan dengan sepenuh hati rela mati demi suatu kepalsuan.[10]

Fakta tunggal itu sangat memengaruhi saya, terlebih lagi ketika saya mengetahui apa yang terjadi pada para murid setelah penyaliban. Sejarah menunjukkan bahwa mereka muncul dan dengan terus terang menyatakan bahwa Yesus mengatasi dunia kematian. Tiba-tiba, orang- orang yang dahulunya penakut ini dipenuhi dengan keberanian, bersedia berkhotbah hingga mati bahwa Yesus adalah Anak Allah.

Apa yang mengubah mereka? Saya tidak mendapatkan penjelasan yang lebih masuk akal lagi selain bahwa para murid itu telah memeroleh pengalaman yang mengubah hidup mereka bersama dengan Kristus yang telah dibangkitkan kembali.

SEORANG SKEPTIS ABAD PERTAMA

Penyelidikan saya terutama sampai pada diri seorang murid bernama Thomas, sebab dia sama skeptisnya seperti saya. Saya rasa dia pasti dapat menjadi seorang wartawan terkenal. Thomas berkata dia tidak akan percaya bahwa Yesus telah kembali hidup kecuali jika dia bisa secara pribadi memeriksa luka-luka di tangan dan kaki Yesus.

Menurut catatan dalam Perjanjian Baru, Yesus muncul dan memanggil Thomas untuk memeriksa bukti bagi dirinya agar percaya, dan Thomas melihat bahwa luka-luka itu benar. Saya terpesona saat mengetahui bagaimana Thomas menghabiskan sisa hidupnya. Menurut sejarah, dia mengakhiri hidupnya dengan tetap menyatakan -- hingga ditikam sampai mati di India -- bahwa Yesus adalah Anak Allah yang telah bangkit kembali dari kematian. Baginya, bukti telah meyakinkan dirinya dengan sangat jelas.

Selain itu, adalah penting untuk membaca apa yang Thomas katakan setelah dia menjadi puas oleh bukti bahwa Yesus telah mengalahkan kematian. Thomas menyatakan: "Tuhanku dan Allahku."[11]

Selanjutnya, Yesus tidak menanggapinya dengan berkata, "Stop! Tunggu sebentar, Thom. Jangan menyembah aku. Kamu hanya boleh menyembah Tuhan, dan ingat, aku hanyalah seorang guru besar dan Manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral." Sebaliknya, Yesus menerima penyembahan Thomas.

Dengan demikian, tidak perlu lagi mencari kesalahan dari konsepsi populer bahwa Yesus tidak pernah mengklaim atau mengaku bahwa Dia adalah Allah. Selama bertahun-tahun, orang-orang yang skeptis atau tidak percaya telah bercerita kepada saya bahwa Yesus tidak pernah menganggap diri-Nya lebih dari sekadar manusia biasa dan bahwa Dia marah di dalam kuburan-Nya jika Dia mengetahui bahwa orang-orang menyembah diri-Nya. Tetapi ketika saya membaca Alkitab, saya menemukan bahwa Yesus menyatakan berulang kali -- baik melalui perkataan maupun perbuatan -- siapa diri-Nya sebenarnya.

Riwayat hidup Kristus yang paling tua menggambarkan bagaimana Dia ditanyai secara langsung oleh imam besar selama proses pengadilan: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?"[12] Yesus tidak ragu- ragu. Dua kata pertama yang diucapkan-Nya adalah: "Akulah Dia."[13]

Imam besar tahu apa yang Yesus katakan, karena itu dia dengan marah menyatakan pada pengadilan, "Kamu sudah mendengar hujatan-Nya terhadap Allah"[14] Hujat apa? Bahwa Yesus telah mengaku diri-Nya adalah Allah! Ini, setelah saya pelajari, adalah kejahatan yang membuat-Nya dihukum mati.

Ketika saya menjadi semakin yakin terhadap para saksi mata dalam Perjanjian Baru, saya tetap teringat pada seorang skeptis lain yang berbicara kepada saya bertahun-tahun yang lalu. Mereka mengklaim bahwa Perjanjian Baru tidak bisa dipercayai karena buku itu ditulis seratus tahun atau bahkan lebih setelah masa kehidupan Yesus. Mereka berkata bahwa mitos-mitos tentang Yesus telah tumbuh subur selama masa itu dan telah menyimpangkan kebenarannya tanpa disadari.

Tetapi ketika saya menguji fakta-fakta dengan objektif, saya mendapati bahwa penemuan-penemuan arkeologis terbaru telah memaksa para ahli untuk memberikan pernyataan bahwa masa penulisan Perjanjian Baru lebih awal dari pernyataan sebelumnya.

Dr. William Albright, seorang profesor terkenal dari Universitas John Hopkins dan mantan Direktur American School of Oriental Research in Jerusalem, berkata bahwa ia yakin berbagai buku dari Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam masa lima puluh tahun setelah penyaliban dan sangat mungkin dalam dua puluh atau empat puluh lima tahun sesudah masa Yesus.[15] Ini berarti usia Perjanjian Baru sama tuanya dengan masa kehidupan para saksi mata, yang pasti akan memperdebatkan isinya jika penulisannya dibuat-buat.

Terlebih lagi, para ahli telah mempelajari mengenai waktu yang diperlukan bagi suatu legenda untuk berkembang pada masa lampau. Dan kesimpulan mereka yakni: Tidak ada waktu yang cukup, antara kematian Yesus dan penulisan Perjanjian Baru, bagi suatu legenda untuk dapat menyimpangkan kebenaran historis.[16]

Bahkan, saya kemudian mempelajari bahwa suatu pengakuan iman dari gereja mula-mula -- yang menyatakan bahwa Yesus mati untuk dosa-dosa kita, dan dibangkitkan kembali, serta muncul di hadapan banyak saksi - -telah ditelusuri ulang hingga tiga sampai delapan tahun setelah kematian Yesus. Pernyataan iman ini, yang dilaporkan oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15:3-7, ditulis berdasarkan kesaksian langsung dan merupakan suatu konfirmasi paling awal mengenai inti dari Injil.[17]

Sepotong demi sepotong, teka-teki jigsaw mental saya pun semakin menyatu.

KUASA NUBUATAN

Selanjutnya saya mengarah pada nubuatan-nubuatan Alkitab, wilayah di mana saya biasanya bersikap sangat sinis. Saya telah menulis banyak artikel selama bertahun-tahun mengenai ramalan-ramalan tentang masa depan -- salah satu dari kisah-kisah Tahun Baru yang menyibukkan semua reporter pemula -- dan saya mengetahui betapa sedikitnya ramalan- ramalan yang benar-benar terjadi. Sebagai contoh, setiap tahun orang- orang di Chicago tetap percaya bahwa tim Chicago Cubs pasti akan memenangkan kejuaraan dunia, dan hal itu belum pernah terjadi sepanjang hidup saya!

Meskipun demikian, semakin banyak saya menganalisa nubuatan-nubuatan dalam Perjanjian Lama, keyakinan saya menjadi semakin kuat bahwa nubuat-nubuat tersebut membentuk rangkaian bukti-bukti historis yang mengagumkan dalam mendukung klaim bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Allah.

Sebagai contoh, saya membaca Yesaya 53 di Perjanjian Lama dan menemukan hal yang sangat aneh mengenai gambaran bahwa Yesus disalibkan -- dan itu ditulis lebih dari tujuh ratus tahun sebelum penyaliban itu terjadi. Hal itu seperti upaya saya memprediksikan bahwa Cubs akan berhasil pada tahun tahun 2700-an! Semuanya, ada sekitar lima lusin nubuat utama mengenai sang Mesias, dan semakin dalam saya mempelajari nubuat-nubuat itu, makin banyak kesulitan yang saya temui untuk menjelaskannya.

Garis pertahanan pertama saya dalam menolak kekristenan adalah bahwa Yesus mungkin dengan sengaja telah mengatur riwayat hidup-Nya agar dapat menggenapi nubuatan-nubuatan tersebut sehingga Ia akan dikira Mesias yang telah lama ditunggu-tunggu kedatangan-Nya. Sebagai contoh, da1am Zakharia 9:9 diramalkan bahwa Mesias akan mengendarai seekor keledai memasuki kota Yerusalem. Mungkin ketika Yesus akan memasuki kota, Ia mengatakan pada para murid-Nya, "Pergi ambilkan Aku seekor keledai. Aku ingin mengelabuhi orang-orang di sini hingga berpikir Aku adalah Mesias karena Aku benar-benar ingin disiksa sampai mati!"

Tetapi argumentasi itu runtuh ketika saya membaca nubuat-nubuat tentang peristiwa-peristiwa yang tidak mungkin dapat diatur oleh Yesus, seperti tempat kelahiran-Nya, yang telah diramalkan oleh nabi Mikha tujuh ratus tahun sebelum Dia dilahirkan, juga silsilah keluarga-Nya, bagaimana kejadian kelahiran-Nya, bagaimana Ia dikhianati demi uang dalam jumlah tertentu, bagaimana Ia dibunuh, bagaimana tulang-tulang-Nya tetap utuh dan tidak ada yang dipatahkan (berbeda dengan kedua penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia), bagaimana para prajurit mengundi pakaian-Nya, dan seterusnya.[18]

Garis pertahanan saya yang kedua adalah bahwa Yesus bukan satu-satunya orang kepada siapa nubuat-nubuat itu ditujukan. Mungkin saja beberapa orang dalam sejarah cocok dengan ramalan-ramalan tersebut, tetapi karena Yesus memunyai lebih banyak agen hubungan masyarakat yang baik, dengan demikian Dia menjadi yang paling diingat oleh setiap orang.

Tetapi setelah membaca sebuah buku karya Petrus Stoner, seorang profesor ilmu alam di Westmont College yang telah pensiun, keraguan tersebut pun tersingkap. Stoner dengan enam ratus siswanya telah melakukan perhitungan secara matematis bahwa hingga saat ini peluang kemungkinan bagi setiap orang hanya dapat memenuhi delapan nubuat Perjanjian Lama.[19] Peluang kemungkinan dalam hal ini, yaitu satu peluang dengan kemampuan sebesar sepuluh per tujuh belas. Itu adalah sebuah nominal dengan tujuh belas angka nol di belakangnya!

Untuk berusaha memahami jumlah yang sangat besar itu, saya melakukan beberapa penghitungan. Saya membayangkan seluruh dunia ditutup oleh ubin lantai berwarna putih berukuran satu setengah inci persegi -- setiap permukaan tanah di bumi -- dan hanya satu ubin yang dasarnya berwarna merah.

Selanjutnya seseorang diizinkan untuk mengembara seumur hidup di tujuh benua. Ia hanya boleh membungkuk sekali untuk mengambil satu potong ubin. Apakah aneh jika ternyata satu ubin yang diambil itu dasarnya berwarna merah? Hal yang sama anehnya adalah hanya ada peluang sebanyak delapan nubuat Perjanjian Lama yang dapat dipenuhi oleh setiap orang sepanjang sejarah!

Hal itu cukup mengesankan, akan tetapi berikutnya Stoner menganalisa empat puluh delapan nubuatan. Dia menyimpulkan bahwa hanya akan ada satu peluang dengan kekuatan sebesar sepuluh per 157 yang akan terjadi pada diri setiap orang sepanjang sejarah.[20] Itu adalah sebuah nominal dengan 157 angka nol di belakangnya!

Saya telah melakukan suatu riset dan mempelajari bahwa atom itu begitu kecilnya hingga diperlukan satu juta atom dibariskan agar sama dengan lebar dari selembar rambut manusia. Saya juga mewawancarai para ilmuwan mengenai perkiraan mereka akan jumlah atom yang ada di seluruh alam semesta.

Dan sementara hasilnya adalah jumlah yang amat sangat besar, saya simpulkan bahwa keanehan empat puluh delapan nubuat Perjanjian Lama berpeluang terjadi pada diri individu mana pun adalah sama seperti seseorang yang memilih secara acak satu atom yang telah ditentukan lebih dahulu di antara semua atom di dalam jutaan triliun triliun triliun triliun galaksi seukuran galaksi kita!

Yesus berkata Dia datang untuk menggenapi nubuat-nubuat tersebut. Ia berkata, "Yakni bahwa harus digenapi semua yang tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab Nabi-nabi dan kitab Mazmur."[21] Saya pun mulai percaya bahwa semua nubuat itu digenapi -- hanya dalam Yesus Kristus.

Saya bertanya kepada diri saya sendiri, jika seseorang menawari saya suatu bisnis yang memiliki peluang rugi hanya sebesar sepuluh per 157, berapa banyak uang yang akan saya investasikan? Saya akan menaruh semua yang saya miliki untuk satu kesempatan -- pasti -- menang seperti itu! Dan saya pun mulai berpikir, "Dengan adanya semua keanehan tersebut, sepertinya saya perlu menginvestasikan hidup saya pada Kristus."

REALITAS DARI KEBANGKITAN

Karena merupakan hal yang sentral bagi kekristenan, saya pun menghabiskan cukup banyak waktu untuk meneliti bukti historis pada kebangkitan Yesus. Saya bukan orang skeptis pertama yang melakukannya. Ada banyak orang yang telah melakukan pengujian serupa dan kemudian menjadi orang Kristen.

Sebagai contoh, seorang wartawan sekaligus pengacara Inggris bernama Frank Morison yang ditugaskan untuk menulis buku yang menunjukkan bahwa kebangkitan adalah suatu mitos. Namun, setelah bersusah payah mempelajari bukti, dia menjadi seorang Kristen, dan berkata bahwa tidak ada keraguan bahwa kebangkitan memiliki "suatu dasar historis yang kuat dan mendalam"[22]. Buku tentang penyelidikan rohani yang akhirnya dia tulis, memberi saya suatu analisa seorang pengacara yang kritis mengenai kebangkitan.

Sudut pandang hukum lainnya datang dari Simon Greenleaf, seorang profesor cerdas yang mendapat penghargaan karena membantu Harvard Law School dalam meraih reputasi unggul bagi sekolah hukum tersebut. Greenleaf menulis salah satu dari risalah-risalah hukum Amerika terbaik yang pernah ditulis, dengan topik tentang apa yang mendasari pembuktian secara hukum.

Bahkan, Mahkamah Agung Amerika Serikat pun mengutip perkataannya. London Law Journal berkata bahwa Greenleaf mengetahui tentang hukum pembuktian jauh lebih banyak daripada "semua pengacara yang memenuhi pengadilan-pengadilan di Eropa".[23]

Greenleaf mengejek kebangkitan sampai seorang siswa menantangnya untuk membuktikannya sendiri. Secara metodis, dia menerapkan pengujian- pengujian secara hukum pembuktian dan menjadi yakin bahwa kebangkitan adalah suatu peristiwa historis yang nyata. Profesor berdarah Yahudi itu lalu menyerahkan hidupnya bagi Kristus.[24]

Secara ringkas, bukti dari kebangkitan adalah bahwa Yesus mati dibunuh dengan cara disalib dan ditikam dengan tombak; Ia telah dinyatakan mati oleh para ahli; Ia dibalut dengan kain kafan berisi tujuh puluh lima pon rempah-rempah; Ia dibaringkan di dalam sebuah gua makam; sebuah batu karang yang sangat besar digulingkan menutupi jalan masuk ke dalam makam itu (menurut satu catatan historis masa lampau, begitu besarnya batu itu hingga dua puluh orang pun tidak dapat memindahkannya); dan makam itu dijaga oleh para prajurit berdisiplin tinggi.

Lalu, tiga hari kemudian makam itu ditemui dalam keadaan kosong, dan para saksi mata mengaku hingga ajal mereka bahwa Yesus muncul di tengah-tengah mereka.

Siapa yang memunyai motif untuk mencuri tubuh Yesus? Para murid tidak akan menyembunyikannya hingga disiksa sampai mati karena berbohong mengenai hal itu. Para pemimpin Yahudi dan Romawi akan senang dan berpawai mempertontonkan tubuh Yesus menyusuri jalanan Yerusalem; sebab itu akan langsung mematikan kemashyuran agama baru yang mulai menanjak itu, yang telah sekian lama ingin mereka habisi.

Tetapi yang terjadi selanjutnya adalah selama empat puluh hari, Yesus muncul secara langsung sebanyak dua belas kali pada waktu yang berbeda-beda di hadapan lebih dari 515 orang -- menemui para skeptis seperti Thomas dan Yakobus, dan suatu waktu muncul di hadapan sekelompok orang, pada waktu lainnya menemui seseorang secara pribadi, suatu saat muncul di dalam rumah, di saat yang lain muncul di tempat terbuka pada siang hari. Ia berbincang-bincang dengan orang-orang dan bahkan makan bersama dengan mereka.

Beberapa tahun kemudian, ketika Rasul Paulus menyebutkan bahwa ada beberapa saksi mata kebangkitan Yesus, dia mencatat bahwa banyak di antara mereka masih hidup, seolah-olah ia tujukan kepada para skeptis abad pertama, "Pergi pastikan sendiri pada mereka jika kamu tidak percaya padaku."[25]

Bahkan, jika Anda mendatangi para saksi menanyai setiap orang yang benar-benar melihat Yesus yang dibangkitkan kembali, dan jika Anda melakukan uji silang terhadap tiap-tiap orang selama hanya lima belas menit, dan jika Anda lakukan hal ini siang dan malam selama 24 jam tanpa berhenti, Anda akan mendengarkan kesaksian para saksi langsung selama lebih dari lima hari yang melelahkan.

Dibandingkan dengan pengadilan-pengadilan yang saya liput, ini adalah banjir bukti. Lebih banyak lagi jigsaw yang terkunci tepat pada tempatnya.

MENGGALI KEBENARAN

Saya mengamati arkeologi dan ternyata bidang ini menegaskan catatan Alkitab dari waktu ke waktu. Terus terang, masih ada beberapa isu yang belum terungkap. Namun, seorang ahli arkeologi yang istimewa, Dr. Nelson Gleuck, berkata: "Dapat dikatakan dengan pasti bahwa tidak ada penemuan arkeologis yang berlawanan dengan referensi Alkitab. Bahkan, sejumlah penemuan arkeologis mengkonfirmasikan dengan sangat jelas atau sangat detail pernyataan-pernyataan historis yang ada dalam Alkitab."[26]

Saya sangat terpesona oleh kisah seorang arkeolog terbesar sepanjang sejarah, yakni Sir William Ramsay dari Universitas Oxford, Inggris. Dia adalah seorang ateis; bahkan, putra dari pasangan ateis. Dia menghabiskan dua puluh lima tahun untuk melakukan penggalian arkeologis demi membuktikan kesalahan Kitab Kisah Para Rasul, yang ditulis oleh Lukas, sejarawan yang juga menulis Injil dengan namanya {Injil Lukas).

Tetapi bukannya meragukan Kitab Lukas, penemuan-penemuan Ramsay justru mendukungnya. Akhirnya, ia menyimpulkan bahwa Lukas adalah salah satu sejarawan paling akurat yang pernah hidup. Dipacu oleh bukti-bukti arkeologis tersebut, Ramsay menjadi seorang Kristen.[27]

Saya pun berkata, "Baiklah, memang terbukti Perjanjian Baru dapat dipercaya berdasarkan fakta sejarah. Tetapi apakah ada bukti mengenai Yesus di luar Alkitab?"

Saya terkagum-kagum saat menemukan bahwa ada sekitar selusin penulis sejarah kuno non-Kristen yang mengutip catatan sejarah mengenai kehidupan Yesus, termasuk fakta bahwa Ia melakukan hal-hal yang ajaib, bahwa Ia dikenal sebagai seorang yang berbudi luhur, bahwa Ia disebut Mesias, bahwa Ia disalibkan, bahwa langit menjadi gelap saat Ia terpaku di kayu salib, bahwa para murid-Nya berkata Ia telah bangkit kembali dari dunia orang mati, dan bahwa mereka menyembah-Nya sebagai Tuhan.[28]

Sebenarnya, ini hanyalah suatu ringkasan singkat dari penyelidikan rohani saya, sebab saya telah menyelidiki secara mendalam terhadap lebih banyak detil dibanding dengan yang digambarkan di sini. Dan saya tidak menyarankan buku ini semata hanya sebagai latihan akademis murni. Ada banyak ungkapan emosi yang terlibat di dalamnya. Tetapi nampaknya, ke mana pun saya memandang, keandalan catatan Alkitab tentang kehidupan, kematian, serta kebangkitan Yesus Kristus tampak semakin nyata.

MEMECAHKAN TEKA-TEKI

Saya telah memilah-milah bukti selama satu tahun sembilan bulan hingga sepulang dari gereja pada Minggu, 8 November 1981. Saya sedang sendirian di dalam kamar tidur, dan saya berkesimpulan bahwa waktunya telah sampai pada suatu putusan.

Kekristenan belum mutlak terbukti. Jika itu memang terbukti, maka tidak akan ada ruang bagi iman. Tetapi jika memertimbangkan fakta- fakta yang ada, saya menarik kesimpulan bahwa bukti historis yang ada dengan jelas mendukung klaim-klaim tentang Kristus jauh melampaui setiap keraguan. Bahkan sebenarnya, berdasarkan pada apa yang telah saya pelajari, perlu lebih banyak iman agar tetap ateis daripada menjadi seorang Kristen!

Oleh karena itu, setelah saya meletakkan potongan terakhir dari jigsaw mental saya pada tempatnya, seolah-olah saya berhenti sejenak untuk melihat potongan gambar dari rangkaian potongan jigsaw yang secara sistematis telah saya satukan dalam benak saya selama hampir dua tahun.

Gambar itu adalah potret dari Yesus Kristus, Anak Allah.

Seperti halnya Thomas, seorang skeptis terdahulu, saya pun merespons hal ini dengan menyatakan: "Tuhanku dan Allahku!"

Setelah itu, saya menuju dapur, di mana Leslie sedang berdiri di samping Alison di depan bak pencucian. Putri kami berusia lima tahun pada saat itu, dan dengan berjinjit, untuk pertama kalinya ia hampir mampu menggapai kran dapur.

"Lihat, Ayah, lihat!" serunya. "Aku dapat meraihnya! Aku dapat meraihnya!"

"Ya Sayang, hebat sekali," kata saya sambil memeluk dirinya. Lalu saya berkata kepada Leslie, "Kamu tahu, seperti itulah yang kini kurasakan. Aku telah berusaha meraih seseorang dalam waktu yang lama, dan hari ini akhirnya aku mampu meraih-Nya."

Dia mengetahui apa yang sedang saya katakan. Dengan berlinangan air mata, kami berpelukan.

Dan selanjutnya, Leslie dan para sahabatnya berdoa bagi saya hampir setiap hari sepanjang perjalanan rohani saya. Sering kali, doa-doa Leslie terfokus pada ayat dari Perjanjian Lama ini:

"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari hatimu hati yang keras dan Kuberikan hati yang taat."[29]

Puji syukur kepada Tuhan, sebab Dia setia pada janji-Nya itu.

Catatan Kaki:

  1. Josh McDowell, "More Than a Carpenter" (Wheaton, Ill.: Living Books, 1977).
  2. Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict" (San Bernardino: Here`s Life, 1979).
  3. 2 Pet. 1:16
  4. 1 Yoh. 1:1
  5. Lihat Josh McDowell, "More Than a Carpenter", 51-53, untuk sebuah pembahasan akan topik ini.
  6. Kis. 2:22.
  7. Kis. 2:32
  8. Kis. 2:41
  9. 1 Kor. 15:14
  10. Poin ini dibahas oleh Josh McDowell dalam bukunya, "More Than Carpenter", 70-71.
  11. Yoh. 20:28
  12. Mar. 14:61
  13. Lihat Mar. 14:62
  14. Mar. 14:64
  15. Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict", 62-63.
  16. A. N. Sherwin-White, "Roman Society and Roman Lazy in the New Testament" (Grand Rapids, Mich.: Baker, 1978), 186-93.
  17. Lihat J. P. Moreland, "Scaling the Secular City" (Grand Rapids, Mich.: Baker, 1987), 150-51.
  18. Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict", 166.
  19. Peter W Stoner, "Science Speaks" (Chicago: Moody Press, 1969), 107.
  20. Ibid., 109.
  21. Luk. 24:44
  22. Frank Morison, "Who Moved the Stone?" (Grand Rapids, Mich.: Lamplighter, 1958. Reprint of 1938 edition. London: Faber & Faber, Ltd.), 193.
  23. Irwin H. Linton, "A Lawyer Examines the Bible" (Grand Rapids, Mich.: Baker, 1943), 36.
  24. Simon Greenleaf, "An Examination of the Testimony of the Four Evangelists by the Rules of Evidence Administered in the Courts of Justice" (Qersey City, NJ.: Frederick D. Linn & Co., 1881).
  25. Lihat 1 Kor. 15:6
  26. Henry M. Morris, "The Bible and Modern Science" (Chicago: Moody, 1968), 95.
  27. D. James Kennedy, "Why I Believe" (Dallas: Word, 1980), 33.
  28. Untuk ringkasan bukti dari Yesus di luar Alkitab, lihat Gary R. Habermas, "The Verdict History: Conclusive Evidence for the Life of Jesus" (Nashville: Nelson, 1988).
  29. Yeh. 36:26

Diambil dan diedit seperlunya dari:

Judul buku : Inside the Mind of Unchurched Harry and Mary
Judul artikel: Kejutan dari Seorang Skeptis
Penulis : Lee Strobel
Penerjemah : Jonathan Santoso
Penerbit : Majesty Books Publisher, Surabaya 2007
Halaman : 29 -- 42

Bagi Joel Osteen, Teologi Bukan Suatu Keharusan

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Tahukah Anda bahwa sekarang ini buku-buku tentang pengembangan diri adalah buku yang paling laris manis di pasaran? Para penerbit, termasuk para penulis tentunya dapat membaca dengan jeli kebutuhan pasar, yaitu kehausan akan apa yang dinamakan "penggembungan identitas diri".

Apakah orang-orang Kristen termasuk dalam pasar ini? Sayang sekali karena jawabannya adalah "ya". Banyak orang Kristen yang sangat giat mengikuti seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan seperti ini, karena penyelenggaranya adalah juga notabene orang Kristen. Bahkan banyak pembicara Kristen yang dengan sengaja menerjunkan diri dalam bisnis pengembangan diri ini. Apakah salah? Ya, apabila usaha-usaha ini didasari oleh:

  1. Rasa "kurang percaya diri pada Kristus", atau lebih buruk lagi "tidak percaya diri pada Kristus". Jadi, kehidupan Kristennya tidak dimulai dengan mati dan bangkit dalam Kristus, bahwa sesudah itu kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus, yang lama sudah berlalu dan yang baru sekarang adalah Kristus yang hidup di dalamku. Mengapa ini menjadi awal yang penting? Karena tanpa keselamatan di dalam Kristus, pengembangan diri hanyalah usaha untuk memperbaiki "manusia lama" kita. Orang yang demikian tidak akan pernah bisa percaya penuh pada Kristus, karena ia sebenarnya belum menerima anugerah keselamatan, di mana hanya Kristuslah yang dapat memberikannya.
  2. Rasa "kekurangan di dalam Kristus". Bahwa percaya pada Kristus harus ditunjang dengan usaha pribadi yang dapat memenuhi kehausan akan kenikmatan dan kefanaan duniawi. Hidup yang kelihatan dan yang sementara di dunia ini menjadi fokus utama yang diharapkan dapat memberi bukti bahwa Kristus ada di dalam kita. Karena itu, bagi orang-orang seperti ini, tanpa keberhasilan materi dan tanpa kesuksesan hidup duniawi, maka kehidupan Kristennya dirasa hanyalah omong kosong. Orang yang selalu merasa kekurangan di dalam Kristus adalah orang yang sebenarnya belum mengalami kekayaan anugerah keselamatan Kristus.

Salah satu contoh pembicara Kristen yang terkenal, bahkan ia adalah seorang pendeta yang sukses dalam bisnis memotivasi orang adalah Joel Osteen. Berangkat dari motivasi yang mulia, yaitu menolong orang lain agar berhasil dan mengalami hidup yang lebih baik, Joel Osteen lupa bahwa panggilan sebagai seorang Kristen bukanlah membawa dan menjadikan "manusia lama" kita menjadi lebih baik, tapi membawa "manusia lama" kita kepada Kristus untuk mati sehingga bisa dibangkitkan dan hidup sebagai "manusia baru" yang hidup dalam kepenuhan kekayaan anugerah-Nya. Silakan mengikuti laporan tanyangan wawancara dengan Joel Osteen di bawah ini.

Pimpinan Redaksi e-Reformed, Yulia Oeniyati < yulia(at)in-christ.net >

Penulis: 
Paul Edward
Edisi: 

095/I/2008

Tanggal: 

17-01-2008

Isi: 

Oleh: Paul Edward

"Saya berusaha membuat mereka lebih berhasil daripada sebelumnya," begitulah Joel Esteen mengungkapkan apa yang menjadi tujuan akhir organisasi pelayanan pengembangan diri miliknya yang bernilai jutaan dolar dalam sebuah tayangan TV berdurasi dua belas menit di program CBN "60 Minutes" yang berjudul "Joel Osteen Answers His Critics (Joel Osteen Menjawab Kritik-kritik yang Ditujukan Kepadanya)". Tapi jauh dari yang diharapkan, bukannya menjawab kritik, tayangan tersebut kemungkinan justru membuatnya semakin dihujani kritik.

Dalam tayangan pendek berdurasi dua belas menit itu, Osteen berhasil mengakui bahwa pelayanannya lebih kepada tentang menunjukkan daripada mengajarkan sesuatu yang berisi substansi, bahwa ia segan untuk berdoktrin dan berteologi, bahwa ia tidak bertalenta menjadi pengajar firman Tuhan, bahwa ia lebih memilih untuk memberi inspirasi dan motivasi daripada memenuhi mandat biblika yang diberikan kepada pendeta untuk menegur dan mengajar, dan bahwa apa yang dia ajarkan lebih dekat seperti Dr. Phil dan Oprah daripada Yesus atau Rasul Paulus. Dengan kata lain yang lebih terang-terangan, Joel Osteen, dari apa yang kita lihat, lebih cocok dikualifikasikan sebagai pembicara motivator, dan kurang berkualifikasi untuk dianggap sebagai gembala dan pendeta jemaat Tuhan.

Alkitab

Byron Pitts, reporter CBN News yang mewawancarai Osteen dalam tayangan itu, terus menekankan bagian di mana pengajaran Osteen telah melenceng dari Alkitab dan ortodoksi historis. Pada satu saat, Pitts membacakan sebuah potongan singkat dari buku Osteen yang baru saja dirilis, "Become a Better You", dan kemudian Pitts memberikan sanggahan, "Sama sekali tidak ada kata Allah dalam tulisan Anda. Sama sekali juga tidak disebutkan tentang Yesus Kristus." Dan Osteen pun menjawab, "Ada Alkitab di sana yang mendukung semua tulisan saya itu," sebuah jawaban yang kelihatannya tegas, tapi menunjukkan betapa bahayanya cara Osteen memperlakukan Kitab Suci selama ini.

Osteen tidak memahami bahwa kita tidak membawa kesimpulan tentang hidup dan kehidupan ke Alkitab dan mencari ayat-ayat Alkitab yang mendukung kesimpulan kita itu. Kita seharusnya mengawalinya dengan Alkitab, memelajari ayat-ayatnya dengan saksama, membiarkan Roh Kudus -- penulis ayat-ayat itu -- memberikan kepada kita kesimpulan-Nya mengenai hidup dan kehidupan. Alkitab bukanlah tulisan pendukung untuk prinsip-prinsip yang Anda impikan untuk menghasilkan "kehidupan yang terbaik" untuk saat ini.

Dengan enteng, Osteen mengakui bahwa ia tidak mampu memperlakukan Alkitab secara tepat, katanya kepada Pitts, "... ada banyak orang yang lebih memenuhi syarat untuk berkata, `Ini ada buku yang akan menjelaskan kepadamu tentang Alkitab.` Saya pikir itu bukanlah talentaku." Ia menghabiskan hari Rabu sampai Sabtu untuk belajar di rumah menyiapkan khotbah mingguannya. Orang bisa bayangkan bahwa ia dengan rajinnya memelajari Alkitab. Ternyata tidak juga. Ia berkata kepada Byron Pitts, "... aku memikirkannya dalam beberapa hari dan aku kembali ke sini memberi makan jemaat, dan melakukan yang terbaik, menginspirasi mereka dan memberikan cerita-cerita yang bagus, dan membuat mereka terus mendengarkanku ...."

Tidak ada di mana pun di Alkitab yang mengatakan bahwa pelayan Tuhan diperintahkan untuk "menjadi yang terbaik" dan "menginspirasi orang lain" dan "menceritakan kisah-kisah yang bagus" atau bahkan "membuat mereka terus mendengarkannya". Sebaliknya, firman Tuhan jelas mengatakan bahwa kita dari dalam diri kita tidak mampu untuk memproklamirkan firman Tuhan (2 Kor. 3:5,6); bukanlah tujuan kita untuk menginspirasi, tujuan kita adalah untuk "menegur, mengajar, dan mendorong"; dan kita mencapai tujuan itu tidak dengan "kisah-kisah yang bagus", namun dengan "segala kesabaran dan pengajaran" (2 Tim. 4:1-6).

Pengajaran atau doktrin bukanlah pusat perhatian Osteen. Osteen berkata kepada Pitts bahwa panggilannya bukanlah untuk membuat orang- orang terkesan dengan "kata-kata Yunani dan doktrin". Namun, ia memandang panggilannya sebagai membantu orang untuk "memiliki pikiran yang benar pada zaman ini". Sementara Osteen mungkin menganggap bahwa mengajar firman Tuhan bukanlah talentanya, namun bagaimanapun Tuhan menuntut para pemimpin gereja Tuhan untuk memiliki kemampuan mengajar firman-Nya (1 Tim. 3:2; 2 Tim. 2:24). Dalam hal ini, Osteen telah mendiskualifikasi diri sendiri.

Osteen mengukur kesuksesan pelayanannya bukan dari pertumbuhan spiritual jemaatnya, namun dari "ratusan orang yang berkata kepadanya, `Anda telah mengubahkan hidupku.`" Tragisnya, pesan yang seharusnya mengubah begitu banyak orang itu adalah kebohongan (placebo). Osteen menggambarkan substansi pesannya sebagai sesuatu yang mendorong orang- orang untuk "berpikir positif dalam situasi yang buruk, dan itu akan membantu Anda untuk terus memiliki harapan". Pitts menunjukkan pada Osteen bahwa ada banyak teolog yang menganggap apa yang dikatakannya itu berbahaya, yang kemudian dijawab Osteen, "Aku tidak tahu mengapa memberi orang harapan dianggap sebagai sesuatu hal yang berbahaya."

Harapan menjadi berbahaya jika harapan itu adalah harapan palsu. Memiliki sikap berpikir positif saat rumah sekeliling saya terbakar mungkin akan memberi saya harapan, namun satu-satunya hal yang dapat menyelamatkan saya adalah keluar dari rumah yang terbakar itu. Harapan memang dapat membuat orang bertahan, namun tak akan memberikan keselamatan. Osteen lebih menunjukkan pada orang bahwa harapan akan menyelamatkan mereka, bukan Yesus Kristus yang adalah satu-satunya Orang yang dapat membebaskan kita dari dosa (yang diistilahkan Osteen sebagai "situasi buruk"). Jaminan yang sejati di tengah tragedi hidup dan pencobaan tidak datang dengan percaya pada diri sendiri, melainkan dengan percaya pada Sosok yang membangkitkan Kristus dari kematian, dan menyadari bahwa kita telah dibangkitkan bersama Kristus melalui iman dalam karya Allah yang penuh kuasa, bahwa Allah telah menghapus dosa yang membelenggu kita dan memakukannya pada salib Anak-Nya yang tunggal (Kol. 2:8-15), yang membuat tak seorang pun mampu untuk menghukum dan memisahkan kita dari kasih Allah kepada kita melalui Kristus (Rm. 8:31-39). Dalam segala situasi buruk dalam hidup kita, kita lebih dari pemenang -- bukan karena kita melibas kesadaran kita dengan terus berpikir positif, namun karena Tuhan selalu membawa kita kepada kemenangan melalui pengorbanan-Nya yang sempurna bagi kita.

Semua pengajaran dan pelayanan Osteen yang salah itu berangkat dari fakta bahwa ia memandang teologi yang serius sebagai sesuatu yang tidak harus ada (optional). Jika kita tahu bahwa cara Joel Osteen mendekati dan menangani firman Tuhan adalah dengan cara yang tidak serius (casual), kita akan cukup tahu untuk menjauhkan diri dari pelayanannya, sebuah pelayanan yang mengaku menyiapkan orang untuk memiliki kehidupan yang terbaik, namun ternyata belum dapat melakukan apa-apa untuk menyiapkan mereka pada sebuah keabadian di luar kehidupan ini karena yang Osteen tahu hanyalah kehidupan di dunia ini saja. Ia belum meluangkan waktu untuk memahami Alkitab pada tingkat yang cukup dalam untuk menyadari bahwa "jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh harapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia". (t/Dian)

Catatan:

Paul Edward adalah seorang pendeta dan pemandu acara Paul Edward Program yang disiarkan setiap hari di WLQV di Detroit dan godandculture.com

Sumber: 

Diterjemahkan dari:
Nama situs : AM 1500 WLQV
Judul artikel: For Joel Osteen, Theology is Optional
Penulis : Paul Edward
Alamat URL : http://www.am1500wlqv.com/blogs/pedwards/11557377/

Komentar


Syndicate content