Renungan Panggilan Ulang

Penulis_artikel: 
Pdt. Caleb Tong
Isi_artikel: 

"Karena itu beginilah jawab Tuhan: Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapanKu, ...." (Yer 15:19a)

Pada setiap jaman Tuhan memanggil sejumlah orang yang dipilihNya untuk menjadi co-worker, teman sekerja dalam pekerjaanNya. Ini merupakan hal yang penting dan mulia. Panggilan Tuhan ini membentuk pribadi seorang hamba Tuhan, dan berdaya cipta, sebab pada dasarnya motivasi untuk melayani bukanlah inisiatif dari diri sendiri.

Tuhan memanggil orang-orang yang dimilikiNya itu menurut caraNya sendiri. Ada yang dipanggil melalui suatu mimpi, penglihatan, pendengaran di dalam hatinya, atau juga melalui orang lain, melalui hamba Tuhan, melalui orang tuanya, melalui pacarnya, dll. Segala macam cara bisa Tuhan pakai, misalnya seperti Samuel, orang tuanya telah menyerahkan dia menjadi hamba Tuhan bahkan sebelum ia ada dalam kandungan. Panggilan itu akhirnya menjadi nyata setelah bertumbuh dalam pengenalan yang benar. Memang Tuhan tidak pernah memaksa, tetapi apabila Tuhan menghendaki Tuhan dapat membuat sedemikian di dalam kuat kuasaNya sehingga kita akan merelakan diri untuk dipaksa. Oleh karena itu ada kalanya panggilan itu harus melewati proses yang panjang, karena ketidakrelaannya atau keraguannya untuk menyerahkan diri kepada Tuhan. Mungkin pada waktu remaja, Saudara telah menerima panggilan pertama. Kegirangan yang luar biasa, tetapi sesudah itu lupa. Dan setelah masuk universitas atau setelah menikah baru nyata pada panggilan yang kedua.

Yeremia, adalah salah seorang hamba Tuhan yang harus melewati tahapan- tahapan itu. Jika ayat di atas Saudara bandingkan dengan Yeremia 1:4, maka Saudara lihat ini adalah suatu penegasan ulang, panggilan ulang yang Tuhan meteraikan sekali lagi. Pada waktu itu Yeremia dalam keadaan frustrasi, down dan stress berat. Ia merasa menjadi seorang yang tidak mampu lagi melayani Tuhan. Oleh bangsanya ia hanya dianggap sebagai seorang muda yang pandai bernyanyi dan bermain kecapi. Kalau nyanyiannya sedang baik dan merdu maka mereka mendengarkan, tetapi kalau nyanyiannya kurang baik mereka hanya geleng-geleng kepala. Bangsa Israel adalah bangsa yang keras kepala, tidak lagi terharu oleh Firman Tuhan, sehingga Yeremia akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dan berkata, "... aku tidak mau lagi menyebut nama Tuhan ..." Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana bisa mengembalikan suatu motivasi yang murni dan hasrat yang baru di dalam pelayanannya Ia telah letih lesu, tidak mau lagi melayani Tuhan dan sudah jauh dari Tuhan.

Di dalam ayat 19, dihadapan Yeremia sekali lagi Tuhan membeberkan keadaan bangsanya, bangsa yang melawan Allah, melawan kebenaran, melawan hamba Tuhan. Tuhan mendorong dia untuk menantang jaman bahkan menantang bangsanya. "... jikalau engkau mau kembali, Aku akan menggembalikan engkau ..." "Kenapa engkau bersungut-sungut, kenapa putus asa, Yeremia? Coba marilah kita kembali memikirkan ... memulihkan bangsa ini kembali kepadaKu bukanlah berdasar pada kemampuanmu tapi adalah berdasar pada janjiKu, panggilanKu, penyertaanKu dan kuasaKu yang nyata dalam kelemahanmu ..." Di sinilah Tuhan mengembalikan Yeremia pada panggilanNya yang semula.

Saya sebelumnya tidak pernah memikirkan mengapa saya menjadi hamba Tuhan. Tetapi pada suatu hari saya membuka-buka kembali catatan harian saya. Di situ saya menemukan catatan waktu saya lulus SD, kelas 6 (saya masih ada di Tiongkok). Pada waktu itu guru saya bertanya, "Kelak kalau sudah besar mau jadi apa?" Saya menjawab: "Mau jadi pendeta." Saya pikir aneh mengapa waktu itu saya ingin menjadi pendeta. Tapi sesudah SMP dan SMA saya sudah lupa. Saya telah lupa, tetapi Tuhan tidak lupa. Kita tahu di dalam hidup kita kadang-kadang Tuhan berulang kali harus memanggil kita. Ada kalanya kita sudah melayani Tuhan, tetapi untuk jangka waktu tertentu mundur dan kita tidak mau lagi melayani Tuhan. Dalam keadaan demikian Tuhan tidak pernah bosan mengingatkan kita pada panggilanNya yang semula.

Melayani Tuhan bukan berarti full-timer atau part-timer, tetapi fulllife untuk Tuhan. Saya kurang setuju kalau semua orang meninggalkan profesi dan pekerjaannya untuk menjadi hamba Tuhan tanpa ada panggilan khusus. Kalau Saudara jelas dipanggil Tuhan mengkonsentrasikan pikiran hanya untuk doa dan pemberitaan Firman berarti Saudara harus merelakan diri dengan sungguh-sungguh, jangan lagi minta dispensasi dan kompensasi. Ini panggilan yang amat pribadi sifatnya. Tuhan menentukan pola rancangan hidup bagi setiap pribadi secara khusus. Saudara dilahirkan satu persatu, dipanggil juga satu persatu, dan Saudara juga ditempatkan satu persatu secara khusus oleh Tuhan. Saudara pasti dapat menjadi pelayan Tuhan melalui karier dan talenta yang ada pada diri Saudara sebaik seperti Saudara yang lain yang dipanggil sebagai hamba Tuhan full-time.

Bagi Yeremia panggilan ulang Tuhan itu jelas sekali, '... jika engkau mau kembali, aku akan mengembalikan engkau ...' Ini suatu janji yang indah sekali. Jangan Saudara katakan tidak mungkin! Itu bukan cara berpikir orang Kristen. Segala sesuatu harus dipikirkan mungkin bagi Tuhan. Peganglah janji Tuhan. Kalau Tuhan memang jelas memanggil Saudara kembali menjadi hamba Tuhan, layanilah Dia dengan sepenuh hatimu, dengan sekuat tenagamu, dengan sepenuh pikiranmu, akal budimu, jiwamu, perasaanmu, dan kemauanmu untuk Tuhan. Tetapi kalau dengan jelas Tuhan memilih Saudara menjadi seorang part-timer pelayan Tuhan, Saudara harus dengan baik-baik menuju pada jenjang yang paling top, di dalam ketrampilanmu, kemampuanmu dan profesimu. Di situ Saudara dapat menggunakan ketrampilan dan kemampuanmu untuk bersaksi bagi Tuhan, di kalangan orang-orang yang sederajat dengan Saudara, bahkan di kalangan yang lebih tinggi, sehingga Saudara dapat menjangkau setinggi mungkin dalam ilmu dan bidang yang Saudara kuasai. Tetapi sekali lagi saya katakan, panggilan itu harus jelas.

Daniel, Yehezkiel dan Yeremia adalah tiga orang hamba Tuhan yang berada pada satu jaman yang sama, tetapi mereka dipanggil dan ditempatkan Tuhan pada posisi dan pada golongan serta sasaran pelayanan yang berbeda. Daniel dan kawan-kawannya diletakkan Tuhan di lingkungan istana untuk mempengaruhi para cendekiawan, intelektual, pimpinan dan bangsawan kerajaan pada waktu itu. Mereka digembleng Firman Tuhan bersama-sama, membentuk suatu kubu yang kuat sehingga memerangi jaman serta mera8ih kemenangan bagi Tuhan. Yehezkiel adalah nabi lain yang Tuhan tempatkan untuk melayani khusus yang ditawan di luar istana. Ia membentuk suatu bangsa dan dari satu bangsa yang mengenal Tuhan mempengaruhi bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan. Sedangkan Yeremia adalah nabi yang dipakai Tuhan melayani bangsanya sendiri, di negeri yang sudah ditawan. Mereka adalah sisa-sisa bangsa Israel dari golongan buangan dan rendah, yang terbelenggu oleh kemiskinan, kehampaan. Saudara melihat nabi-nabi itu Tuhan bentuk melalui visi dan pelayanan itu sendiri, sehingga mereka menjadi hamba Tuhan yang setia yang patut menjadi teladan.

Memaksakan diri untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana Tuhan adalah sia-sia. Kalau Saudara tidak dipanggil menjadi hamba Tuhan full-time, tetapi Saudara paksakan, Saudara akan kecewa. Bagaimana panggilan ini menjadi jelas? Roh Kudus akan memimpin Saudara sampai Saudara menjadi jelas. Taat dan pegang janji Tuhan.

Apakah sudah saatnya sekarang Saudara kembali pada panggilan Tuhan? Hanya Tuhan dan Saudara yang tahu. Bereskan urusan ini sekarang di hadapan Tuhan.

Sumber Artikel: 
Sumber:
Nama Majalah : Momentum
Edisi : 4/Desember 1987
Judul Artikel : Panggilan Ulang
Penulis : Pdt. Caleb Tong
Halaman : 11-14

Komentar