Paradoks Kasih dan Keadilan Allah: Predestinasi

Oleh: Ayub

Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK), atau sering disebut “Progsif”, merupakan salah satu kegiatan pembelajaran rohani yang saya nantikan dalam beberapa bulan terakhir. Sudah beberapa waktu lamanya, saya merindukan untuk belajar sesuatu, dan puji Tuhan, pada 23 — 24 Januari 2017, kegiatan ini diadakan kembali. Tema kali ini sangat menarik, “Paradoks: Kasih dan Keadilan Allah“. Rekan saya, Okti, sudah menulis blog tentang progsif ini untuk hari pertama, tanggal 23 Januari 2017. Nah, sekarang saya membahas untuk hari yang kedua. Semula, saya hanya menebak bila inti yang disampaikan adalah tentang salib Kristus, tetapi ternyata tidak sepenuhnya benar. Tema dari seminar tersebut malah mengerucut pada salah satu doktrin kontroversial yang sebenarnya justru adalah dasar dari iman Kristen. Topik ini dibahas pada hari kedua, yaitu “Predestinasi”. Wah, tentu topik ini semakin membuat saya tertarik dan ingin belajar lebih.

Tentu tidak asing lagi bila mendengar istilah “Predestinasi”. Predestinasi merupakan salah satu doktrin penting dan mendasar dalam iman Kristen. Predestinasi adalah keyakinan bahwa Tuhan sudah memilih seseorang untuk memperoleh anugerah keselamatan dan menjadi milik-Nya sejak sebelum dunia dijadikan.

Beberapa hal baru saya dapatkan melalui seminar ini, yaitu tentang predestinasi melalui kisah Kain dan Habel. Kisah tersebut cukup jelas mewakili keberadaan orang pilihan yang beriman dan orang bukan pilihan yang akan binasa. Salah satu pertanyaan yang begitu mengusik saya adalah, “Apakah ada orang yang sebenarnya layak untuk menerima anugerah keselamatan?” Seorang pun tidak! Tuhan memilih kepada siapa Ia berkenan memilih meskipun manusia telah melawan Tuhan dan diusir dari Taman Eden, seperti yang dinyatakan oleh kitab Kejadian, tetapi Tuhan tetap mengasihi. Semua orang pilihan adalah orang yang TIDAK LAYAK menerima pengampunan. Keselamatan hanya oleh anugerah yang dikerjakan melalui salib Kristus semata. Konsekuensi dari dosa tetap kita peroleh, yaitu keadilan Tuhan yang ditanggung oleh Kristus, supaya kita beroleh kasih kekal Bapa dan penyertaan Roh Kudus sepanjang zaman.

Pertanyaan lain yang muncul dalam seminar ini adalah, “Untuk apa menginjili ketika Tuhan sudah menentukan keselamatan seseorang?” Seseorang yang dipilih adalah seseorang yang mengalami penebusan oleh salib dan darah Kristus (1 Petrus 1:18,19), Injil menjadi pintu masuknya. Kita tidak akan pernah tahu siapakah orang di sekitar kita yang disebut orang pilihan. Belum tentu semua orang Kristen adalah orang pilihan, dan semua orang non-Kristen adalah bukan orang pilihan. Injil akan membawa seseorang pada pertobatan dan penemuan kepada Sang Juru Selamat Kristus Yesus, dan orang pilihan pasti akan mendengar dan menerima Injil dengan segenap hati.

Ketika Kristus menuju pada kematian di kayu salib, Dia mengatakan bahwa Dia mengampuni mereka semua, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Tuhan memberikan pengampunan kepada semua orang, tetapi hanya orang yang dipilih-Nya yang akan beroleh keselamatan kekal. Seminar kali ini mengusik saya untuk lebih serius dan tidak buta dalam menginjili orang. Diperlukan hikmat dari Roh Kudus yang akan membawa saya untuk memberitakan Injil bagi orang-orang pilihan-Nya. Solus Christus!

Diambil dari:

Nama situs: Blog SABDA

URL: http://blog.sabda.org/2017/02/17/paradoks-kasih-dan-keadilan-allah-prede...

Judul asli: Paradoks Kasih dan Keadilan Allah: Predestinasi

Penulis: Ayub

Komentar