Khotbah Harus Alkitabiah

Prinsip yang harus diingat oleh seorang pengkhotbah, yaitu: "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus " (2 Korintus 4:5). Pusat pemeberitaan khotbah adalah Yesus Kristus sebagai Tuhan. Apapun jenis-jenis khotbah, jika pusat pemberitaannya bukan Yesus, itu bukan ajaran yang sehat. Karena khotbah yang disampaikan entah satu ayat atau satu perikop, bukanlah penentu apakah khotbah itu alkitabiah atau tidak alkitabiah. Termasuk singkat atau lamanya durasi khotbah bukan sebagai jaminan, bahwa khotbah itu berkualitas baik dan sehat.

Khotbah yang alkitabiah dan sehat adalah mengekspos bagian Akitab secara sistematik ayat demi ayat atau paragraf demi paragraf. Prinsip ini membutuhkan ketrampilan khususuntuk meneliti (eksegese) teks Alkitab tersebut, sehingga menemukan makna sebenarnya dari teks itu dan melihat relevansinya serta menjelaskan sesuai dengan garis besar khotbahnya. Gordon D. Fee mengatakan, bahwa: penafsiran Alkitab (eksegesis) dibutuhkan karena "ketegangan" yang ada diantara relevansi kekalnya dengan keistimewaan historisnya. Artinya selain menemukan makna sebenarnya, melalui studi eksegesis ini, pengkotbah terhindar dari kesalahan-kesalahan eisegesis. Karena godaan besar bagi pengkotbah yang fasih berbicara, adalah tidak mau meneliti bagian teks Alkitab dengan sabar dengan mempertimbangkan prinsip hermeneutika yang sehat. Sehingga isi khotbah yang disampaikan terdengar seperti alkitabiah, tetapi bukan alkitabiah yang sesuai prinsip hermenutika. Tindakan ini disebut, menggeser berita Alkitab dan menggantikannya dengan berita-berita lain - termasuk pengalaman sendiri. Karena itu, gereja yang besar belum tentu khotbah-khotbahnya baik dan sehat. Tetapi gereja yang sehat secara iman, pasti memiliki pengajaran/khotbah yang benar sesuai prinsip Alkitab. Ini tidak bisa dibohongi.

Sumber:

Nama Sumber : Jurnal Teologi STULOS
Judul artikel : Khotbah harus Alkitabiah
Penulis: : Harapan Sianturi
Penerbit : STT Bandung 2012
Halaman : 101-102

Komentar