Kategori Utama

strict warning: Declaration of views_plugin_style_default::options() should be compatible with views_object::options() in /home/sabdaorg/public_sabda/reformed/sites/all/modules/views/plugins/views_plugin_style_default.inc on line 24.

Dear e-Reformed Netters,

Maafkan kami atas keterlambatan terbit yang sering terjadi akhir-akhir ini. Kami harap Anda dapat terus menikmati artikel-artikel yang kami kirimkan.

Artikel e-Reformed bulan September ini membahas seputar doktrin Predestinasi yang pasti sering kita dengar. Namun, dalam edisi ini, kita akan lebih berfokus pada konteks berteologi John Calvin ketika menggumuli doktrin ini. Sebagaimana yang kita tahu, doktrin ini menjadi perdebatan yang tidak pernah terselesaikan, terutama oleh kaum Calvinis dan Armenian. Hal ini terjadi karena banyak orang yang sesungguhnya tidak mengerti konteks ketika doktrin ini dicetuskan, dan menjadi salah kaprah ketika mengartikannya lepas dari konteks.

Oleh karena itu, artikel ini berusaha meluruskan kembali konteks pergumulan yang sebenarnya dialami oleh John Calvin ketika mencetuskan doktrin ini. Karena artikel yang asli relatif panjang untuk dimuat, redaksi berusaha memadatkan isi artikel ini sehingga dapat dimuat dalam 2 (dua) edisi September dan Oktober. Kiranya artikel ini dapat membukakan pengertian yang benar akan keagungan dan kekayaan Diri Allah yang tak terselami oleh pikiran manusia. Soli Deo Gloria!

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< teddy(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >

Dear e-Reformed Netters,

Edisi kali ini masih merupakan kelanjutan dari artikel edisi yang lalu, yaitu tentang prinsip menafsirkan Alkitab berkaitan dengan konteks budaya. Pada edisi ini akan dijelaskan pedoman-pedoman praktis yang akan membantu kita untuk mengatasi masalah-masalah di dalam penafsiran. Tidak perlu berlama-lama, mari kita simak kelanjutan artikel berikut ini.

Selamat membaca. Soli Deo Gloria!

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< teddy(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >

Dear e-Reformed Netters,

Alkitab dan budaya adalah seperti dua sisi keping mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Ketika melakukan studi Alkitab, sering kali kita masih sulit untuk membedakan mana yang termasuk prinsip dan mana yang sekadar latar belakang budaya ketika Alkitab ditulis. Salah satu kesalahan terbesar dari Kaum Liberal di dalam menafsirkan Alkitab adalah merelatifkan prinsip-prinsip firman Tuhan untuk dikontekstualisasikan ke dalam konteks budaya sehingga beberapa prinsip menjadi berubah makna, bahkan dianggap tidak relevan lagi di dalam konteks zaman sekarang.

Kali ini, saya memilih artikel "Budaya dan Alkitab" (dengan beberapa perubahan dan penyesuaian) yang dituliskan oleh R. C. Sproul dalam bukunya "Mengenali Alkitab". Melalui artikel yang dibagi dalam edisi ini dan edisi berikutnya, saya berharap kita dapat mengerti prinsip-prinsip eksegesis menafsirkan Alkitab dalam relevansinya dengan konteks budaya pada masa Alkitab ditulis dengan konteks budaya pada masa sekarang. Selamat menyimak dan merenungkan artikel ini.

Soli Deo Gloria!

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< teddy(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >

Dear e-Reformed Netters,

Setelah ujian sekolah berakhir, maka hasil belajar anak-anak akan dievaluasi melalui nilai rapor. Namun apakah yang dinamakan pendidikan hanya sebatas nilai rapor saja? Tentu tidak! Betapa sempitnya pandangan kita jika pendidikan anak hanya berfokus pada nilai dan prestasi tinggi yang dicapai di sekolah. Nilai dan prestasi bagus di sekolah tidak menjamin apakah seorang anak telah dididik dan dibesarkan dengan benar. Lalu apa yang dimaksud dengan pendidikan? Bagaimana mengukur keberhasilan pendidikan?

Saya sengaja memilih artikel di bawah ini karena saya berharap, para Pembaca, terutama orang tua, para guru, serta para pembimbing rohani mampu mengevaluasi diri apakah selama ini telah mendidik anak-anak kita dengan benar atau belum. Pergumulan di dalam membesarkan anak tentunya berbeda seiring dengan perkembangan zaman. Orang-orang kuno seringkali mendidik anaknya dengan keras bahkan tidak segan-segan menggunakan rotan untuk menghajar anaknya. Namun, pada zaman postmodern ini, tentunya kita tidak dapat lagi menerapkan kekerasan fisik dalam membesarkan anak. Meskipun cara mendidik anak dapat berubah sesuai zaman, tetapi kita harus berpegang pada sebuah prinsip pendidikan yang tidak akan berubah sepanjang zaman: yaitu anak harus dibesarkan dalam Tuhan. Semoga artikel yang saya kirimkan ini dapat membantu kita untuk mengerti prinsip-prinsip membesarkan anak dalam Tuhan dan kita semakin mampu menerapkan kasih, kelemahlembutan, keadilan, dan kebijaksanaan dalam mendidik anak-anak kita.

Selamat membaca dan merenungkan. Soli Deo Gloria!

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< teddy(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >

Dear e-Reformed Netters,

Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel yang kami kirimkan sebelumnya, yang berjudul "Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam". Jika Anda belum menerima artikel edisi sebelumnya, silakan kontak: Redaksi e-Reformed < reformed@sabda.org >.

Selamat menyimak.

Staf Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< http://reformed.sabda.org >

Komentar