Skip to main content

Siap Atau Tidak?

Adven adalah waktu untuk menunggu kedatangan Mesias secara aktif, mempersiapkan diri untuk menerima damai sejahtera dan keadilan yang akan datang. Ada dua cara untuk kehilangan makna Adven: dengan tidak siap menghadapi penundaan kedatangan, seperti dalam perumpamaan sepuluh gadis, dan dengan merasa tidak perlu menunggu lagi ketika hidup sudah nyaman. Yesaya mengingatkan umat agar tidak terjebak dalam kepuasan diri, melainkan terus mengenali dan mengharapkan pemerintahan Allah dalam kehidupan mereka.

  • Adven
  • Menunggu Mesias
  • Kesiapan
  • Pernikahan gadis
  • Kehilangan Adven
  • Nabi Yesaya
  • Pemerintahan Allah
  • Adven merupakan masa menunggu yang aktif untuk kedatangan Mesias, dimana kedatangan-Nya membawa damai sejahtera dan keadilan.
  • Persiapan penting untuk menyambut kedatangan, seperti dalam perumpamaan sepuluh gadis yang membagi dua antara yang siap dan yang tidak siap.
  • Kehilangan Adven bisa terjadi karena ketidaksiapan dan kurangnya kesadaran akan kebutuhan untuk menunggu.
  • Sejarah Nabi Yesaya menunjukkan bahwa masyarakat yang merasa puas diri dan tidak menunggu kehadiran Allah akan mengalami kehampaan spiritual.
  • Yesaya melukiskan kondisi Yehuda yang terlihat makmur namun sebenarnya sedang menghadapi kerusakan jiwa dan sosial.
  • Penting untuk menunggu dengan penuh harap dan mengenali penguasa sejati, agar tidak terjebak dalam kepuasan yang semu.

Penulis_artikel
Agus Barlianto Sadewa
Tanggal_artikel
13 Desember 2013
Isi_artikel

Nas: Yesaya 1:1-9; Matius 25:1-13

"Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya." (Yesaya 1:3)

Adven adalah tentang menunggu. Menunggu Seseorang Yang Akan Datang. Menunggu Mesias. Menunggu dalam Adven tidaklah pasif, melainkan aktif. Mesias datang, dan dengan kedatangan-Nya damai sejahtera dan keadilan memerintah. Oleh karena itu, kita harus rajin bersiap-siap.

Sedikitnya, ada dua hal yang dapat menyebabkan kita gagal dalam bersiap, dua cara yang dapat membuat kita "kehilangan" Adven. Yang pertama digambarkan dalam perumpamaan sepuluh gadis. Ada sebuah pernikahan dan sebagaimana lazimnya, gadis-gadis sahabat mempelai perempuan menunggu mempelai laki-laki untuk mengiringinya ke pesta dan perayaan pernikahan. Tetapi, mempelai laki-laki terlambat. Pernikahan-pernikahan Timur Tengah agaknya memang tak pernah tepat waktu. Lima gadis mengantisipasi masalah ini dan bersiap-siap dengan minyak tambahan agar pelita mereka tetap menyala. Akan tetapi, lima gadis lainnya tidak begitu siap. Mereka tidak mengantisipasi kedatangan mempelai laki-laki sebagaimana mestinya dan tidak mempersiapkan diri dalam penantian untuk kemungkinan terjadinya penundaan. Lima menunggu dengan kesiapan, lima lainnya tidak. Mereka yang siap memasuki pesta, mereka yang tidak siap tertinggal di luar. Inilah hal pertama yang dapat menyebabkan kita kehilangan Adven. Kita dapat kehilangan Adven hanya dengan tidak siap, karena tidak menjalani hidup kita dengan cara terus-menerus mempersiapkan diri bagi kedatangan Kerajaan sukacita, damai sejahtera, dan keadilan.

Namun, ada cara lain yang dapat membuat kita kehilangan Adven. Kita dapat kehilangan Adven dengan tidak menunggu sama sekali. Anda lihat, bila kita puas dengan hidup kita sendiri, bila kita berpikir bahwa: "Apa yang kau lihat itulah yang kau peroleh," bila kita memiliki suatu pendirian bahwa kita telah "tiba" dan tak perlu melanjutkan perjalanan, maka tak ada lagi yang perlu kita tunggu. Inilah kenyataan yang Nabi Yesaya hadapi delapan abad sebelum Kristus.

Kita akan mencoba melihat konteks dari zaman Nabi Yesaya. Pelayanan Yesaya dimulai sejak pemerintahan Raja Uzia yang makmur di Yerusalem. Fakta menunjukkan bahwa sejak Raja Uzia berkuasa, kekuatan dan kemakmuran Yehuda hanya berada di kelas dua bila dibandingkan dengan era Raja Daud dan Salomo. Meskipun peta politis berada dalam proses perubahan terus-menerus (kerajaan utara, yaitu Israel, menjadi tawanan Assyrian pada 722 sM; sementara kerajaan selatan, yaitu Yehuda, sibuk mengikatkan diri pada berbagai aliansi dengan Mesir dan Syria (Aram) demi menjaga keamanannya dari ancaman Assyrian), suasana hati di Yerusalem tetap tenang. Bagaimanapun, Yerusalem adalah kota Daud! Dengan raja keturunan Daud di atas takhta dan Allah di Bait Suci, kejahatan apa yang dapat menimpa kita? Apa yang perlu kita tunggu lagi? Segala yang kita inginkan sudah di sini. Karena kita memiliki perjanjian yang aman dengan Allah Israel, kita telah tiba, dan buktinya ialah kemakmuran kita. Siapa yang butuh Adven bila janji telah digenapi?

Maka, masuklah Yesaya dengan pembacaan yang amat berbeda. Yehuda telah datang? Baik, bila sakit parah adalah gagasan Anda tentang kedatangan, maka ya, Yehuda memang telah datang. Dalam nubuat pembukaan, Yesaya menembus rasa puas diri Yehuda terhadap harta kekayaan dan percaya berlebihan pada perjanjian. Ia menggambarkan Yehuda sebagai tubuh yang memar, terluka, dan berdarah-darah. Pada saat Yehuda melihat dirinya aman dalam perbatasan-perbatasannya, Yesaya melukiskan potret orang-orang asing yang melahap hasil tanah dan sebuah kota yang terkepung.

Mengapa? Mengapa Yesaya melihat kehancuran dan keambrukan, sementara yang lain melihat kota yang makmur dan aman? Sebab, Yesaya tahu benar bahwa kehidupan kultural dan pribadi Yehuda yang tidak lagi menunggu pemerintahan Allah karena berpikir bahwa pemerintahan itu telah direalisasikan, sesungguh-sungguhnya berada di jalur kematian. Ketika kehidupan perjanjian sudah begitu terstruktur untuk melayani kepentingan si kaya dengan jalan mengorbankan si miskin, maka ini sebenarnya perjanjian dengan kematian.

Mempelai laki-laki berkata pada gadis-gadis itu, "Sesungguhnya aku tidak mengenal kamu." Yesaya berkata: Israel tidak mengenal pemiliknya -- "Umat-Ku tidak memahaminya". Marilah kita memasuki masa Adven ini dengan pengenalan dan pemahaman. Marilah kita menunggu dengan penuh harap.

Diterjemahkan dari The Advent of Justice: A Book of Meditation (1993). Brian Walsh, Richard Middleton, Mark Vander Vennen, Sylvia Keesmaat. Penerbit CJL Toronto, Canada.

Sumber Artikel

Diambil dan disunting dari :

Judul buletin: Momentum, Volume 53 (September 2003)
Penulis : Agus Barlianto Sadewa
Halaman : 33 -- 34