Apakah Kita Memiliki Kehendak Bebas?

Apakah kita semua memiliki kehendak bebas? Tidak -- tetapi kita adalah agen moral yang bebas. Ada perbedaan besar.

Jika gereja abad ke-21 memberikan suara pada konsensus mereka mengenai partisipasi manusia dalam keselamatan, mayoritas akan menyatakan bahwa setiap orang memiliki kehendak bebas dan menggunakan kehendak itu ketika Injil ditawarkan kepada mereka. Akan tetapi, pertanyaan harus diajukan untuk klarifikasi, "Apa sebenarnya, menurut mayoritas pemilih, kehendak bebas itu?" Mereka bermaksud mengatakan bahwa orang, sebelum keselamatan, memiliki kapasitas, di dalam dan dari diri mereka sendiri, untuk memilih apakah Kristus dapat menyelamatkan mereka atau tidak. Mereka percaya bahwa orang dapat menerima atau menolak Injil sesuai dengan pilihan mereka sendiri, dan kedua sisi dari pilihan ini, apakah akan mengikuti Kristus atau tidak, tersedia bagi mereka secara alami. Orang-orang terhilang ini, kata mereka, memiliki kemampuan untuk memikirkan, dan kemudian memutuskan, apakah mereka ingin mengikuti Injil Yesus Kristus atau tidak.

Apakah Alkitab setuju dengan mereka yang percaya pada pembelaan kehendak bebas bahwa seorang pria atau wanita mampu, dengan sendirinya, untuk dengan bebas memilih apakah akan diselamatkan atau tidak? Inilah inti pertanyaannya. Banyak yang akan mengatakan bahwa Alkitab tidak jelas, karena perdebatan tentang ini telah berlangsung selama 1.500 tahun. Namun, manifestasi kontroversi sama sekali tidak membenarkan pernyataan bahwa telah ada perdebatan mendalam yang nyata selama 1.500 tahun. Fakta bahwa guru-guru palsu muncul untuk menimbulkan kontroversi sama sekali bukan jaminan untuk menegaskan kebenaran klaim mereka. Penampilan mereka di panggung sejarah gereja hanya mengobarkan kebenaran untuk lebih menonjol lagi. Karena kita tahu bahwa Alkitab mengajarkan jawaban yang jelas dan tepat tentang masalah ini yang dapat kita jadikan dasar kebenaran, dan kita ketahui dengan pasti.

Gambar: bersyukur

Setiap orang adalah agen moral yang bebas. Ini harus saya nyatakan di awal. Kaum Teis penganut kehendak bebas yang bersikeras bahwa Calvinis tidak percaya bahwa manusia adalah agen moral yang bebas, sama sekali tidak mengenal Calvinisme. Mereka percaya pada karikatur. Jadi, dari awal, dan sejak awal, saya ingin menyatakan dengan tegas bahwa manusia bebas, dan mereka memiliki keinginan yang sangat terkait dengan pembentukan moral mereka. Dalam mengatakan ini, itu harus memenuhi syarat. Kaum teis kehendak bebas (mereka yang percaya bahwa Allah memberi setiap orang kehendak bebas untuk memilih sesuai keinginan mereka, entah baik atau jahat) melupakan salah satu doktrin terpenting dari Kitab Suci, dan semua dukungan logis yang keluar dari doktrin Alkitab itu. Apa yang saya bicarakan adalah doktrin dosa, dan pengaruh dosa terhadap umat manusia. Kejadian 6:5 menyatakan, "Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia demikian besar di bumi, dan setiap maksud pikirannya semata-mata jahat sepanjang waktu." Ini adalah ayat yang sangat eksplisit, dan cukup penting. Kita adalah orang berdosa, dan dosa kita memikat pikiran kita sepenuhnya. Itulah sebabnya doktrin dosa, jika dipahami dengan benar, disebut Kerusakan Total; artinya, manusia sepenuhnya terpengaruh di semua bagian pikiran, emosi, dan jiwanya, oleh Kejatuhan Adam. Itu tidak berarti bahwa kita benar-benar rusak, atau sangat buruk. Sebaliknya, itu berarti kita benar-benar terpengaruh di setiap naluri keberadaan kita. Jadi, kemudian timbul pertanyaan, jika dalam natur kita yang selalu berdosa, bagaimana kita bisa memiliki kapasitas untuk memilih sesuatu yang sudah kita benci? Berapa banyak dari tetangga sebelah Anda dengan penuh semangat menunggu Anda untuk datang dan memberi tahu mereka bahwa mereka "adalah orang berdosa yang sedang dalam perjalanan ke neraka kecuali mereka bertobat dan percaya kepada Yesus?" Saya membayangkan bahwa tidak ada yang suka dengan itu. Alkitab memberi tahu kita bahwa orang-orang membenci pembicaraan semacam itu. Berapa banyak orang di jalan yang ingin mendengar tentang Yesus? Mereka membencinya dan bahkan akan menganiaya Anda karena memberi tahu mereka hal-hal seperti itu.

Seseorang mungkin berkata, "Saya tidak mengerti? Mengapa saya, atau siapa pun, membenci Injil -- yang adalah kabar baiknya?!" Namun, itulah intinya. Jika Anda tidak membenci Injil, mungkin Anda tidak benar-benar mengenal Injil. Injil, sebagai kabar baik, menjijikkan bagi kita karena kita jahat dan keinginan kita jahat. Kita memang memiliki keinginan, tetapi keinginan kita selalu terpikat dan dikendalikan oleh apa yang ingin kita lakukan. Misalnya: Saya duduk di kursi ini sekarang karena saya memilih duduk di sini untuk dapat bekerja menulis artikel singkat ini. Jika saya tidak ingin menulis risalah ini, saya tidak akan melakukannya. Akan tetapi, karena keinginan saya untuk menulis risalah ini lebih kuat daripada keinginan lain yang saya miliki saat ini, maka itulah yang saya lakukan. Jika keinginan saya adalah makan siang, saya akan pergi dan makan siang, tetapi karena saya sudah makan siang, keinginan saya bukan untuk makan, tetapi untuk menulis. Ini semua mungkin tampak sepele karena saya tidak berbicara tentang keselamatan. Namun, intinya di sini adalah ini: keinginan saya mengendalikan kehendak saya. Kehendak saya adalah buah dari keinginan saya, bukan penyebabnya. Kehendak saya, tindakan saya pada hal tertentu, berasal dari keinginan saya. Kehendak saya bukanlah penyebab keinginan saya. Saya tidak melakukan sesuatu dahulu, baru kemudian ingin melakukannya -- tetapi sebaliknya. Keinginan hati saya mengendalikan bagaimana saya berpikir dan merasa pada waktu tertentu. Saya menginginkan sesuatu terlebih dahulu, kemudian saya akan melakukan hal khusus itu. Ketika seseorang mengatakan bahwa orang yang belum diselamatkan, yang berhati keras, dan membenci dan memberontak terhadap Allah dalam segala hal, mampu dengan bebas memilih sesuatu yang tidak mereka inginkan, maka mereka tidak memahami bahwa keinginan mereka mengatur kehendak mereka.

Satu-satunya cara seorang teis kehendak bebas bisa menjadi benar adalah jika hatinya netral -- artinya tidak terpengaruh oleh apa pun, baik atau buruk. Akan tetapi, teis kehendak bebas tidak melihat ini, dan dia tidak melihat bahwa ini adalah kemustahilan. Tidak ada yang memiliki hati yang netral; bukan iblis, bukan Allah, bukan Anda atau saya. Jika hatinya baik, maka ia menginginkan hal-hal yang baik. Jika hatinya buruk, maka ia menginginkan hal-hal yang buruk. Jika hatinya netral akan muncul kesan bahwa hatinya bisa memilih baik atau jahat. Namun, ada masalah besar dengan konsep ini. Berikut analoginya: misalkan ada seekor keledai yang berdiri di depan dua tumpukan jerami; satu di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Dia melihat yang satu, lalu yang lain. Katakanlah keledai ini memiliki hati yang netral. Jadi, dia memutuskan untuk makan yang mana? Mana yang akan dia pilih untuk dimakan? Jawabannya tidak keduanya. Karena kedua tumpukan itu sama, dan hatinya netral- yang berarti tidak memihak pada keduanya - maka dia tidak akan pernah memilih untuk memakan keduanya, tetapi hanya akan berdiri di sana dan kelaparan. Sekarang, pada kenyataannya, keledai tidak akan kelaparan karena kehendaknya tidak netral. Dia lapar maka dia makan! Mungkin dia lebih dekat dengan yang satu daripada yang lain dan memutuskan untuk memakannya. Akan tetapi, jika dia berdiri di antara dua tumpukan kapas, dia juga tidak akan makan karena dia tidak suka makan kapas. Bagaimana pun, kehendak bebas yang netral tidak ada. Tidak ada kehendak yang netral, dan Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa manusia itu netral. Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa manusia memiliki hati yang jahat dan bejat. Setiap orang dibiaskan oleh niat dan pikiran hati mereka (Kej. 6:5; Yer. 17:9). Kristus berkata, "Dari hati timbul pikiran-pikiran jahat, pembunuhan, perzinaan, dosa-dosa seksual, pencurian, kesaksian palsu, dan fitnah (Mat. 15:19, AYT)."

Jadi, ketika kita mengatakan seseorang memiliki kehendak bebas, dan kita pikir mereka dapat memilih yang baik atau yang jahat, kita tidak berbicara secara alkitabiah. Apa yang harus kita katakan adalah ini: setiap orang memiliki kehendak yang dikendalikan oleh keinginan hati mereka -- mereka adalah agen moral yang bebas. Jika mereka belum diselamatkan, dan keinginan mereka jahat, maka mereka tidak akan pernah memilih untuk mengikuti Yesus karena mereka tidak bisa dan tidak mau -- mereka selalu memilih yang jahat. Allah harus terlebih dahulu mengubah hati mereka (Yeh. 36:26; Yoh. 3:3) sebelum mereka dapat percaya. Sebab, ketika Roh Allah menyunat hati mereka (Rm. 2:29), Dia kemudian memberi orang itu kemampuan untuk percaya dan mendengar Injil. Dan, karena orang itu benar-benar mendengarnya dengan hati baru yang mampu berbuat baik, maka orang itu percaya, diselamatkan, dan masuk ke dalam kemuliaan yang kekal ketika mereka mati, jika Tuhan berkenan.

Kita tidak pernah memiliki kehendak bebas yang netral. Kita selalu menjadi budak sesuatu. Sebelum kita diselamatkan, kita adalah budak dosa. Setelah kita diselamatkan, kita adalah hamba Kristus, seperti yang Paulus nyatakan dalam Roma 1:1, "Paulus adalah hamba Yesus Kristus ...." (kata "hamba" adalah "doulos" yang berarti "budak"). Pengakuan Iman Westminster menyatakan, "Manusia, karena kejatuhannya ke dalam dosa, telah sepenuhnya kehilangan semua kemampuan kehendak untuk kebaikan rohani apa pun yang menyertai keselamatan; sehingga sebagai manusia duniawi, yang sama sekali menolak kebaikan itu, dan mati dalam dosa, tidak mampu dengan kekuatannya sendiri untuk mengubah dirinya sendiri, atau mempersiapkan dirinya untuk itu." Jadi, Pengakuan Iman memberitahu kita hal yang sama. Manusia tidak dapat menghendaki hal yang baik jika dia tidak diselamatkan. Dia memiliki hati yang jahat yang terus-menerus ingin melakukan kejahatan, dan hanya itu yang dia pilih.

Tanpa belajar, kita tidak akan pernah mengerti apa yang telah Allah siapkan untuk kita temukan. Dan, kita tidak bisa begitu saja menerima kata orang lain untuk itu.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Ada juga masalah lain; bagi teis kehendak bebas, teologi kehendak bebas tidak pernah konsisten. Anda bertanya kepada seseorang yang percaya pada kehendak bebas apakah mereka memiliki kehendak bebas sebelum mereka diselamatkan. Mereka mengatakan "ya." Anda bertanya kepada mereka apakah mereka bebas setelah mereka diselamatkan, mereka masih mengatakan "ya" untuk tetap konsisten. Namun, itu menimbulkan masalah dan pertanyaan -- jika Anda bebas sebelum keselamatan untuk memilih atau tidak memilih untuk mengikuti Yesus, bagaimana dengan setelah keselamatan? Dapatkah Anda memilih untuk bebas meninggalkan Kristus? Dapatkah Anda memilih untuk dengan bebas menolak keselamatan yang Dia selamatkan bagi Anda bahkan setelah Anda bertobat? Apakah kuasa salib Yesus Kristus dibatalkan oleh "kehendak bebas" Anda? Jika mereka konsisten dengan teologi mereka, mereka harus menjawab "ya". (Jika mereka melihat kesalahan yang mereka buat, maka yang perlu kita lakukan adalah menunjukkan kepada mereka bahwa kehendak bebas tidak konsisten sebelum dan sesudah keselamatan.) Kemudian, teologi mereka sangat memburuk ketika kita menanyakan pertanyaan yang sama saat masuk ke surga. Setelah Anda masuk surga apakah Anda masih memiliki kehendak bebas? Agar konsisten mereka harus mengatakan "ya." Lalu, bisakah seseorang dengan bebas keluar dari surga? Mereka bergidik untuk menjawab yang satu itu. Namun, Anda melihat masalahnya. Kapan Allah mengambil kehendak bebas Anda? Dia harus melakukannya pada suatu saat. Jika ada jaminan keselamatan sejati yang dapat ditemukan, kehendak bebas dengan cara ini harus dihapus dari pikiran kita. Filipi 1:6 (AYT) akan salah. "Ia yang telah memulai pekerjaan baik di antara kamu, Ia juga yang akan menyempurnakannya sampai hari Yesus Kristus" tidak benar. Kita harus menulis ulang untuk mengatakan, "Kamu yang telah memulai semacam kehendak bebas bekerja di dalam dirimu sendiri dan percaya pada Kristus semoga akan terus memercayainya sampai akhir atau kamu akan murtad." Itu tidak menunjukkan rasa aman dan ketidakadilan yang besar terhadap karya Kristus yang telah selesai. Atau bagaimana dengan perkataan Yesus dalam Yohanes 10:28 (AYT), "Aku memberikan hidup kekal kepada mereka dan mereka tidak akan pernah binasa; dan tak seorang pun dapat merebut mereka dari tangan-Ku." Kata-kata seperti ini aman bagi orang percaya karena menunjukkan kuasa Kristus, dan kuasa tangan-Nya yang menyelamatkan, bukan "kehendak bebas" kita. Gagasan tentang kehendak bebas sama sekali tidak relevan dengan teks. Anda harus menghapus teks-teks ini, dan ratusan lainnya agar teis kehendak bebas benar.

Selalu ada keberatan. Orang-orang berkata, "tetapi saya merasa seperti saya bebas." Pengalaman subjektif kita tentang perasaan tidak pernah menjamin kebenaran alkitabiah. Beberapa orang akan mengatakan bahwa tawaran Injil tidak tulus jika orang tidak bebas memilih. Namun, itu bukan asumsi logis. Allah tidak pernah mengubah perintah-Nya sesuai dengan kebutuhan kita. Tuntutan-Nya bagi kita selalu "Haruslah kamu kudus, sebab Aku TUHAN, Allahmu, kudus" (Im. 19:2, AYT). Akan tetapi, Allah tahu bahwa kita tidak memiliki kemampuan dalam keadaan jatuh kita untuk menjadi kudus, tetapi Dia tetap menuntut kita untuk menjadi seperti Dia dalam kekudusan. Hanya karena orang tidak memiliki kemampuan rohani untuk percaya Injil tidak membuat tawaran Allah tidak berlaku. Meskipun manusia tidak bisa percaya, mereka masih tanpa alasan. Tawaran itu tetap berlaku meskipun orang-orang tidak dapat merespons tanpa campur tangan Allah yang berdaulat.

Banyak dari Anda yang baru saja membaca pamflet ini akan pergi dan berkata, "Dia gila. Saya tidak percaya padanya." Namun, Anda sama saja membuktikan poin saya. Kehendak Anda ditawan oleh keinginan Anda. Keinginan Anda untuk tidak mendengarkan nasihat alkitabiah yang disajikan dalam artikel ini menunjukkan bahwa Anda sedang terpikat oleh keinginan hati Anda sendiri -- yaitu percaya pada teisme kehendak bebas -- meskipun bukti Alkitab mengatakan sebaliknya. Jadi, Anda memilih untuk tidak percaya karena keinginan Anda untuk mempertahankan apa yang disebut "kehendak bebas".

Memang benar, saya percaya kita semua adalah agen moral yang bebas, dan kita memiliki kehendak -- tetapi mereka adalah kehendak yang terpikat oleh keinginan hati kita. Kita bebas memilih, tetapi hanya bebas memilih berdasarkan watak dan niat hati kita. Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, atau terhilang, maka mereka akan memilih kejahatan. Jika mereka diubahkan, atau dilahirkan kembali, maka mereka dapat memilih yang jahat atau yang baik. Orang Kristen mengalami peperangan antara daging dan Roh. Dia berada dalam pertempuran terus-menerus untuk menyerahkan kehendaknya kepada Kristus. Namun, semua orang, baik atau jahat, semua memilih dengan bebas apa keinginan hati mereka. Kehendak mereka adalah air yang memancar dari sumber alami hati mereka.

Dorongan di kalangan Kristen kurang, jadi dorongan itulah yang saya tawarkan di sini. Jika Anda tidak percaya bahwa apa yang telah diajarkan dalam artikel ini adalah kebenaran, maka saya mendorong Anda untuk mempelajari Kitab Suci dengan sangat teliti agar Roh Kudus mengajar Anda tentang kebebasan berkehendak. Kisah Para Rasul 17:11 (AYT) menyatakan, "Orang-orang Yahudi di sana lebih baik hatinya daripada orang-orang yang di Tesalonika karena mereka menerima firman dengan penuh semangat, sambil menyelidiki Kitab Suci setiap hari untuk mengetahui jika hal-hal itu memang benar." Ini lebih dari sekadar membaca teks biasa-biasa saja -- ini mempelajari teks. Orang-orang Yahudi khususnya berbakat dalam belajar menjadi "bangsawan" dan "dari keturunan bangsawan". Mereka terampil dalam belajar, dan saya berdoa agar Anda terampil dalam hal yang sama. Tanpa belajar, kita tidak akan pernah mengerti apa yang telah Allah siapkan untuk kita temukan. Dan, kita tidak bisa begitu saja menerima kata orang lain untuk itu. Saya juga mendorong Anda untuk membaca 3 risalah yang berhubungan dengan kehendak: yang satu ditulis oleh Martin Luther berjudul "The Bondage of the Will", yang kedua ditulis oleh John Calvin "The Bondage and Liberation of the Will", dan ketiga, karya Jonathan Edwards, "The Freedom of the Will". Masing-masing akan sangat membantu dalam pemahaman pembaca tentang cara kerja kehendak. Di antara ketiga karya ini, dan kesaksian Alkitab yang sempurna tentang kebenaran, seharusnya tidak ada pertanyaan tentang metode dan cara kerja kehendak manusia. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : A Puritan's Mind
Alamat situs : https://apuritansmind.com/the-christian-walk/the-tract-series/do-we-have-a-free-will-by-dr-c-matthew-mcmahon
Judul asli artikel : Do We Have a Free Will?
Penulis artikel : Dr. C. Matthew McMahon

Komentar