Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Doktrin-doktrin tentang KemurahanPenulis_artikel:
David Mathis
Tanggal_artikel:
21 Mei 2021
Isi_artikel:
Tahap-sangkar penganut Kalvinis. Oh kita tidak perlu istilah ini! Akan tetapi, sedihnya, meskipun dapat dimengerti, kita memang memerlukannya. Di tengah-tengah munculnya teologia Reformed beberapa tahun belakangan ini, terutama di kalangan anak-anak muda, istilah itu muncul karena telah terbukti benar. Terkadang, tampaknya hal yang paling aman untuk dilakukan terhadap seorang penganut Kalvinis baru adalah mengurungnya dalam sebuah sangkar selama beberapa bulan (mungkin bahkan beberapa tahun), sampai kedewasaan rohaninya bisa memahami teologi yang baru didapatnya. "Doktrin-doktrin tentang anugerah" itu meledak – pertama-tama mengejutkan pikiran dan kemudian, jika mereka benar-benar berakar, memberikan transformasi hidup yang tak terelakkan. Ketika hal-hal itu mengena pada seorang anak muda dan pribadi yang gelisah, hal-hal itu bisa membuatnya agak tidak nyaman untuk sementara waktu (meskipun banyak sekali keuntungan lain yang bisa muncul bersamaan dengan itu). Memberikan dukungan mental pada ajaran Alkitab tentang kerusakan moral kita dan pemilihan Allah, penebusan, dan anugerah adalah lebih cepat dan lebih mudah daripada belajar untuk menjalankan kebijakan-kebijakan Allah yang berpadu dengan kebenaran-kebenaran berharga seperti itu. Anda bisa menebang sebuah pohon, dan menanam yang baru, hanya dalam beberapa jam. Akan tetapi, Anda tidak bisa menumbuhkan buah dalam satu malam. Paling Lemah Lembut dan Paling Sabar
Di antara kita yang menganggap serius apa yang dikatakan Alkitab tentang kedaulatan, pengetahuan sebelumnya, dan predestinasi Allah, akan menjadi sama seriusnya dengan yang dikatakan Alkitab tentang jenis kehidupan dan buah rohani yang akan menyertai pengetahuan itu. Sebagaimana pendeta dan penulis himne terkenal John Newton (1725–1807) amati, "Orang-orang penganut Kalvinis seharusnya adalah yang paling lemah lembut dan paling sabar di antara semua manusia." Berdampingan dengan kebenaran yang agung dalam 2 Timotius 2:24"26 bahwa Allah adalah Dia yang menganugerahkan pertobatan memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk ramah, sabar, dan lemah lembut. Begitu juga dalam Kolose 3:12, tahukah Anda "sebagai orang-orang pilihan Allah" bahwa Dia memilih Anda sebelum Anda memilih Dia? Amin. Indah. Juga, belajarlah "belas kasih, keramahan, kerendahan hati, kelembutan, dan kesabaran." Mungkin kita bisa menggunakan TULIP kedua untuk disandingkan dengan yang pertama. Jenis kebajikan rohani seperti apa yang kelihatannya menguatkan para penganut Kalvinis muda –- dan kita semua –- yang seharusnya menyertai teologi Alkitab tentang Total depravity (Kerusakan total), Unconditional election (Pemilihan tanpa syarat), Limited atonement (Penebusan terbatas), Irresistible grace (Anugerah yang tak dapat ditolak), dan Perseverance of the saints (Ketekunan orang"orang kudus)? Kerendahan Hati Total "Allah menentang orang yang sombong, tetapi memberikan anugerah kepada orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6; 1 Petrus 5:5) Baik Yakobus maupun Petrus mengutip kata-kata ini dari Amsal 3:34. Salah satu tema besar dalam seluruh Alkitab adalah bahwa Allah, dalam kemahatinggian-Nya, bukan hanya datang, tetapi meninggikan yang rendah (Lukas 1:48, 52; 14:11; 18:14; Yakobus 4:10; 1 Petrus 5:6). Ini merupakan kemuliaan-Nya yang istimewa, bahwa Dia, tampaknya, merendahkan diri-Nya untuk menolong orang yang rendah. Yang merupakan intisari dan esensi dari Kalvinisme. Salah satu ironi terbesar tentang dosa yang selalu ada dalam jiwa adalah belajar tentang kedaulatan Allah yang mutlak, kemungkinan bisa membuat kita jadi sombong. Siapa yang besar dalam kerajaan Allah? Mereka yang merendahkan diri mereka seperti anak-anak (Matius 18:4). Allah sendiri, dalam rupa manusia, masuk ke Yerusalem bukan dengan mengendarai seekor kuda yang gagah, tetapi sebagai raja yang rendah hati dan menunggang seekor keledai (Zakharia 9:9; Matius 21:5). "Ia merendahkan diri-Nya dengan taat sampai mati, bahkan mati di atas kayu salib. Untuk alasan inilah, Allah sangat meninggikan Dia" (Filipi 2:8–9). Jika dengan menganggap serius Alkitab kita menjadi penganut Kalvinis, bagaimana mungkin kita tidak "dengan kerendahan hati, anggaplah orang lain lebih penting daripada dirimu sendiri" (Filipi 2:3)? "Teologia Kalvinisme yang rendah hati," tulis Newton, "dirusak dengan kata-kata yang menyakitkan hati, marah, dan menghina." Lalu dia bertanya dengan tajam, "Apakah Kalvinisme Anda membuat Anda rendah hati?" Kebaikan Tanpa Syarat Bersikaplah ramah satu dengan yang lain, milikilah hati yang lembut, dan saling mengampuni, sebagaimana Allah dalam Kristus juga mengampuni kamu. (Efesus 4:32) Kebaikan mungkin tampak remeh menurut pandangan dunia, tetapi jelas sekali tidaklah demikian menurut perhitungan Allah. Bukan hanya kisah tentang gereja mula-mula menyatakan perbuatan-perbuatan kebaikan yang biasa (Kis. 10:33; 24:4; 27:3; 28:2), tetapi teks demi teks menunjukkan tindakan orang Kristen sebagai kebaikan yang nyata (2 Korintus 6:6; Kolose 3:12; Titus 2:5). Para pemimpin yang dikenal di gereja harusnya "ramah dengan semua orang" (2 Timotius 2:24), sama seperti semua orang Kristen harus "ramah satu dengan yang lain" (Efesus 4:32). Kebaikan adalah buah dari Roh Kudus (Galatia 5:22). Kasih itu bermurah hati (1 Korintus 13:4). Dan, jika Allah, yang memerintah atas setiap inci alam semesta, mengajarkan kepada kita untuk mengupayakan kebaikan, Dia mendorong kita untuk menjadi reflektor-Nya yang lebih besar. Bapa surgawi kita, kata Yesus, "baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan yang jahat" (Lukas 6:35). Dalam kebaikan-Nya, "Dia menerbitkan matahari-Nya bagi yang jahat dan yang baik, dan menurunkan hujan bagi yang benar dan yang tidak benar" (Matius 5:45). Kebaikan semacam itu "bertujuan untuk membawa kamu kepada pertobatan" (Roma 2:4). Kebaikan seperti itu mencangkokkan bahkan orang-orang asing ke pohon berkat-Nya yang lama melalui iman (Roma 11:22). Karena kita diselamatkan melalui kebaikan Allah yang penuh kasih (Titus 3:4), dan pada masa yang akan datang ditunjukkan dalam "kekayaan anugerah-Nya yang tak terukur dalam kebaikan-Nya kepada kita" (Efesus 2:7), kita dibebaskan untuk memperpanjang kebaikan-Nya melalui kita masuk ke dalam kehidupan orang-orang lain. "Penganut Kalvinis yang jahat" adalah sebuah hal yang bertentangan. Penganut Kalvinis seharusnya adalah yang paling baik dari semua manusia. Kritik yang Terbatas Pelayan Tuhan haruslah tidak bertengkar, tetapi ramah dengan semua orang, ... dengan lembut mengoreksi lawannya. (2 Timotius 2:24–25) Jangan terjebak dengan tipuan "empat petunjuk". Ya, penganut Kalvinis bisa jadi tipe yang kritis. Adalah baik untuk bisa memahami, dan memerhatikan hal"hal yang rinci. Akan tetapi, sebuah pandangan yang kritis tidak selalu mengharuskan sikap bertengkar. "Pelayan Tuhan," kata Paulus kepada para pemimpin gereja, haruslah tidak bertengkar, tetapi ramah dengan semua orang, terampil mengajar, dan sabar, dengan lembut mengoreksi lawannya. (2 Timotius 2:24–25) Tentu saja, terdapat sebuah tempat penting untuk kemarahan orang Kristen (Lukas 17:3; 1 Timotius 5:20; Titus 1:9, 13; 2:15) dan - "mengoreksi … dengan lembut" – khususnya bagi para pendeta. "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya; tegurlah, nasihatilah, dan doronglah mereka dengan penuh kesabaran dan pengajaran" (2 Timotius 4:2). Paulus menasihati orang-orang yang bertobat bukan sebagai budak, tetapi sebagai anak-anak yang dikasihi (1 Korintus 4:14), bahkan dengan air mata (Kis. 20:31), dan mengharapkan para pemimpin gereja lokal melakukan hal yang sama (1 Tesalonika 5:12, 14). Dan, ada tempat bagi setiap orang Kristen, dalam kasih, untuk memberikan koreksi yang lembut, "dengan segala hikmat kamu mengajar dan menasihati seorang terhadap yang lain" (Kolose 3:16). "Semua Kitab Suci dinapasi oleh Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik dalam kebenaran" (2 Timotius 3:16). Akan tetapi, kritik kita memiliki tempat yang terbatas. Dan, tujuannya adalah selalu untuk membangun, bukan meruntuhkan (2 Korintus 13:10). Silakan memiliki pandangan yang kritis dan teliti. Dan, silakan memiliki keberanian, dan kebaikan, untuk dengan rendah hati dan penuh kasih, memberikan kata yang mengoreksi. Akan tetapi, biarlah koreksi Anda itu terbatas. Kemurahan yang Tak Dapat Ditolak Biarlah perkataanmu selalu penuh kasih. (Kolose 4:6) Ini mungkin merupakan satu perkataan yang paling penting bagi seorang muda Kalvinis: "Biarlah perkataanmu selalu penuh kasih." Selalu. Ini luar biasa. Bahkan ketika sedang mengoreksi yang salah, bahkan ketika para pemimpin yang diakui secara resmi melawan kebohongan yang serius, kata-kata kita harusnya selalu disampaikan dengan penuh kasih. Bukan hanya penuh kasih untuk dengan rendah hati memberitahu kesalahan orang-orang, dan melindungi mereka dari itu, tetapi cara kita berbicara dapat menjadi penuh kasih atau tidak penuh kasih. Dan, betapa menyedihkan jika seorang penganut Kalvinis baru, dengan menyandang "doktrin-doktrin anugerah" kita yang agung, berbicara dengan tidak penuh kasih kepada orang lain. Bukankah mereka yang menjunjung anugerah Allah paling tinggi seharusnya lebih sangat berhati-hati memastikan bahwa perkataan kita adalah penuh kasih? Lihatlah kepada Yesus sendiri. Orang-orang "terheran-heran akan perkataan indah yang keluar dari mulut-Nya" (Lukas 4:22). Marilah berdoa agar orang-orang lain akan melihat dalam diri kita, sama seperti mereka kepada Dia, penggenapan dari Mazmur 45:2: "kasih karunia tercurah dari bibirmu." Betapa berbedanya apa yang ditunjukkan perdebatan lima poin kita, jika kita bertekad untuk berbicara dengan kasih karunia? Bagaimana pun, dampak yang Paulus berikan dari perkataan yang penuh kasih adalah ini: "supaya kamu tahu bagaimana seharusnya menjawab setiap orang" (Kolose 4:6). Ketekunan dalam Kesabaran Bersabarlah dengan semua orang. (1 Tesalonika 5:14) Apa yang Paulus pertama kali nyatakan tentang kasih dalam 1 Korintus 13? "Kasih itu sabar" (1 Korintus 13:4). Dia menganggap kesabaran sebagai salah satu tanda yang istimewa dalam pelayanannya (2 Korintus 6:6; 12:12; 2 Timotius 3:10). "Bersabarlah" adalah salah satu nasihatnya yang diulang-ulang kepada para pemimpin gereja (1 Tesalonika 5:14; 2 Timotius 2:24; 4:2). Dan, bukan hanya kesabaran, tetapi sebagaimana 2 Timotius 4:2 titipkan, "penuh kesabaran"! Ketika teologi kita menjadi semakin berpusat pada Allah, kehidupan kita seharusnya menjadi semakin sabar. Allah sendiri adalah teladan kesabaran yang hebat (Roma 2:4; 9:22; 1 Petrus 3:20; 2 Petrus 3:15), dan - Anak-Nya, Allah-manusia, — memahami ini – adalah teladan kita untuk "kesabaran yang sempurna" (1 Timotius 1:16). Sukacita yang Mudah Menular Merupakan aib yang besar jika teologi yang baik memiliki reputasi yang buruk karena tindakan yang buruk. Akan tetapi, bagaimana pun kita telah gagal, kita dapat maju karena kita percaya bahwa Allah yang berdaulat bekerja dalam diri kita (Filipi 1:6; 2:13) dengan kuasa Roh-Nya yang berdaulat. Dengan memandang kepada Dia, Paulus berdoa agar kita "dikuatkan dengan segala kekuatan sesuai dengan kemuliaan kuasa-Nya supaya kamu mendapat segala ketekunan dan kesabaran dengan sukacita" (Kolose 1:11). Ini adalah jenis kesabaran yang kita butuhkan. Kita bisa menggertakkan gigi kita dan bertahan tanpa sukacita, dan tidak memenangkan siapa pun. Atau kita bisa bertahan dengan sukacita yang mudah menular, dan membuat bersuka mereka yang belum melihat hal-hal seperti yang menurut kita seharusnya mereka lihat. Marilah percaya pada kedaulatan ilahi dan juga kelemahlembutan manusia, dan percaya bahwa Allah kita yang berdaulat, dalam kebaikan dan waktu-Nya yang sempurna, akan menunjukkan sendiri kepada mereka yang tidak berpikir demikian (Filipi 3:15). Mungkin kita bahkan bisa ikut ambil bagian, melalui kemurahan yang kita lakukan. (t/Jing-Jing) |