Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI (Seluruh) Hukum Taurat Perjanjian Lama dalam Satu KataPenulis_artikel:
Josh Philpot
Tanggal_artikel:
23 Juli 2021
Isi_artikel:
Jika Anda harus meringkas hukum Taurat Perjanjian Lama dalam satu kata kerja, apakah itu? "Taat," mungkin? Atau mungkin "takut"? Jujur saja. Jangan berbohong. Jawaban Anda atas pertanyaan ini dapat menunjukkan bagaimana pemahaman Anda tentang Perjanjian Lama. Tentu saja, siapa pun yang akrab dengan Perjanjian Baru sudah tahu jawabannya (lih. Mrk. 12:28-33). Kata kerja yang Anda cari adalah "kasih." Dan, bagian yang sedang kita bicarakan adalah Ulangan 6:4-5, Shema (Bahasa Ibrani yang berarti "Dengar!") "Dengarlah, hai Israel: TUHAN adalah Allah kita, TUHAN adalah satu. Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu." (Ul. 6:4-5, AYT) Beberapa teks Perjanjian Lama lebih kaya dengan signifikansi dan makna daripada Shema, yang adalah semacam janji kesetiaan bagi orang Israel. Menurut Yesus, ini adalah "perintah yang terbesar dan yang pertama" (Mat. 22:38, AYT). Jadi, mari kita periksa dalam konteks aslinya, dan kemudian meneliti mengapa perintah ini dipilih sebagai yang terbesar. Cara Baru untuk Menggambarkan Pengabdian
Pasal pembukaan kitab Ulangan menceritakan sifat keras kepala Israel di padang gurun dan penolakan untuk memasuki negeri itu. Namun, Musa mewarnai peristiwa-peristiwa ini dengan sebuah peringatan: generasi padang gurun keras kepala pada masa lalu, maka generasi baru ini -- yang hampir memasuki Tanah Perjanjian -- harus belajar untuk taat dan percaya pada ketetapan Allah yang penuh kasih (Ul.4). Namun, seperti apakah ketaatan yang menghormati Allah itu? Sampai Ulangan 6:4-5, "takut akan Yahweh" telah menjadi nasihat dan dasar utama untuk berkat (Ulangan 4:10; 5:29; 6:2), dengan "takut" berarti sesuatu seperti rasa hormat yang mendalam. Akan tetapi, pergeseran terjadi di sini, dalam Shema, di mana kasih adalah perintah utama. "Kasihilah Yahweh, Allahmu" adalah pertama kalinya komitmen kepada Yahweh diungkapkan dalam istilah seperti itu. Bahkan sebelum Shema, Yahweh telah menjanjikan kasih dan kesetiaan yang teguh kepada mereka yang mengasihi-Nya dan menuruti perintah-Nya (lih. Kel.20:6; Ul.5:10). Namun, mengingat masalah Israel dalam mematuhi perjanjian (Ul. 1:34-46) dan pengampunan Allah yang penuh kemurahan dan belas kasih (Ul. 4:29-31), umat perjanjian sekarang secara eksplisit diperintahkan untuk membalas kasih perjanjian Yahweh. Mereka harus mengasihi-Nya karena Dia lebih dahulu mengasihi mereka. Kasih yang diharapkan oleh Musa adalah pengabdian yang total dan tak tertandingi kepada Yahweh. Ini tidak bertentangan dengan rasa takut atau pelayanan, dengan cara apa pun (lihat Ul. 6:13). Juga, itu tidak menggantikan perintah-perintah Yahweh. Ulangan 6:5, kita harus ingat, mengikuti Sepuluh Perintah (Ulangan 5) dan merupakan eksposisi teologis dari teks itu (lih. Mat. 22:40). Bahkan, dalam konteks aslinya, kasih dilihat sebagai ringkasan dari Sepuluh Perintah Allah. Mengapa Kasih Adalah Perintah Terbesar Yesus dengan jelas mengatakan kepada kita bahwa "kasih" adalah perintah hukum terbesar, dalam keputusan seseorang baik kepada Allah maupun sesama (Mat. 22:34-40). Bahkan, ahli Taurat yang membicarakan topik ini dengan Yesus tampaknya setuju (Markus 12:32-33), yang menunjukkan bahwa ini bukanlah ide baru. "Kasih" adalah perintah pertama dan terbesar. Bukan "percaya" atau "takut" atau "taat" (walaupun hal-hal itu secara alami mengikuti dari kasih), tetapi kasih dalam arti perjanjian. Mengapa? Dua alasan. 1. Karena kasih perjanjian lebih dari sekadar emosi. Ketika orang Israel mengucapkan Shema, mereka menyatakan pengabdian mereka yang total, tidak terbagi, dan tanpa syarat kepada Yahweh. Kasih bukan hanya perasaan; itu adalah prinsip tindakan. Kasih sejati kepada Allah dimulai di "hati" (yaitu, pikiran, emosi, dan kehendak), dan kemudian bergerak ke luar dalam lingkaran konsentris ke seluruh orang ("segenap jiwamu") berakhir dengan semua sumber daya yang tersedia ("semua kekuatanmu"). Kasih diekspresikan dalam kesetiaan dalam setiap konteks kehidupan, dimulai dari keluarga (Ulangan 6:7) dan meluas ke ruang publik (Ulangan 6:8-9). Ketika orang Israel tergoda untuk berbuat dosa terhadap Yahweh dengan menyerahkan diri mereka kepada dewa-dewa lain, Shema memberikan pengingat terus-menerus untuk mengabdikan diri kepada Yahweh saja. Itulah pengertian alkitabiah tentang kasih: bukan keputusan yang menyenangkan, tetapi komitmen perjanjian, mengusahakan niat baik kepada yang lain meskipun mengorbankan keinginannya sendiri. Standar alkitabiah diilustrasikan dengan baik dalam pernikahan, karena ikatan antara suami dan istri tidak ditunjukkan oleh gairah romantis, tetapi dengan tindakan yang berakar pada perjanjian yang mengusahakan kebahagiaan pasangan -- bahkan ketika pengorbanan diperlukan. 2. Karena kasih perjanjian menangkap esensi tentang apa arti sebenarnya dari "takut". "Takut akan Yahweh" tetap menjadi perintah utama di seluruh Perjanjian Lama (lih. Ams. 1:7), tetapi perintah kasih yang menyeluruh membantu kita memahami apa arti sebenarnya dari rasa takut ini. Bukan takut akan hal yang tidak diketahui, atau takut akan kekuasaan Yahweh (walaupun itu benar dalam satu hal; misalnya, Mazmur 119:120). Sebaliknya, rasa takut dalam arti perjanjian adalah kasih yang membangkitkan dan penuh rasa takjub kepada Allah yang menuntun pada ketaatan dan kehidupan yang penuh berkat (Ul. 6:1-3). Apa yang diharapkan oleh Musa dengan rasa takut yang didefinisikan oleh kasih bukanlah tekuk lutut tetapi ketaatan; bukan ketakutan, tetapi penyembahan. Itu bukan melarikan diri dari hadirat Yahweh, tetapi mendekat kepada-Nya, dan rindu untuk melakukan kehendak-Nya (lih. Mzm. 130:4; 2 Kor. 7:1; Yak. 4:8). Tetap Yang Terbesar Yesus berkata dalam Khotbah di Bukit bahwa Dia datang untuk menggenapi Hukum Taurat, bukan meniadakannya (Mat. 5:17). Jadi. jika kasih adalah pemenuhan Hukum Taurat Perjanjian Lama, maka kasih Kristen dalam Perjanjian Baru sama dengan padanannya dalam Perjanjian Lama. Kasih masih merupakan ciri khas dari apa artinya menjadi murid Kristus, yang adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Yoh. 13:34-35; Kol. 1:15). Kasih melibatkan tindakan penyerahan dan kepatuhan yang hormat terhadap perintah-perintah-Nya. "Jika kamu mengasihi Aku," kata Yesus, "kamu akan menuruti semua perintah-Ku" (Yohanes 14:15, AYT). Hukum Taurat Perjanjian Lama diringkas dalam satu kata -- dan beberapa hal tidak pernah berubah. Bahkan dalam Perjanjian Baru, yang terbesar dari semua ini tetap adalah kasih (1Kor. 13:13; Kol. 3:14). (t/Jing-Jing) Audio: (Seluruh) Hukum Taurat Perjanjian Lama dalam Satu Kata |