Injil dan Kuasa Roh Kudus

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Sebagai orang percaya, kita pasti tidak asing dengan istilah Amanat Agung. Sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia memerintahkan kepada para murid agar mereka pergi memberitakan Injil. Kita, sebagai murid Kristus, juga mengemban tugas yang sama, yaitu memberitakan Injil. Namun, tanpa kita sadari, terkadang yang menjadi hambatan Injil didengar oleh orang lain datang dari dalam diri orang Kristen sendiri. Saat pemimpin gereja memilih diam, Tuhan membangkitkan organisasi-organisasi paragereja untuk mengerjakan apa yang belum dikerjakan oleh gereja.

Pemberitaan Injil juga tidak terlepas dari tuntunan Roh Kudus. Roh Kudus yang akan memperlengkapi kita dan memberi hikmat kepada kita saat kita mengabarkan Injil. Di mana kita diurapi oleh kuasa Roh Kudus, di sana padang belantara menjadi tanah yang subur. Akan tetapi, jika kita tidak memiliki urapan dari Roh Kudus, Bait Allah di Yerusalem pun bisa menjadi tanah yang tandus.

Kiranya melalui artikel yang kami sajikan ini, kita dapat lebih mengerti tentang hambatan yang mencegah Injil diberitakan dan pentingnya kuasa Roh Kudus yang bekerja saat kita memberitakan Injil. Penginjilan tidak dapat terlepas dari kuasa Roh Kudus. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.

Ayub T.

Pemimpin redaksi e-Reformed,
Ayub T.

Edisi: 
Edisi 188/Mei 2017
Isi: 

Injil bukan untuk kalangan sendiri

Karena orang-orang Israel tidak setuju dengan Injil Yesus Kristus, mereka berusaha menangkap para rasul. Setelah Yesus naik ke surga, para rasul berdoa. Mereka takut. Meskipun Yesus sudah bangkit, tetapi mereka tidak tahu apakah kebangkitan-Nya menjadi jaminan penyertaan-Nya. Mereka tidak punya pegangan dan tidak ada kepastian sehingga mereka mengunci semua pintu dari dalam, bukan dari luar. Petrus, Yohanes, Yakobus, dan rasul-rasul lain yang mengunci diri itu tidak bijaksana. Itu penakut. Itu keadaan kurang beriman, kurang percaya. Dari peristiwa yang penting ini, terlihatlah bahwa pintu Injil tidak pernah ditutup dari luar; Injil selalu ditutup oleh orang Kristen sendiri. Pintu Injil tidak bisa ditutup oleh komunisme, liberalisme, ataupun musuh-musuh dari luar. Pintu lnjil selalu ditutup oleh pemimpin-pemimpin gereja yang tidak berani mengabarkan Injil. Sampai kapankah kita begitu takut? Mengapa yang menginjili di Irian Jaya adalah orang-orang berkulit putih, bukan orang yang berkulit sawo matang? Apa sebabnya kita belum sadar? Kita masih berada pada tahap kita melihat: sudah mempunyai gereja yang sejarahnya cukup lama, organisasinya cukup kuat, dan segala sesuatu cukup sistematis, lalu merasa puas.

Di Taiwan, seorang pendeta berkata kepada saya, "Pak Stephen Tong, gereja saya sangat penuh." Saya bertanya, "Apa sebab gerejamu penuh?" Dia bilang, sebab mereka hebat. Hati saya sedih sekali. Saya berkata, "Maaf pendeta, jawabanmu kurang baik." "Oh, maaf! Sebab, saudara-saudara kita giat sekali." "Saya kira jawaban ini lebih baik, tetapi masih kurang." Dia pikir, pikir, "Oh, sebab anugerah Tuhan." Saya bilang itu sudah lebih baik, tetapi masih kurang. Setelah tiga kali saya menjawab kurang baik, dia menjadi marah. "Kalau begitu jawaban apa yang paling baik menurutmu?" Saya berkata, "Gerejamu bisa penuh karena ada empat dinding. Coba bongkar dindingmu. Penuh tidak?" Saudara mau gerejamu penuh, gampang sekali: bikin lebih kecil, pasti penuh; lebih kecil lagi, lebih penuh. Akan tetapi, Tuhan Yesus berkata, "Aku masih memiliki domba di sana, bukan di sini. Aku harus membawa mereka masuk ke dalam kandang domba ini."

Apa artinya gereja dan misi, misi dan gereja? Hanya menggembalakan gereja dan anggota yang ada belum berarti mengerjakan pekerjaan Tuhan secara sempurna. Kita harus pergi mencari domba-domba yang tersesat. Billy Graham mengatakan bahwa karena gereja-gereja mempunyai cukup banyak kesibukan sehingga mereka kekurangan waktu, Tuhan membangkitkan organisasi-organisasi "parachurch" untuk mengisi apa yang belum dikerjakan oleh gereja-gereja. Berapa banyak gereja tidak pernah mengirim uang ke lembaga Alkitab, ke seminari-seminari, ke siaran radio Kristen, dan menunjang pekerjaan penginjilan yang lain? Mereka hanya mementingkan gerejanya saja. Kalau ada uang, bikin lebih besar, bikin lebih besar lagi, untuk membanggakan diri, seolah-olah mereka memonopoli pekerjaan Tuhan. Akan tetapi, Saudara, siapakah yang memberitakan Injil melalui siaran radio ke RRC, ke Rusia, ke Jerman Timur, ke Polandia, ke Cekoslowakia, dan ke tempat-tempat lain yang tidak bisa dikunjungi oleh para penginjil karena mereka dilarang masuk ke sana? Tentu harus ada orang yang membuat program, yang menerjemahkan Alkitab, yang menyiarkan, dan yang memberikan daya listrik yang cukup untuk mendukung penyiaran itu. Banyak gereja kurang memperhatikan hal-hal demikian sehingga Tuhan membangkitkan yang lain. Marilah kita bekerja sama, baik dalam penggembalaan maupun dalam organisasi "parachurch", dengan tidak lagi memisahkan engkau-engkau, saya-saya, karena kerajaan Allah lebih penting dari denominasi dan dinding-dinding yang mengelilingi domba-domba yang diberikan Tuhan kepada saya. Dengan demikian, hati kita akan menjadi lebih lapang, dan pandangan kita pun akan menjadi lebih luas. Saudara perhatikan, di desa-desa yang paling kecil ada coca-cola, tetapi tidak ada Injil; ada sampo dan kosmetik apa saja, tetapi belum ada guru Injil; ada onderdil-onderdil mobil dari Jepang, tetapi tidak terdengar ada orang memberitakan Injil di sana. Sampai kapankah kekristenan harus tertinggal begitu jauh?

Roh Kudus dalam penginjilan

Di mana engkau diurapi oleh kuasa Roh Kudus, di sana padang belantara menjadi tanah yang subur. Akan tetapi, jika engkau tidak memiliki urapan dari Roh Kudus, Bait Allah di Yerusalem pun bisa menjadi tanah yang tandus. Dalam Lukas 3 tertulis, "Pada waktu Herodes menjadi raja wilayah Galilea, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi imam besar, pada waktu mereka di tanah Yudea, Roh Allah turun kepada Yohanes Pembaptis di padang belantara. Mengapa Yohanes Pembaptis tidak berkhotbah di Bait Allah di Yerusalem? Bukankah di sana ada mimbar yang tinggi, ada orang-orang yang terlatih dalam Talmud, Misnah, dan teologi orang Israel? Namun, Alkitab mengatakan bahwa Roh Tuhan bukan turun di sana, melainkan di padang belantara sehingga Yohanes Pembaptis menjadikan padang belantara tempat ratusan ribu orang menerima Tuhan Yesus. Stephen Tong, Thomas Wong, atau Chris Marantika tidak berarti apa-apa, tetapi pada waktu Roh Kudus turun dan mengurapi mereka, barulah penginjilan yang mereka lakukan bisa sukses. Oleh sebab itu, demi nama Tuhan Yesus, saya berkata kepada para pemuda-pemudi yang masih duduk di bangku SMP, SMA, ataupun universitas, "Engkau yang tidak punya uang, yang belum memiliki gelar dan pengalaman, jika engkau mau datang dan berkata kepada Tuhan, "Di sini saya, saya mau menyerahkan diri, mau dipakai oleh-Mu, Tuhan. Saya mau mempelajari Injil baik-baik dan mau dipenuhi oleh Roh-Mu yang kudus," engkau akan menjadi orang yang dipakai oleh Tuhan.

Dalam Amanat Agung, Yesus memerintahkan, "Pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku." Semangat lnjil adalah pergi, pergi! Akan tetapi, dalam Kisah Para Rasul, Yesus memerintahkan mereka untuk menunggu di Yerusalem, jangan pergi dulu, sampai Roh Kudus turun ke atasmu. Inilah yang disebut paradoks (seolah-olah bertentangan, tetapi tidak). Mereka menunggu dan menunggu, lalu Roh Kudus turun dan memenuhi mereka pada hari Pentakosta yang hanya terjadi satu kali dalam sejarah dan tidak pernah terulang lagi. Hari Pentakosta adalah hari jadi gereja. Pada hari itu, umat Tuhan berkumpul bersama menjadi tubuh Kristus, dan Roh Kudus yang dikirim pada hari itu tidak ditarik kembali untuk selama-lamanya sampai kita berjumpa dengan Yesus Kristus. Sebagaimana janji Yesus, "Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi kepada Bapa. Sebab, jika Aku tidak pergi, Roh Kudus tidak akan datang kepadamu, tetapi jika Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu, dan Ia beserta denganmu sampai selama-lamanya."

Roh Kudus sudah turun satu kali dan tidak turun lagi; lalu bagaimana dengan orang-orang Kristen dalam setiap zaman? Kita menerima Roh yang sudah diberikan kepada gereja untuk memenuhi kita. Kelahiran baru yang sejati mencakup juga baptisan Roh Kudus secara otomatis. Pada waktu engkau lahir baru, statusmu sebagai orang berdosa berubah menjadi orang suci, maka Roh Kudus pun akan berdiam dalam hatimu dan menjadi Tuan dalam hidupmu. Dia akan menguasai seluruh pikiran, emosi, dan kemauanmu. Setelah Roh Kudus memenuhi engkau, engkau diberi kuasa, diberi urapan, diberi kekuatan, diberi perlengkapan, dan dipersiapkan untuk menjadi saksi Kristus.

Mengapa penginjilan tidak dapat terlepas dari kuasa Roh Kudus? Perhatikan dengan teliti perkataan Petrus, "Kami (rasul-rasul) adalah saksi dari segala sesuatu itu (yaitu kematian dan kebangkitan Kristus, dua hal yang paling penting, yang merupakan inti dan fondasi dari Injil Yesus Kristus, yang menjadi pengharapan satu-satunya bagi manusia yang berdosa untuk kembali kepada Tuhan), kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia" (Kis. 5:32). Puji Tuhan! Barangsiapa betul-betul setia dan taat kepada injil serta meninggikan Kristus dengan motivasi yang murni, tidak mungkin tidak didampingi oleh Roh Kudus.

Penginjilan bukan pidato, bukan pertambahan anggota gereja, bukan juga kemegahan supaya orang lain melihat denominasi saya berkembang. Penginjilan adalah peperangan rohani untuk merebut manusia yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah yang berada di dalam tangan setan, agar ia keluar dari situ dan masuk ke dalam kerajaan Anak Allah yang kekal. Dengan demikian, tidak boleh ada seorang pun mengabarkan Injil tanpa kuasa Roh Kudus karena setan tidak takut gerejamu besar, tidak takut engkau punya teologi yang hebat dan pengetahuan yang kuat, tetapi setan paling takut engkau memiliki kuasa Roh Kudus. Sejak bulan Maret 1957 sampai sekarang, sudah 20.000 kali saya berkhotbah, tetapi tidak satu kali pun saya berani naik ke atas mimbar tanpa Roh Kudus memimpin saya. Setiap kali sebelum naik saya berkata kepada Tuhan dengan gemetar, "Tuhan jika Engkau tidak naik, saya juga tidak mau naik."

Download Audio

Diambil sebagian dari:
Nama buku : Majalah Momentum
Judul asli artikel : Amanat Agung dan Roh Kudus
Sub judul : Injil Bukan Untuk Kalangan Sendiri
Penulis artikel : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit : LRII, Jakarta, 1988
Halaman : 22-25

Komentar