Buletin Parakaleo berisi tulisan-tulisan dari penulis dan konselor Kristen yang telah berpengalaman dalam bidangnya, seperti Yakub Susabda, Esther Susabda, Paul Gunadi, dan Paul Soetopo. Buletin Parakaleo ini diterbitkan oleh Departemen Konseling Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia sejak tahun 1984 hingga tahun 2007 [buletin ini sekarang sudah tidak terbit lagi]. Saat ini tersedia bundel Buletin Parakaleo yang berisi 56 edisi (lengkap).
Dear e-Reformed Netters,
Artikel yang saya tampilkan dalam e-Reformed bulan ini, yaitu "Diselamatkan dalam Pengharapan", diambil dari buku tulisan Charles Spurgeon yang berjudul: "Menemukan Kedamaian dalam Badai Kehidupan". Artikel ini sangat bagus tapi juga sangat panjang, dan pasti akan menyulitkan Anda yang membacanya lewat alat mobile (HP). Karena itu, saya akan membaginya menjadi 3 bagian, yang akan diterbitkan dalam 3 edisi, yaitu edisi e-Reformed Mei (28), Juni (29) dan Juli (30).
Supaya Anda tidak menunggu terlalu lama, maka 3 edisi ini akan saya kirimkan 3 hari berturut-turut, mulai hari ini, sehingga Anda bisa mendapatkan seluruh artikel walaupun dikirim dalam 3 surat terpisah.
Tulisan Spurgeon ini semoga mengingatkan kita semua, orang-orang Kristen pada umumnya, yang mulai merasa nyaman tinggal di dunia ini dan melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu tinggal bersama Tuhan kita Yesus Kristus di surga. Biarlah kepenuhan keselamatan terus menjadi pengharapan kita bersama, dan kerinduan untuk bertemu Bapa di surga menjadi cita-cita utama kita.
Selamat membaca.
Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >
Diselamatkan dalam Pengharapan (1)
"Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun." (Roma 8:24-25)
Kita -- orang-orang percaya, diselamatkan sekarang juga. Tanpa ragu-ragu, kita benar-benar diselamatkan. Kita sepenuhnya diselamatkan dari kesalahan akibat dosa. Tuhan Yesus mengambil dosa kita dan menanggung itu pada tubuh-Nya di atas kayu salib. Dia memberikan sebuah penebusan yang berkenan, yang menghapuskan kesalahan seluruh umat-Nya sekali untuk selamanya. Hukum dosa telah dibayar oleh Pengganti agung kita dan oleh iman kita telah menerima pengorbanan-Nya. "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum." (Yohanes 3:18)
Saat kita menerima Kristus dengan iman, kita dengan segera diselamatkan dari kejahatan yang mencemari dan memiliki akses bebas kepada Allah Bapa kita. Dengan iman, kita diselamatkan dari kuasa dosa yang menguasai hidup kita. Seperti yang dikatakan di dalam Roma 6:14, "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." Di dalam hati setiap orang Kristen, mahkota tersebut telah diangkat dari kepala dosa dan kekuatan lengannya telah dihancurkan oleh kuasa iman. Dosa berusaha keras untuk memperoleh kendali, tapi dosa tidak bisa menang, karena mereka yang lahir dari Allah tidak bersuka dalam melakukan dosa. Mereka tidak melakukan dosa sebagai kebiasaan sehari-hari. Sebaliknya, orang-orang percaya menjaga dan melindungi diri mereka supaya si jahat tidak menyentuh mereka.
Ayat firman Tuhan yang akan kita fokuskan sekarang terambil dari Roma 8, yang menuliskan, "kita diselamatkan dalam pengharapan". Namun, kelihatannya ini tidak selaras dengan bagian-bagian lain dari Alkitab. Di mana pun dalam firman Tuhan, kita diberi tahu bahwa kita diselamatkan oleh iman. Sebagai contoh, Roma 5:1, "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman." Iman bukan pengharapan, yang merupakan anugerah yang menyelamatkan, kecuali bahwa dalam beberapa hal, pengharapan sama dengan iman. Di dalam bahasa Yunani, arti dari Roma 8:24 adalah, "Kita diselamatkan dalam pengharapan." Jika ayat tersebut diterjemahkan dengan cara ini, maka itu akan mencegah kesalahpahaman, seperti yang dikatakan oleh Bengel -- komentator terkenal:
"Kata-kata tersebut tidak menggambarkan artinya, tetapi cara dari keselamatan. Setelah kita diselamatkan, mungkin masih tersisa sesuatu yang dapat kita harapkan, baik keselamatan maupun kemuliaan."
Orang-orang percaya menerima keselamatan jiwa mereka sebagai puncak dari iman mereka. Mereka menerima keselamatan oleh iman, sehingga mereka juga menerimanya dengan kasih karunia. Kita diselamatkan oleh iman dan dalam pengharapan.
Oleh karena itu, kita bersukacita saat ini di dalam keselamatan yang telah kita peroleh dan nikmati oleh iman di dalam Kristus Yesus. Namun, kita sadar bahwa ada sesuatu yang lebih dari ini untuk diperoleh. Kita akan menerima keselamatan dalam pengertian yang lebih luas, yang belum kita lihat. Pada saat ini kita menemukan diri kita sendiri hidup di dalam kemah yang fana -- "Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan." (2 Korintus 5:4) Dan di sekeliling kita, makhluk ciptaan dengan jelas mengalami rasa sakit bekerja. Kita dapat melihat tanda-tanda dari penyusutan bumi dalam kejadian di alam yang bergolak, rusuh, dan penuh penderitaan.
Segala sesuatu tidak lagi sesuai dengan bentuk asli saat Tuhan menciptakannya. Duri-duri bertumbuh di ladang-ladang yang dibajak di bumi; penyakit menjangkiti bunga-bunganya; ada jamur di atas padinya. Langit menangis dan memenuhi hasil panen; kedalaman bumi bergerak dan mengguncangkan kota-kota kita dengan gempa bumi. Berbagai tragedi dan bencana yang sering kali terjadi memberi pertanda sebuah masa depan besar akan dilahirkan sebagai hasil dari rasa sakit bekerja ini.
Tidak ada firdaus yang sempurna, yang dapat ditemukan di belahan bumi mana pun. Bahkan, hal-hal terbaik dari dunia kita menunjuk kepada sesuatu yang lebih baik. Dan semua makhluk ciptaan mengerang bersama kita dalam rasa sakit bekerja. Bahkan, kita yang telah menerima buah sulung dari Roh, diberkati, dan diselamatkan, mengerang di dalam diri kita sendiri, menantikan sesuatu yang lebih jauh, suatu kemuliaan yang belum terlihat. Kita belum mencapai keselamatan, tapi sedang mengejarnya. Kehausan yang pertama dari jiwa kita yang berdosa telah dipuaskan, tapi kita masih memiliki keinginan-keinginan yang lebih besar di dalam kita. Kita lapar dan haus akan kebenaran dengan kerinduan yang tidak pernah puas. Sebelum kita memakan Roti dari Surga, kita lapar akan sesuatu yang sama dengan makanan babi. Namun sekarang, sifat dasar kelahiran baru kita telah membawakan kita pada suatu hasrat yang baru, yang tidak dapat dipuaskan oleh seluruh dunia.
Apakah penyebab dari rasa lapar ini? Itu bukan sebuah pertanyaan yang sulit dijawab. Dukacita, kerinduan, dan hasrat kita yang tak terpuaskan mencakup dua area umum. Pertama, kita rindu untuk sepenuhnya bebas dari dosa dalam setiap bentuk. Kedua, kita rindu untuk dibebaskan dari tubuh jasmani kita dan menerima tubuh kebangkitan kita.
Merindukan Kemerdekaan dari Dosa
Kita dibebani oleh kejahatan yang ada di dalam dunia. Kita diganggu oleh percakapan-percakapan jahat dari orang-orang yang tidak saleh, dan kita berduka oleh godaan dan penganiayaan mereka. Kenyataannya adalah "seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat" (1 Yohanes 5:19), dan orang-orang yang menolak Kristus dan binasa dalam ketidakpercayaan itu merupakan sumber dari kesedihan besar bagi kita. Kita bahkan mungkin berharap untuk hidup di sebuah daerah yang sunyi, jauh dari peradaban, supaya kita dapat bersekutu dengan Tuhan dalam damai dan tidak pernah mendengar apa pun tentang hujatan, gosip, kebejatan moral, dan kejahatan. Dunia ini bukan rumah kita, karena dunia ini telah tercemar. Kita sedang mencari suatu kelepasan yang besar, ketika kita akan diambil dari dunia ini untuk tinggal di dalam persekutuan yang sempurna dengan yang lainnya.
Bahkan, kehadiran orang-orang jahat bisa menjadi sebuah masalah yang kecil, jika kita dapat sepenuhnya dibebaskan dari dosa di dalam diri kita sendiri. Ini berada di antara "segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1), yang akan digenapi pada waktu yang akan datang. Jika seseorang dibebaskan dari kecenderungan untuk berbuat dosa, dia tidak lagi akan mempan terhadap godaan. Dia tidak perlu menjaga diri terhadapnya. Jika sesuatu tidak mungkin dibakar dan dijadikan abu, api tidak akan bisa menyakitinya. Namun, kita merasa bahwa kita harus menghindari godaan karena kita sadar kalau ada balok-balok kayu atau ranting-ranting kecil di dalam kita, yang dapat dengan mudah tersulut oleh api. Tuhan kita berkata, "penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku" (Yohanes 14:30). Tetapi ketika musuh menghampiri kita, dia tidak hanya menemukan sesuatu, tapi banyak yang cocok dengan tujuan-tujuannya. Hati kita semua terlalu mudah menggemakan suara setan. Ketika dia menyebarkan ilalangnya, ladang-ladang dari sifat lama kita segera menghasilkan tuaian. Yang jahat tetap tinggal bahkan di dalam mereka yang telah ditebus, dan itu menjangkiti kemampuan berpikir mereka.
Oh, seandainya saja kita dapat membuang ingatan akan dosa! Sungguh suatu siksaan bagi kita mengingat kata-kata kotor dari lagu-lagu cabul. Seandainya saja pikiran kita dibebaskan dari dosa! Apakah kita cukup berduka atas dosa-dosa dalam pikiran dan imajinasi kita? Seseorang bisa berdosa, dan berdosa dengan sangat mengerikan dalam pikirannya, meskipun dia mungkin tidak berdosa dalam perbuatan-perbuatannya. Banyak orang telah melakukan perzinahan, percabulan, pencurian, dan bahkan pembunuhan di dalam imajinasi mereka dengan menemukan kesenangan ketika memikirkannya, namun mereka mungkin tidak pernah jatuh ke dalam dosa-dosa ini secara terang-terangan. Seandainya saja imajinasi dan seluruh sifat-sifat dasar batiniah kita dibersihkan dari kecemaran yang ada di dalamnya.
Ada sesuatu yang jahat di dalam diri kita, yang membuat kita berseru dari hari ke hari, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (Roma 7:24) Jika seseorang yang sedang membaca buku ini berkata, "Saya tidak pernah merasa seperti itu," saya berdoa kepada Tuhan agar kiranya dia segera mengalaminya. Mereka yang puas dengan diri mereka sendiri sangat sedikit tahu tentang kesempurnaan kerohanian yang sejati. Seorang anak yang sehat bertumbuh, demikian juga seorang anak Tuhan yang sehat. Semakin dekat kita kepada kebersihan hati yang sempurna, semakin kita akan berduka atas noda-noda dosa terkecil sekalipun dan semakin kita akan mengakui hal-hal berdosa yang dahulu kita maklumi. Orang yang paling serupa dengan Kristus adalah orang yang paling menyadari tentang ketidaksempurnaan, dan tidak sabar untuk mengenyahkan dosa yang paling kecil sekalipun. Ketika seseorang berkata, "Saya telah mencapai tujuan itu," saya sangat prihatin terhadapnya, karena saya percaya dia bahkan belum mulai berlari.
Untuk saya sendiri, saya menanggung banyak penderitaan yang semakin bertumbuh, dan merasa sangat kurang disenangkan dengan diri saya sendiri daripada yang dulu saya rasakan. Saya memiliki pengharapan yang kuat akan sesuatu yang lebih baik, tapi jika bukan karena pengharapan, saya akan menganggap diri saya benar-benar tidak bahagia karena menjadi begitu sadar akan kebutuhan saya dan begitu tersiksa dengan keinginan-keinginan. Oleh karena itu, ini adalah satu sumber utama dari erangan rohani kita. Kita diselamatkan, tapi kita tidak sepenuhnya dibebaskan dari kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat dosa. Kita juga belum mencapai kekudusan penuh. "Dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki." (Yosua 13:1)
Merindukan Tubuh Kebangkitan Kita
Alasan lainnya untuk "ketidakpuasan kita" adalah tubuh kita. Paulus menyebut tubuh tersebut "hina" (Filipi 3:21), dan memang demikian ketika dibandingkan dengan akan menjadi apa tubuh itu ketika dibentuk di dalam gambar Yesus Kristus. Tubuh itu sendiri tidak hina, dipandang sebagai ciptaan Tuhan, karena tubuh itu diciptakan dengan dahsyat dan ajaib (Mazmur 139:14). Ada sesuatu yang sangat mulia mengenai tubuh manusia, yang telah diciptakan untuk berjalan dengan dua kaki dan untuk melihat ke atas dan memandang ke surga. Sebuah tubuh yang telah dipersiapkan dengan begitu mengagumkan untuk menjadi tempat kediaman pikiran dan untuk menaati perintah-perintah jiwa, bukan untuk dipandang hina. Sebuah tubuh yang dapat menjadi bait Roh Kudus bukanlah struktur rendahan; oleh karenanya, biarlah kita tidak memandangnya dengan hina. Kita seharusnya selalu bersyukur, bahwa kita telah diciptakan sebagai manusia -- yang artinya kita juga telah dibuat menjadi ciptaan baru di dalam Kristus Yesus dan telah "mengenakan manusia baru" (Efesus 4:24). Tubuh sekarang berada di bawah kuasa maut karena "kejatuhan" manusia dalam dosa, dan itu tetap tinggal di bawah kuasanya. Karena itu cepat atau lambat, tubuh tersebut ditujukan untuk mati, kecuali jika Tuhan secara tiba-tiba datang kembali. Dan bahkan pada waktu itu, tubuh tersebut harus diubahkan, karena darah dan daging, dalam keadaannya saat ini, tidak dapat mewarisi kerajaan Allah.
Demikian juga tubuh kita yang lemah, tidak cocok dengan jiwa kita yang lahir baru, karena mereka belum dilahirkan kembali. Tubuh kita adalah tempat tinggal yang membosankan dan suram bagi roh yang dilahirkan oleh surga! Dengan rasa sakit dan penderitaan, mereka mengalami kelelahan dan kelemahan; kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tidur; rentan terhadap sesuatu yang dingin, panas, kecelakaan, dan kerusakan, dan juga terhadap kerja yang berlebihan dan kerja keras yang melelahkan, mereka dengan menyedihkan tidak mampu melayani orang-orang yang dikuduskan. Mereka menarik turun dan menghalangi roh yang sebenarnya dapat membumbung sangat tinggi. Pikirkan betapa seringnya kesehatan yang buruk memadamkan kobaran mulia yang dihasilkan oleh keteguhan hati yang kuat dan keinginan-keinginan yang kudus. Pikirkan betapa seringnya penderitaan dan kelemahan membekukan aliran jiwa yang gembira. Kapan kita akan dibebaskan dari rantai tubuh alamiah ini dan mengenakan pakaian pengantin tubuh rohaniah? Karena dosa tinggal di dalam hati kita dan kita berada dalam tubuh tanah liat yang fana, kita bersuka karena keselamatan kita lebih dekat pada kita sekarang daripada ketika kita percaya pertama kali, dan kita rindu untuk masuk ke dalam kenikmatan yang dihasilkan olehnya.
Ayat Alkitab memberikan kita sejumlah dorongan mengenai ini. Akan tiba suatu waktu, di mana kita akan sepenuhnya dibebaskan dari penyebab kita mengerang saat ini. Kita akan menerima sebuah keselamatan yang begitu besar, sehingga itu akan menutupi semua kebutuhan kita dan bahkan semua keinginan kita. Sebuah keselamatan menantikan kita yang batasannya kekal dan sangat luas. Apa pun yang dapat kita harapkan tercakup di dalamnya. Inilah yang sedang dibicarakan oleh ayat kita ketika dikatakan, "kita diselamatkan dalam pengharapan." Dengan pengharapan, kita berpegang pada keselamatan yang besar dan luas ini.
Dengan mengetahui hal ini, saya ingin menjelaskan untuk Anda jenis pengharapan, yang memiliki suatu genggaman yang kuat pada keselamatan yang lebih besar yang kita rindukan.
Tujuan dari Pengharapan Kita
Kesempurnaan yang Menyeluruh
Pengharapan kita yang terutama, berada di dalam kesempurnaan kita yang menyeluruh di dalam Kristus. Kita telah mengarahkan wajah kita kepada kekudusan, dan oleh kasih karunia Allah kita tidak akan pernah beristirahat sampai kita mencapainya. Setiap dosa yang ada di dalam kita adalah malapetaka, tidak hanya untuk ditaklukkan, tetapi kita harus mematikannya. Kasih karunia Allah tidak menolong kita untuk menyembunyikan dosa-dosa kita, tapi untuk menghancurkan mereka.
Kita harus menangani dosa sama seperti Yosua menangani lima raja musuh ketika mereka bersembunyi di dalam gua di Makeda. Sementara Yosua sibuk dengan peperangan tersebut, dia berkata, "Gulingkanlah batu-batu yang besar ke mulut gua itu." (Yosua 10:18) Untuk sementara waktu, dosa-dosa kita dikunci oleh kasih karunia yang menahan, seperti di dalam sebuah gua. Batu-batu yang besar digulingkan ke mulut gua, karena dosa-dosa kita akan melarikan diri jika mereka bisa, dan sekali lagi mengambil kendali atas hidup kita dengan cepat. Namun, kita bermaksud untuk berurusan dengan dosa-dosa kita dengan lebih efektif dalam kuasa Roh Kudus. Ketika Yosua berkata, "Bukalah mulut gua dan keluarkanlah kelima raja itu dari dalam dan bawa kepadaku" (Yosua 10:22), dia menyerang dan membunuh mereka, kemudian menggantung mereka. Oleh kasih karunia Allah, kita tidak akan pernah puas sampai kita membenci dan meninggalkan semua kecenderungan-kecenderungan alami kita terhadap dosa dan mereka benar-benar dihancurkan. Kita berharap dalam pengharapan untuk suatu hari, di mana tidak ada sebuah noda dari dosa masa lalu, atau suatu kecenderungan untuk melakukan dosa di masa yang akan datang akan tetap tinggal di dalam kita. Kita akan tetap memakai kehendak bebas dan kebebasan untuk memilih, tapi kita hanya akan memilih yang baik. Orang-orang percaya yang sekarang berada di surga, bukanlah orang-orang yang pasif, yang digerakkan di sepanjang jalan ketaatan oleh sebuah kekuatan yang tidak dapat mereka tahan. Sebagai makhluk yang berakal budi dengan kehendak bebas, mereka bebas memilih untuk menjadi kudus di hadapan Tuhan. Kita juga akan menikmati kebebasan anak-anak Allah yang mulia untuk selamanya, yang selalu memilih apa yang baik dan benar secara terus-menerus. Dengan cara ini, kita akan mengalami kebahagiaan yang terus-menerus. Kebodohan tidak lagi akan ada, karena kita semua akan diajar oleh Tuhan dan akan kenal seperti kita sendiri dikenal. Kita akan menjadi sempurna di dalam pelayanan kita kepada Tuhan, dan sepenuhnya dibebaskan dari semua keinginan diri dan hasrat daging; kita akan dekat kepada Tuhan kita dan akan menjadi serupa dengan Dia. Seperti yang telah dituliskan oleh Isaac Watts:
| “ |
Dosa, musuh terburuk saya sebelumnya, Tidak lagi akan menyakiti mata dan telinga saya; Musuh-musuh di dalam saya semuanya akan dibunuh, Setan tidak lagi menghancurkan kedamaian saya. |
” |
Sungguh sesuatu yang luar biasa! Saya rasa jika saya dapat menjadi benar-benar bebas dari setiap kecenderungan untuk berdosa, saya tidak akan peduli di mana saya hidup di bumi atau di surga, di dasar laut bersama Yunus atau di penjara bawah tanah bersama Yeremia. Kemurnian adalah kedamaian; kekudusan adalah kebahagiaan. Mereka yang kudus seperti Allah adalah kudus akan menjadi bahagia seperti Allah bahagia. Ini adalah tujuan utama dari pengharapan kita.
Diambil dari:
| Judul asli buku | : | Finding Peace in Life`s Storms |
| Judul buku | : | Menemukan Kedamaian dalam Badai Kehidupan |
| Judul artikel | : | Diselamatkan dalam Pengharapan |
| Penulis | : | Charles Spurgeon |
| Penerjemah | : | Marlina Nadeak |
| Penerbit | : | Light Publishing, 2009 |
| Halaman | : | 1 -- 27 |
Telah hadir produk terbaru Yayasan Lembaga SABDA berupa DVD "Library SABDA Anak 1.2", yang memuat 10.000+ bahan pelayanan anak.
Dear e-Reformed Netters,
Edisi e-Reformed April akan mengajak Anda memikirkan tentang kekhasan doktrin Reformed mengenai Alkitab, khususnya seputar inspirasi. Tulisan yang kami sajikan ini diambil dari buku yang berisi kumpulan transkrip artikel oleh Pdt. Dr. Joseph Tong, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologia Bandung.
Kiranya melalui pemikiran yang dibagikan oleh Dr. Joseph Tong ini kita semakin mengerti pentingnya menerima Alkitab sebagai firman Allah, dalam keseutuhannya, sehingga tidak ada celah yang membuat kita meragukan Alkitab dari sisi/sudut pandang apapun. Dengan demikian, kita dimungkinkan menikmati kebenaran Alkitab yang membawa kepada pengenalan kepada Allah dengan sepuas-puasnya.
Tuhan memberkati.
Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >
Perspikuitas dan Holoskopositas Alkitab
Banyak literatur yang berbicara tentang pengertian teori inspirasi Kristen. Sebagian besar dari literatur tersebut menekankan pada penggambaran Doktrin Inspirasi dalam konteks pewahyuan Allah. Inspirasi pada dasarnya adalah sebuah bentuk khusus dari wahyu ilahi, di mana Allah melakukan sebuah tindakan pengakomodasian, dengan membiarkan kebenaran-Nya yang absolut dan tidak terbatas, menjadi sebuah bentuk yang terbatas dan relatif dalam ekspresi bahasa manusia. Di dalam pengertian semacam itu, Roh Kudus bekerja secara misterius di dalam hati para hamba -- ya yang terpilih, mengangkat individualitas dan kemampuan khusus mereka, untuk merekam wahyu Allah. Sedangkan Roh Kudus "menghidupi" tulisan tersebut, sehingga tulisan tersebut membawa tanda inspirasi. Roh Kudus juga bekerja di dalam hati orang-orang percaya dan gereja dalam bentuk sebuah kesaksian internal (testimonium intern), yang menuntun gereja dan umat-Nya dalam proses kanonisasi, untuk menerima tulisan-tulisan yang telah diinspirasikan sebagai firman Allah dalam bahasa manusia. Pendapat ini dapat disimpulkan dan disingkat dalam hal-hal berikut ini.
Inspirasi Alkitab adalah organik, bukan mekanik atau sesederhana inspirasi literal, seperti penulis-penulis literatur secara umum.
Inspirasi Alkitab bersifat mandat penuh, bukan sebagian. Dengan kata lain, inspirasi melingkupi totalitas keseluruhan Alkitab. Semua dan setiap bagian dari Alkitab merupakan karya Allah melalui pekerjaan Roh Kudus, yang diselesaikan pada saat, tempat, serta latar belakang budaya yang berbeda. Roh Kudus bergerak dan menuntun hamba-hamba Allah untuk menyelesaikan semua tulisan dengan satu tema, dalam keharmonisan, tanpa konflik atau kontradiksi.
Inspirasi Alkitab dilakukan secara verbal. Kepercayaan ini meneguhkan bahwa inspirasi Allah adalah dalam bentuk bahasa manusia, dan itu merupakan bahasa Alkitab. Sekalipun muncul dalam banyak budaya dan sejarah yang berbeda, akan tetapi saling terikat dan terhubung satu dengan yang lainnya di dalam pekerjaan Roh Kudus.
Inspirasi Alkitab adalah inerrant (tidak dapat bersalah) dan sempurna. Itu merupakan catatan manusia tentang kebenaran Allah sampai keselamatan, kebenaran, kepastian, ketidakberubahan, serta nilai yang paling tinggi. Alkitab tidak pernah menggagalkan umat-Nya.
Singkatnya, inspirasi dari Alkitab bukan merupakan bentuk pendiktean, atau melihat para penulis sebagai sebuah pena dalam tangan Allah. Mereka adalah para hamba Allah yang sederhana dan jujur, yang dipanggil dan dipilih dalam anugerah Allah, di mana Roh Allah datang kepada mereka, menggunakan kecerdasan, kemampuan, dan kepribadian, untuk menuliskan wahyu Allah yang telah diberikan kepada mereka. Mereka menuliskannya dalam bentuk kata-kata bagi umat-Nya di sepanjang generasi. Alkitab merekam apa yang dinyatakan serta meneguhkannya di bawah pemeliharaan yang ilahi, untuk menjadi warisan gereja.
Berdasarkan asumsi semacam itulah kita melihat Alkitab secara serius. Sekalipun kita tidak mengambil Alkitab sebagai dasar yang absolut bagi iman, tetapi kita tetap dengan serius harus menegaskan bahwa tanpa Alkitab, tidak mungkin ada kebenaran dan pengetahuan yang komprehensif tentang Allah dan wahyu Allah. Hal ini berada dalam konteks wahyu Allah yang khusus; Allah memberi kita Kristus dan Alkitab. Karena alasan inilah, gereja tidak hanya percaya bahwa Alkitab adalah firman yang menyaksikan Kristus serta membawa manusia kepada Kristus, tetapi benar-benar adalah firman Allah -- firman Allah yang hidup dari Allah yang hidup!
Berdasarkan penekanan iman kita yang semacam itulah, kita melihat ada dua karakteristik unik dari Alkitab yang tidak dimiliki oleh kanon atau kitab iman yang lainnya, yaitu perspicuity (sifat Alkitab yang jelas dan menjelaskan diri sendiri) dan holoscopicity (sifat Alkitab yang utuh).
Kejelasan Alkitab
Sekalipun Alkitab bukan merupakan keseluruhan dari wahyu Allah, Alkitab merupakan penyataan diri Allah dalam bentuk yang tertulis, yang diselesaikan melalui karya inspirasi. Alkitab merupakan wahyu yang berisi kebenaran yang jelas (conspicuity) dan tajam (perspicuity). Conspicuity artinya wahyu yang sangat jelas, yang merupakan sebuah penyataan yang didampingi oleh wahyu umum dalam ciptaan, yang menyaksikan kuasa yang mulia, kemurahan yang absolut, serta ketuhanan Allah. Perspicuity berarti bahwa wahyu bertujuan untuk memberi manusia hikmat dan pengetahuan yang cukup tentang Allah untuk keselamatan. Dalam konteks perspicuity dari Alkitab, manusia berseru dalam ketaatan bahwa, "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini." (Ulangan 29:29)
Berdasarkan keyakinan terhadap perspicuity Allah, kita percaya bahwa manusia yang tidak berpendidikan, atau buta huruf sekalipun, akan dapat mengerti dengan baik wahyu Alkitab dan mendapatkan pengetahuan tentang Allah ke arah kebenaran dan keselamatan. Sebaliknya, orang yang berpendidikan baik, tidak akan menghabiskan pengetahuan tentang Allah dengan membaca Alkitab bagi dirinya sendiri. Bagi mereka yang merindukan Allah di dalam Roh, mereka akan menemukan kepuasan di dalam firman Allah dalam Alkitab, sehingga tidak ada kebutuhan untuk wahyu khusus di luar Alkitab.
Perspicuity Alkitab menggambarkan kesenangan Allah untuk mengundang anak-anak-Nya, agar dapat menerima pernyataan diri-Nya dalam Alkitab, sehingga mereka dapat menikmati keindahan yang tidak pernah berakhir dari kebenaran dan kuasa firman-Nya, dan menjadi puas di dalam Alkitab dan semua yang ada di dalamnya. Gagasan perspicuity ini disempurnakan dalam pengertian holoscopicity dari Alkitab, yang dijelaskan sebagai berikut:
Kesatuan Alkitab
Kata holoscopicity berasal dari pelajaran fisika, biologi, dan fotografi. Kata ini secara umum disebut dengan holography. Kata ini mengacu pada kenyataan bahwa bagian-bagian tubuh mewakili seluruh tubuh. Seperti sebuah gambar holographic, bahkan bagian yang paling kecil sekalipun mengandung gambar secara keseluruhan, ketika observasi dipresentasikan. Hal ini juga berlaku dalam ilmu fisika, biologi, arkeologi, dan astronomi. Seorang peneliti mendapat pengetahuan biologi secara keseluruhan melalui memelajari sel-sel, bahkan melalui satu gen di dalam sel; atau spesialis pohon dapat mengetahui kondisi pohon hanya dengan memelajari daunnya; seorang arkeologis dapat menarik kesimpulan tentang kehidupan manusia kuno dengan hanya memiliki satu buah gigi, sebatang tulang atau fosil; seorang astronomologis dapat memiliki pengetahuan tentang alam semesta dengan mengobservasi mikrosom dalam hubungannya dengan makrosom, dan seterusnya. Bisa dikatakan bahwa holoscpicity merupakan salah satu asumsi dasar bagi semua peneliti ilmu pengetahuan.
Alkitab adalah Firman Allah yang Jelas
Kita percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah, bukan merupakan sebuah kumpulan dari `kata-kata` Allah. Dengan kata lain, seluruh pesan Alkitab dapat dilihat dari bagian-bagiannya, sebaliknya totalitas dari bagian-bagian tersebut adalah firman Allah. Dengan kerangka pengertian semacam ini, kita mengambil posisi sebagai berikut:
Teks Alkitab Tidak Dapat Dimengerti di Luar Konteksnya
Mengambil pesan Alkitab keluar dari konteks merupakan sebuah tindakan egois dari ketidakpercayaan, serta pemberontakan terhadap kebenaran. Konsekuensinya adalah penghancuran diri sendiri. Seseorang yang melakukan hal tersebut, secara langsung akan menemukan bahwa dia memiliki pola pikir yang kontradiktif tanpa penyelesaian. Jalannya buntu dan menjadi lebih sempit serta ke arah penghancuran diri sendiri. Ini merupakan peringatan yang jelas bagi para ekstremis dan bidat dalam kekristenan.
Jaminan Pengetahuan yang Cukup akan Kebenaran
Menjawab pertanyaan tentang sejauh mana pengetahuan seseorang tentang Alkitab dan kebenaran alkitabiah akan menjamin keselamatannya? Kita harus menjawab pertanyaan ini dalam terang holoscopicity Alkitab. Pertanyaan tersebut pada dasarnya tidak mengarah pada hal yang sifatnya kuantitatif dari pengetahuan tentang kebenaran, akan tetapi kualitatif tentang kepastian dari kebenaran. Ketika kita mengetahui bahwa Alkitab adalah firman Allah, sehingga bagian yang paling kecil, bahkan satu kata dari Alkitab, adalah firman Allah secara keseluruhan. Dengan kata lain, holoscopicity dari Alkitab meyakinkan bahwa kapan pun seseorang mendengarkan firman Allah, apabila Roh Kudus membuka hati dan pikirannya, dia dimampukan untuk percaya dan diselamatkan di dalam Kristus, menuju kehidupan yang kekal (Kisah Para Rasul 16:13-15). Holoscopicity Alkitab meyakinkan kita akan pengetahuan tentang kebenaran yang mengarah pada keselamatan, bahkan dengan menguraikan hanya satu kata dalam Alkitab.
Kerinduan Umat Allah dan Kepuasan Mereka
Holoscopicity Alkitab meyakinkan bahwa sekali kita membaca, maka kita akan selalu merasa haus akan kebenaran. Alkitab menuntun kita untuk mencari kebenaran, untuk meninggalkan doktrin yang dangkal dan masuk ke dalam kesempurnaan (Ibrani 6:1). Ini adalah alasan mengapa ketika seseorang mulai membaca Alkitab, dia akan menemukan kesukaan dalam pembacaannya, dan terdorong ke dalam usaha yang tidak pernah berakhir untuk mengejar dan mencari kehendak Allah, sampai akhirnya dia menjadi puas di dalam Kristus (Filipi 3:12).
Keharusan Prinsip-Prinsip Hermeneutika
Arus utama teologi ortodoks mengasumsikan bahwa prinsip dasar hermeunetika diekspresikan dalam formula Scriptura Scripturae interpres. Prinsip ini telah dimengerti secara luas dan diterapkan oleh orang-orang injili ketika mereka mengutip ayat Alkitab. Akan tetapi, apabila kita memahami makna dari holoscopicity Alkitab, maka prinsip Scriptura Scripturae interpres harus dimengerti dalam prinsip Alkitab menafsirkan dirinya sendiri. Di atas penekanan semacam itulah, kita dapat melihat koherensi dan saling keterkaitan dari setiap bagian Alkitab, dan melihat bagaimana semua bagian bertemu menjadi sebuah tema sentral. Berdasarkan asumsi kesatuan organik dari Alkitab yang semacam itulah, Allah telah memelihara kontinuitas, kesatuan, dan kelengkapan Alkitab. Kemudian kita memiliki keberanian untuk bersaksi tentang kesetiaan Allah yang pasti dengan mengatakan, "...dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN" (Yeremia 23:28).
Wahyu yang Sempurna dan Keseluruhan Inspirasi Allah
Seperti yang telah kita katakan, sekalipun Alkitab bukan merupakan wahyu Allah secara keseluruhan, akan tetapi itu merupakan penyataan Allah yang lengkap, yang diberikan kepada kita melalui inspirasi. Ini merupakan pengakuan iman gereja bagi semua generasi, untuk menerima Alkitab sebagai sebuah kanon yang tertutup. Berdasarkan pengakuan semacam itulah, gereja menolak segala macam tulisan di luar Alkitab sebagai kanon yang memiliki otoritas atau yang dapat digunakan sebagai fondasi bagi iman dan praktik kristiani.
Menurut pendapat Agustinus, kita menyadari bahwa gereja memerlukan iluminasi untuk mengerti kebenaran Alkitab, sekalipun wahyu atau karya iluminasi serta inspirasi lainnya dapat dipertimbangkan, khususnya bagi pemupukan rohani pribadi dan instruksi di dalam gereja. Akan tetapi, mereka tidak pernah diberlakukan sebagai fondasi atau arah iman gereja. Konsep ini merupakan konsekuensi dari penekanan sifat yang lengkap dari perspicuity dan holoscopicity Alkitab. Alkitab sebagai kanon yang tertutup sangat jelas. Oleh karena itu, kita tidak memerlukan wahyu lainnya, baik itu personal maupun komunal, untuk melengkapi iman berdasarkan sifat holographic dari setiap bagiannya. Seseorang yang gagal untuk menghargai holoscopicity Alkitab, pasti mengalami kegagalan untuk membuka pintu bagi kebenaran itu sendiri.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, teologi dalam pendekatan Reformed menyatakan bahwa Alkitab merupakan wahyu khusus yang diberikan Allah bagi gereja dalam bentuk inspirasi, di mana Allah menyatakan diri-Nya sendiri dan mengizinkan pernyataan diri-Nya direkam dalam bahasa manusia dalam bentuk tulisan. Alkitab merupakan wahyu khusus, firman Allah yang dikomunikasikan kepada kita dalam bahasa manusia, yang telah melewati proses kanonisasi, dan meliputi juga pemeliharaan melalui kesaksian internal dari Roh Kudus. Gereja menerima Alkitab sebagai kanon tertutup bagi semua gereja, di mana saja dan kapan saja. Alkitab juga merupakan satu bentuk wahyu Allah yang umum, yang merupakan hikmat yang terbaik dan literatur yang paling indah di seluruh dunia dan tidak ada duanya.
Di samping itu, konteks dari pengertian wahyu khusus dalam keselamatan adalah meneguhkan bahwa Alkitab merupakan anugerah Allah yang khusus. Alkitab merupakan buku yang kudus, yang diberikan Allah bagi umat-Nya. Di bawah karya dari Roh Kudus dan dalam bentuk kesaksian internal, gereja dituntun untuk mengonfirmasikan keotentikannya, serta menyatakan bahwa ia merupakan kanon yang tertutup, untuk dibaca dan dinikmati bagi anak-anak-Nya. Untuk itu Alkitab merupakan sesuatu yang diterima sebagai doktrin, teguran, koreksi, serta instruksi dalam kebenaran, bahwa umat Allah harus menerima lengkap sepenuhnya bagi setiap pekerjaan baik (2 Timotius 3:16), ... untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci (Roma 15:4), ... sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu (2 Petrus 1:19). Untuk alasan semacam inilah, di bawah jaminan penuh dari "perspicuity" dan "holoscopicity" Alkitab, kita harus seperti orang Berea, menerima firman dengan segenap kesiapan, serta menyelidiki Kitab Suci setiap hari (Kisah Para Rasul 17:11).
Tulisan ini telah dimuat dalam Jurnal Teologi STULOS 2/1, STT Bandung, Mei 2003, Hal. 113-120

