Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Kategori UtamaDear e-Reformed Netters, Artikel di bawah ini sebenarnya saya siapkan untuk menyambut "Hari Reformasi Gereja", tanggal 31 Oktober 2002. Tapi karena satu dan lain hal artikel ini terlambat dikirim. Untuk itu saya mohon maaf sebesar-besarnya. Namun meskipun terlambat, saya kira tidak ada salahnya untuk tetap mengirim artikel ini. Ada dua judul artikel yang saya siapkan, adalah berupa biografi dari dua tokoh perintis Reformasi yaitu: John Wycliffe dan John Hus. Kedua tokoh ini dianggap memiliki jasa besar karena mereka telah memberikan sumbangsih yang sangat berarti bagi terbukanya jalan yang lebar untuk lahirnya gerakan Reformasi Gereja. Melalui kesaksian hidup yang penuh perjuangan dan tantangan dari kedua tokoh yang luar biasa ini kiranya kita dapat belajar bagaimana dapat memiliki hidup yang berprinsip pada kebenaran Firman Tuhan (Alkitab). Dengan takut akan Tuhan, mari kita teruskan perjuangan para perintis Reformasi gereja ini. Belated HARI REFORMASI GEREJA 2002! In Christ, Dear Reformed Netters, Howard F. Sugden dalam bukunya yang ditulis bersama-sama dengan Warren W. Wiersbe dan Paul R. Van Gorder, yang berjudul "Prioritas Seorang Pendeta" menuliskan: "Ketika tiba saatnya untuk membicarakan tugas-tugas pelayanan pendeta, saya menyarankan agar digunakan kata 'gembala' sebagai salah satu istilah untuk menggambarkan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh seorang hamba Tuhan dalam hubungan dengan jemaatnya (sebab istilah ini sesuai dengan Kitab Suci). Tetapi ada seseorang yang mengajukan sanggahan, 'Dewasa ini tidak seorang pun yang mengetahui apa gembala itu dan apa yang diperbuatnya dalam dunia kita sekarang ini.' Nampaknya ada pemikiran untuk memperbaharui anggaran dasar sekarang ini dan jangan kembali kepada jaman gembala dahulu. Saya hampir tak sabar untuk kembali ke ruang belajar, membuka konkordansi dan kamus 'Theological Dictionary of the New Testament' karangan Kittel untuk menyegarkan kembali hati saya dengan kata 'gembala' yang dipakai untuk menyebut Tuhan kita dan hamba-Nya sepanjang jaman. Saya menemukan bahwa kata 'gembala' atau 'domba' itu digunakan lebih dari empat puluh kali dalam kitab Perjanjian Baru, dan Kittel menjelaskan pokok itu sebanyak tujuh belas halaman. Tapi betul juga teman saya yang membuat sanggahan itu. Siapakah orang yang hidup pada jaman ini; jaman dimana ada kota-kota besar dan ramai, jalan-jalan lintas cepat, dengan berbagai transportasi modern serta banyak tempat rekreasi, yang masih tahu memikirkan tentang 'domba' dan 'gembala'?" Jika Anda adalah seorang "gembala" (pemimpin jemaat), ketika membaca kutipan di atas mungkin Anda merasa tersanjung mendapat sebutan sebagai seorang "gembala" karena Yesus sendiri menyebut diri sebagai "Gembala" dan tugas yang diemban oleh "gembala" sangatlah dihargai oleh Tuhan. Menjadi "gembala" merupakan panggilan yang mulia, melakukan tugas sebagai seorang "gembala" merupakan suatu "hak istimewa" yang tidak Tuhan berikan kepada setiap orang, tapi hanya kepada orang-orang tertentu saja. Tapi jika Anda seorang "domba" (jemaat), maka kutipan di atas membuat anda merasa tersanjung, karena bagi "domba" memiliki "gembala" artinya seperti mendapatkan "hak istimewa" untuk dilayani. Maka tidak heran jika Anda menginginkan seorang "gembala" yang selalu siap sedia melayani dan melindungi 'domba-domba-Nya, kalau perlu 24 jam. Anda akan jengkel kalau mendengar "gembala" yang mengeluh atau mengharapkan pujian dari apa yang dilakukannya, karena sebagai seorang "gembala" sudah sepantasnya kalau ia menderita dan berkorban bagi domba-domba- Nya. Melihat kontras dua pemikiran di atas, saya tertarik untuk mengutipkan beberapa surat-surat terbuka yang ditulis oleh 'domba-domba" yang ditujukan kepada "gembala-gembala"nya. Sangat menarik mengetahui apa yang dipikirkan oleh "domba-domba" tentang "gembala-gembala"nya. Namun sambil anda membaca kutipan surat-surat tsb., saya mengajak anda untuk merenungkan dan menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini:
Selamat merenungkan. Kiranya kiriman saya ini dapat menjadi berkat bagi ke dua belah pihak; "gembala" dan "domba". In Christ, Dear Reformed Netters, Howard F. Sugden dalam bukunya yang ditulis bersama-sama dengan Warren W. Wiersbe dan Paul R. Van Gorder, yang berjudul "Prioritas Seorang Pendeta" menuliskan: "Ketika tiba saatnya untuk membicarakan tugas-tugas pelayanan pendeta, saya menyarankan agar digunakan kata 'gembala' sebagai salah satu istilah untuk menggambarkan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh seorang hamba Tuhan dalam hubungan dengan jemaatnya (sebab istilah ini sesuai dengan Kitab Suci). Tetapi ada seseorang yang mengajukan sanggahan, 'Dewasa ini tidak seorang pun yang mengetahui apa gembala itu dan apa yang diperbuatnya dalam dunia kita sekarang ini.' Nampaknya ada pemikiran untuk memperbaharui anggaran dasar sekarang ini dan jangan kembali kepada jaman gembala dahulu. Saya hampir tak sabar untuk kembali ke ruang belajar, membuka konkordansi dan kamus 'Theological Dictionary of the New Testament' karangan Kittel untuk menyegarkan kembali hati saya dengan kata 'gembala' yang dipakai untuk menyebut Tuhan kita dan hamba-Nya sepanjang jaman. Saya menemukan bahwa kata 'gembala' atau 'domba' itu digunakan lebih dari empat puluh kali dalam kitab Perjanjian Baru, dan Kittel menjelaskan pokok itu sebanyak tujuh belas halaman. Tapi betul juga teman saya yang membuat sanggahan itu. Siapakah orang yang hidup pada jaman ini; jaman dimana ada kota-kota besar dan ramai, jalan-jalan lintas cepat, dengan berbagai transportasi modern serta banyak tempat rekreasi, yang masih tahu memikirkan tentang 'domba' dan 'gembala'?" Jika Anda adalah seorang "gembala" (pemimpin jemaat), ketika membaca kutipan di atas mungkin Anda merasa tersanjung mendapat sebutan sebagai seorang "gembala" karena Yesus sendiri menyebut diri sebagai "Gembala" dan tugas yang diemban oleh "gembala" sangatlah dihargai oleh Tuhan. Menjadi "gembala" merupakan panggilan yang mulia, melakukan tugas sebagai seorang "gembala" merupakan suatu "hak istimewa" yang tidak Tuhan berikan kepada setiap orang, tapi hanya kepada orang-orang tertentu saja. Tapi jika Anda seorang "domba" (jemaat), maka kutipan di atas membuat Anda merasa tersanjung, karena bagi "domba" memiliki "gembala" artinya seperti mendapatkan "hak istimewa" untuk dilayani. Maka tidak heran jika Anda menginginkan seorang "gembala" yang selalu siap sedia melayani dan melindungi 'domba-domba-Nya, kalau perlu 24 jam. Anda akan jengkel kalau mendengar "gembala" yang mengeluh atau mengharapkan pujian dari apa yang dilakukannya, karena sebagai seorang "gembala" sudah sepantasnya kalau ia menderita dan berkorban bagi domba-domba- Nya. Melihat kontras dua pemikiran di atas, saya tertarik untuk mengutipkan beberapa surat-surat terbuka yang ditulis oleh 'domba-domba" yang ditujukan kepada "gembala-gembala"nya. Sangat menarik mengetahui apa yang dipikirkan oleh "domba-domba" tentang "gembala-gembala"nya. Namun sambil Anda membaca kutipan surat-surat tsb., saya mengajak Anda untuk merenungkan dan menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini:
Selamat merenungkan. Kiranya kiriman saya ini dapat menjadi berkat bagi ke dua belah pihak; "gembala" dan "domba". In Christ, Dear e-Reformed netters, Kiriman artikel bulan Juli ini diambil dari Majalah Veritas (Vol. 3, Nomor 1 - April 2002). Judul dan isi artikel ini saya yakin sangat menarik dan penting, yaitu "Doktrin Sola Scriptura", yang ditulis oleh Sdr. Yohanes Adrie Hartopo. Artikel sebelumnya telah disampaikan dalam Retreat Pembinaan Doktrinal yang diselenggarakan oleh Seminari Alkitab Asia Tenggara dalam rangka Hari Reformasi ke-484, di Hotel Kusuma Agrowisata, Batu, pada 29-31 Oktober 2001. Selamat membaca. In Christ, Komentar |
Kunjungi Situs Natalhttps://natal.sabda.org Publikasi e-Reformed |