Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI John Wycliffe dan John Hus
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Artikel di bawah ini sebenarnya saya siapkan untuk menyambut "Hari Reformasi Gereja", tanggal 31 Oktober 2002. Tapi karena satu dan lain hal artikel ini terlambat dikirim. Untuk itu saya mohon maaf sebesar-besarnya. Namun meskipun terlambat, saya kira tidak ada salahnya untuk tetap mengirim artikel ini. Ada dua judul artikel yang saya siapkan, adalah berupa biografi dari dua tokoh perintis Reformasi yaitu: John Wycliffe dan John Hus. Kedua tokoh ini dianggap memiliki jasa besar karena mereka telah memberikan sumbangsih yang sangat berarti bagi terbukanya jalan yang lebar untuk lahirnya gerakan Reformasi Gereja. Melalui kesaksian hidup yang penuh perjuangan dan tantangan dari kedua tokoh yang luar biasa ini kiranya kita dapat belajar bagaimana dapat memiliki hidup yang berprinsip pada kebenaran Firman Tuhan (Alkitab). Dengan takut akan Tuhan, mari kita teruskan perjuangan para perintis Reformasi gereja ini. Belated HARI REFORMASI GEREJA 2002! In Christ,
Edisi:
034/XI/2002
Isi:
John WycliffeJohn Wycliffe dilahirkan di Yorkshire pada tahun 1325. Studi teologianya ditempuh di Universitas Oxford dan memperoleh gelar doktor teologia di sana pada tahun 1372. Wycliffe dikenal sebagai seorang mahasiswa yang sangat cerdas. Banyak kalangan sangat menghormatinya sebagai orang yang bijaksana dan berpendidikan. Reputasi Universitas Oxford ikut terangkat karena keberadaan Wycliffe sebagai pengajar di universitas ini, yang telah dimulainya sejak tahun 1361. Hampir sebagian besar hidup Wycliffe akhirnya ia habiskan untuk mengabdi di sekolah ini. Kehidupan Wycliffe pada dasarnya penuh dengan kontroversi. Ia mempunyai kebiasaan berbahaya yaitu mengatakan apa saja yang dipikirkannya. Jika apa yang dipelajarinya membuatnya mempertanyakan tentang ajaran Katolik resmi, maka ia langsung akan menyuarakannya. Namun, hal yang membuat gereja mulai bermusuhan dengan Wycliffe adalah ketika ia mempertanyakan tentang hak Gereja atas kuasa duniawi dan kekayaan gereja. Paus telah menuntut bahwa hak milik gereja-gereja di Inggris adalah milik Paus. Wycliffe sangat tidak menyetujui tuntutan seperti itu. Menurutnya harta milik gereja adalah milik negara. Persoalan inilah yang mendorong Wycliffe mulai menyelidiki prinsip dasar kepemilikan dalam Alkitab. Ia menarik kesimpulan bahwa gereja seharusnya tidak memiliki harta duniawi. Gereja harus menjadi miskin dan sederhana seperti gereja pada masa Perjanjian Baru. Dalam hal ini Paus dikritik secara tajam oleh Wycliffe. Menurutnya, Paus dan konsili seharusnya berada di bawah hukum Allah karena Kristuslah Kepala Gereja. Oleh karena Kristus tidak pernah menahbiskan Paus, maka Paus tidak mempunyai kekuasaan dari Kristus. Bahkan sampai puncaknya, Wycliffe menyebut Paus sebagai Si Anti-Kristus. Selain itu, Wycliffe juga mempertanyakan tentang penjualan kartu-kartu pengampunan dosa dan jabatan-jabatan gerejawi, penyembahan kepada para santo dan religi yang berbau takhayul. Ia mempertanyakan juga pandangan resmi tentang Ekaristi (doktrin transubstansiasi) yang dikeluarkan oleh Konsili Lateran Keempat. Untuk pandangan-pandangannya inilah Wycliffe sering harus berhadapan dengan para uskup dan konsili-konsili untuk disidang. Namun, Inggris pada dasarnya penuh sentimen terhadap Gereja Roma, khususnya pada tahun- tahun 1300-an. Para pangeran -- dan banyak orang awam yang memegang kepemimpinan yang sangat kuat di Inggris.-- menyesalkan cara Gereja merampas kekuasaan dan harta rakyat. Dalam hal inilah Wycliffe mendapat dukungan dari John Gaunt (Pangeran Lancaster). Dengan memanfaatkan kecerdasan Wycliffe, John Gaunt sering memakai ide-ide dan kepopuleran Wycliffe untuk berargumentasi dengan Gereja. Sebagai imbalannya, Pangeran John Gaunt memberi Wycliffe semacam perlindungan. Pada tahun 1377, Wycliffe akhirnya diajukan ke persidangan dan diminta menghadap uskup London untuk mempertanggungjawabkan pandangan dan ajaran-ajaran sesat yang dituduhkan kepadanya. Namun, persidangan terpaksa dihentikan, sebelum Wycliffe sempat mengeluarkan sepatah kata pun, karena ternyata John Gaunt dan pemimpin persidangan beradu pendapat tentang bagaimana persidangan dijalankan, tentang apakah Wycliffe harus duduk atau berdiri. Namun sejak itu Paus mengutuk pandangan dan ajaran Wycliffe. Tulisan- tulisan Wycliffe mulai dilarang beredar. Selama kritik Wycliffe adalah seputar kebusukan-kebusukan Paus dan tentang penyelewengan terhadap pengambilalihan hak milik gereja, maka Wycliffe merupakan pahlawan yang populer. Paus sangat geram terhadap Wycliffe dan memerintahkannya untuk berhenti berkotbah, bahkan meminta universitas Oxford untuk memecatnya, tetapi tidak berhasil karena Wycliffe mendapat perlindungan dari John Gaunt. Oxford justru mendukung Wycliffe. Dewan doktor di Oxford menyatakan bahwa tidak satupun tuduhan itu dapat membuktikan bahwa ajaran Wycliffe salah. Buku yang berjudul Protes akhirnya ditulis Wycliffe, sebagai pembelaan terhadap ajaran-ajarannya. Namun, ketika Wycliffe mulai menyerang gereja dalam hal doktrin transubstansiasi, ia mulai kehilangan banyak pendukung. Hal lain yang terjadi yang akhirnya menyakitkan Wycliffe adalah Skisma Besar yang menyebabkan Inggris menjalin persekutuan dengan Roma dan Pemberontakan Petani (1381) yang dianggap merupakan hasil dari pengajarannya yang sesat. Akibatnya, tulisan-tulisannya dilarang, bahkan diperintahkan untuk dibakar. Wycliffe sendiri akhirnya kehilangan kedudukannya di Oxford dan dilarang berkhotbah. Para pengikutnya juga diusir dari Oxford. Akibat pengusirannya ini, Wycliffe justru memanfaatkan waktunya untuk menerjemahkan Alkitab. Menurut Wycliffe, setiap orang harus diberi keleluasaan membaca Kitab Suci dalam bahasanya sendiri. "Oleh karena Alkitab berisikan Kristus yang diperlukan untuk mendapatkan keselamatan, maka Alkitab sangat diperlukan bagi semua orang, bukan hanya bagi para imam saja," tulisnya. Maka meskipun Gereja tidak setuju, ia bekerjasama dengan sarjana lain untuk menerjemahkan Alkitab bahasa Inggris pertama yang lengkap. Menggunakan salinan tulisan tangan Vulgata (Alkitab terjemahan bahasa Latin), Wycliffe berusaha keras membuat Kitab Suci agar dapat dimengerti oleh orang- orang sebangsanya. Edisi pertama diterbitkan. Penerbitan kedua mengalami perbaikkan tetapi baru selesai dikerjakan setelah Wycliffe meninggal. Edisi itu dikenal sebagai "Alkitab Wycliffe", dan dibagi-bagikan secara ilegal oleh para Lollard (skolar dari Oxford). Karena kelemahan badan yang menyerangnya, Wycliffe akhirnya tinggal di Lutterworth dan menghabiskan waktunya di sana untuk menulis. Begitu produktifnya Wycliffe dalam menulis sampai membuat para musuhnya kagum. Pada tanggal 31 Desember 1384, Wycliffe meninggal karena serangan stroke. Tiga puluh satu tahun setelah Wycliffe dikuburkan, Konsili Konstanz mengucilkan dan menghukum dia. Pada tahun 1428 kuburannya digali dan tulang-tulangnya dibakar, abunya disebarkan di sungai Swift. Pengaruh ajaran Wycliffe sangat kuat, khususnya keyakinannya yang sangat dalam terhadap otoritas Alkitab sehingga memberi inspirasi yang luar biasa bagi munculnya gerakan Reformasi di kemudian hari. Itu sebabnya sangat pantas jika John Wycliffe mendapat julukan "Si Bintang Fajar Reformasi", karena melalui semangatnya Reformasi mulai muncul seperti munculnya fajar di pagi hari. Pada dasarnya Wycliffe berusaha untuk tetap bertahan di Gereja Roma, tetapi Gereja tidak lagi menghendakinya. Sesudah Wycliffe, para pengikutnya juga ditindak di Inggris, namun pandangan-pandangannya mulai tersebar dengan cepat ke Eropa. Diantara para pengikut Wycliffe muncul seorang murid Kristus yang setia dan mengikuti jejaknya, yaitu John Hus. John HusJohn Hus dilahirkan di kota Husinetz, wilayah Bohemia Selatan, dari sebuah keluarga petani. Pendidikan dasar dan menengahnya ditempuh di Husinetz, tetapi kemudian melanjutkan studi teologinya ke Universitas Charles, di Praha, yang diselesaikannya tahun 1396. Di antara teman-teman sebayanya, John Hus dikenal sebagai seorang mahasiswa yang pandai. Kesukaannya membaca melebihi teman-temannya. Hampir semua macam buku dibacanya, baik itu buku-buku teologia yang diakui resmi oleh gereja maupun yang dianggap sesat oleh gereja, seperti halnya buku karangan para pembaharu gereja Bohemia, Milic, Yanov, dan buku-buku John Wycliffe, sang reformator Inggris. John Hus adalah seorang yang sangat ramah dan bersahabat dengan orang- orang di sekitarnya. Selain diakui sebagai seorang yang saleh, ia juga dianggap sebagai seorang yang mempunyai tingkah laku yang sangat terpuji. Pada tahun 1401, ia ditahbiskan menjadi imam dan tahun 1402 diangkat menjadi rektor Universitas di Praha. Di kampus inilah John Hus menghabiskan sebagian besar waktunya. Namun, di samping tugasnya sebagai rektor, ia juga menjadi pengkhotbah rutin di Kapel Betlehem, sebuah kapel yang sangat berpengaruh, yang letaknya tidak jauh dari universitas itu. Di Kapel ini, Hus berkotbah dua kali sehari. Kapel Bethlehem banyak dihiasi dengan lukisan-lukisan gambar Kristus dan Paus, tetapi dengan prilaku yang justru sangat berlawanan. Di satu sisi adalah gambar Kristus yang sedang berjalan tanpa alas kaki, di sisi lain gambar Paus yang sedang menunggang kuda. Di satu sisi gambar Yesus yang sedang membasuh kaki murid-murid-Nya, di sisi lain gambar Paus yang sedang diciumi kakinya. Hus sangat geram dengan sifat keduniawian para rohaniwan gereja saat itu, termasuk Paus. Pada kesempatan berkhotbah inilah ia terus menerus mengajarkan tentang kesucian pribadi dan kemurnian hidup. Namun, tak jarang ia gunakan kesempatan kotbahnya untuk mengkritik kehidupan gereja, khususnya para klerus, uskup dan juga kepausan. Dari semua kotbahnya sangat jelas terlihat bahwa ajaran tentang otoritas Alkitab adalah penekanan utamanya. Di antara buku dan tulisan para reformator gereja pada abad pertengahan, Hus paling tertarik pada pandangan-pandangan Wycliffe. Meskipun John Wycliffe ada di Inggris, tetapi pengaruh tulisannya tersebar sampai ke Bohemia, bahkan sampai ke istana, khususnya ke saudara perempuan raja Bohemia, Anne, yang menikah dengan Raja Richard II dari Inggris. Hus lah yang menjadi penyebar utama ajaran-ajaran Wycliffe di Bohemia. Ajaran-ajaran Wycliffe dikuliahkannya kepada mahasiswanya, bahkan karangan Wycliffe "Trialogus" diterjemahkannya ke dalam bahasa Cekoslowakia. Banyak orang tertarik dengan ajaran yang baru itu sehingga Hus menjadi sangat terkenal, bahkan sampai ke kalangan aristokrat, termasuk sang ratu. Ketika pengaruh Hus di universitas semakin besar, maka semakin populerlah tulisan-tulisan Wycliffe. Namun, dari pihak gereja, hal ini dipandang sebagai malapetaka. Uskup Agung Praha menolak ajaran Hus dan mulai memerintahkan Hus untuk berhenti berkhotbah. Namun, Hus menolak perintah tsb. Paus Innocentius VII (salah satu dari tiga Paus hasil Skisma Besar) memerintahkan Uskup Agung Bohemia untuk mengambil tindakan-tindakan perlawanan terhadap ajaran Wycliffe yang sudah dinyatakan sesat pada tahun 1407. Universitas secara khusus diperintahkan untuk membakar semua tulisan-tulisan Wycliffe. Paus John XXIII akhirnya menempatkan Praha di bawah "interdict" -- suatu tindakan untuk mengucilkan seluruh kota itu, sehingga tidak ada seorang pun di kota itu yang dapat menerima sakramen gereja. Demi jemaat, akhirnya Hus bersedia meninggalkan kota Praha. Namun, Hus mempunyai cukup banyak pendukung. Tantangan- tantangan yang dihadapi Hus justru membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Bohemia, termasuk Raja Bohemia. Di luar kota Praha Hus terus melanjutkan perjuangannya dengan mengembangkan perlawanan terhadap gaya hidup yang amoral dari kaum rohaniwan, termasuk Paus, bahkan menegaskan bahwa hanya Kristuslah Kepala Gereja, bukan Paus. Dalam bukunya yang berjudul "On the Church", Hus mencela otoritas kaum rohaniwan, tapi menekankan bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Menurut Hus, jika doktrin gereja bertentangan dengan ajaran Alkitab, ajaran Alkitablah yang harus dijunjung tinggi. Pengajaran Hus tentang otoritas Alkitab inilah yang sangat menonjol, bahwa Alkitab adalah satu-satunya yang memiliki kewibawaan yang tertinggi dalam gereja. Kristus adalah Kepala yang memerintah gereja, bukan Paus. Semua ajaran gereja yang bertentangan dengan Alkitab ditolak oleh Hus, seperti penjualan surat penghapusan dosa, kehidupan mewah dan amoral dari para pejabat gereja, termasuk Paus, dan mendesak agar roti dan anggur dalam perjamuan juga harus diberikan kepada semua anggota jemaat. Menyadari sangat berbahayanya ajaran-ajaran Wycliffe yang dipopulerkan oleh Hus, bagi Gereja Katolik Roma saat itu, maka Paus Gregorius memperingatkan Uskup Agung agar melakukan tindakan yang tegas terhadap Hus dan tulisan Wycliffe. Oleh karena itu, pada bulan Juni 1408, diadakan sidang sinode yang memutuskan untuk membrendel semua tulisan Wycliffe dan meminta Hus untuk tidak lagi mengajarkannya. Akibat dari keputusan tersebut Hus mengadakan perlawanan terhadap Uskup Agung. Hal yang tidak dapat dielakkan adalah terjadinya pergolakan dalam Universitas Praha karena ada sebagian orang yang mendukung Hus tapi ada juga yang melawan. Namun demikian, Hus bertekad untuk menegakkan pengajaran yang ia yakini berdasarkan pada Alkitab. Selama hampir dua tahun ia mencoba mengadakan pembelaan lewat tulisan-tulisan dan khotbah-khotbahnya, sampai akhirnya Paus John XXIII menggunakan kekuasaannya untuk mengucilkan Hus dan para pendukungnya dari gereja. Raja Romawi, Sigismund sebenarnya menaruh simpati terhadap Hus. Itu sebabnya ia menawarkan bantuannya untuk menyelesaikan pertikaian Hus dengan Paus. Didesaknya John Hus untuk mau menghadiri konsili yang akan diadakan oleh Paus pada thun 1414. Pada pikirnya konsili yang akan membahas tentang tindakan-tindakan pembaharuan dalam gereja akan dapat mengakomodasi ide-ide Hus. Karena tempat diadakannya konsili adalah di Contanz, maka jika Hus bersedia menghadirinya, Sigismund menjanjikan keselamatan diri Hus, bahkan jika hasil konsili tidak menguntungkan Hus. Itikat baik Raja Sigismund diterima dengan baik oleh Hus, sehingga ia setuju untuk menghadiri konsili dengan tujuan agar ia dapat mempertanggungjawabkan pandangan-pandangan teologinya yang dituduh menyesatkan jemaat. Namun, malapetaka menimpa diri Hus, setibanya di Contanz, John Hus ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Kesempatan untuk pembelaan diri dalam konsili ternyata tidak pernah diberikan, sebaliknya Hus dihadapkan ke beberapa kali persidangan dengan tuduhan-tuduhan yang sangat memojokkannya. Konsili akhirnya memutuskan untuk meminta Hus menarik kembali ajaran-ajarannya yang dianggap sesat, tetapi Hus menolak dengan tegas dan menuntut untuk suatu persidangan yang adil. Hus bersedia mengaku bersalah hanya jika konsili berhasil menunjukkan dari Alkitab bahwa ajarannya telah menyimpang. Untuk hal ini Hus tidak pernah mendapatkan jawaban dari sidang konsili. Selama delapan bulan masa persidangan yang silih berganti Hus dipaksa harus meringkuk di dalam penjara dan diperlakukan dengan tidak layak. Sekali dua kali Raja Sigismund berusaha untuk membujuk anggota sidang konsili agar mereka mendengarkan pembelaan Hus. Namun, konsili menolak bahkan mengancam untuk mengucilkan Raja dari gereja jika ia terus mendesak konsili. Ancaman ini membuat Raja tidak berkutik untuk membela Hus, sehingga janji perlindungan Raja terhadap keselamatan Hus pun terpaksa harus dibatalkan dengan alasan bahwa janji terhadap penyesat tidak perlu ditepati. Keadaan penjara dan masa persidangan yang panjang membuat kondisi fisik Hus menurun dengan drastis. Namun, di tengah kelemahan tubuh karena kurang tidur dan penyakit yang menyerangnya, serta desakan Raja agar Hus menyerah, Hus tetap menyatakan tidak bersalah, bahkan ia terus menuntut haknya untuk memberikan pembelaan diri atas tuduhan-tuduhan yang diberikan kepadanya. Pada sidang konsili ia berseru: "Meskipun ditawarkan sebuah kapel yang penuh dengan emas, saya tidak akan mundur dari kebenaran." Selama dalam penjara John Hus masih sempat menulis banyak surat kepada sahabat- sahabatnya di Bohemia. Surat-suratnya penuh memuat petunjuk- petunjuk bagi para pengikutnya, bahkan untuk beberapa tahun lamanya surat-surat itu menunjukkan wibawa yang besar. Pada tanggal 6 Juli 1415, sidang konsili di hadapan jemaat membacakan tiga puluh tuduhan yang diberikan kepada ajaran Hus, yang mana tidak satu pun dari tuduhan itu betul. Gereja akhirnya memutuskan dengan resmi menyatakan bahwa Hus adalah pengajar sesat, jabatannya sebagai imam dicopot dan ia diserahkan kepada pihak otoritas sekuler untuk segera dihukum mati pada hari itu juga. Dalam perjalanan menuju tempat eksekusi, Hus melewati halaman sebuah gereja di mana sedang berkobar sebuah api unggun yang dibuat dari buku-bukunya. Hus masih sempat berseru kepada orang-orang yang berkumpul di jalan agar tidak mempercayai kebohongan yang beredar tentang dia dan ajarannya. Pada saat Hus siap dibakar mati di atas tiang pancang, yaitu hukuman paling keji yang pantas dijatuhkan bagi pengajar sesat zaman itu, pejabat pemerintah yang bertugas melaksanakan hukuman mati masih berharap agar Hus menarik kembali ajaran-ajarannya, tetapi Hus berkata: "Allah adalah saksi saya. Bukti yang mereka kemukakan salah. Saya tidak pernah mengajar atau berkotbah kecuali untuk maksud memenangkan manusia, jika mungkin, dari dosa mereka. Hari ini saya siap mati dengan gembira." Walaupun John Hus telah mati dibakar hidup-hidup, tetapi pengajarannya masih terus dikumandangkan oleh para pengikutnya yang setia. Mereka menamakan diri Kaum Hussit. Selama beberapa waktu, pengikut kelompok ini dikejar-kejar dan dihambat dengan sangat kejam. Namun, pemerintah Bohemia dan Gereja Katolik Roma tidak mampu membendung semangat mereka. Setelah melewati perang Hussit yang panjang akhirnya Gereja Hussit diakui keberadaannya di Bohemia di samping Gereja Katolik Roma. Abu jasad John Hus telah hanyut di sungai, tetapi semangat Hus untuk menegakkan pengajaran Alkitab yang murni tidak pernah dihanyutkan oleh zaman dan waktu. Pengaruh dari semangat dan kegigihan John Hus untuk membela kebenaran Alkitab telah membuka jalan bagi pencerahan rohani yang memuncak pada terjadinya Reformasi Gereja Protestan.
Sumber:
Bahan disusun oleh Yulia Oeniyati dari sumber-sumber:
Komentar |
Publikasi e-Reformed |