Skip to main content

Akulah yang Memilihmu? (Part 5)

Keberadaan Yesus sebagai sosok sentral dalam iman Kristen memunculkan pertanyaan kritis tentang kebenarannya, terutama mengenai implikasi bagi umat manusia jika Dia bukanlah Allah. Beberapa pandangan mengemukakan bahwa jika Yesus bukan Tuhan, maka Ia bisa dianggap sebagai penipu atau gila, sementara analisis mendalam dari tokoh-tokoh seperti C.S. Lewis menegaskan kemungkinan Dia sebagai Allah. Pertanyaan ini memicu refleksi pribadi, mengajak untuk mempertimbangkan siapa Yesus sebenarnya dalam konteks kehidupan serta iman masing-masing individu.

  • Yesus
  • Kristen
  • Allah Tritunggal
  • api kekekalan
  • Muslim
  • Buddhist
  • C.S Lewis
  • Pentingnya memahami siapa Yesus untuk umat manusia.
  • Jika Yesus penipu, maka 2.2 milyar Kristen tertipu, sementara jika Dia benar, 5.1 milyar terancam hukuman kekal.
  • Banyak orang yang baik di luar Kekristenan mungkin tidak mendapat kesempatan di surga, yang dianggap tidak adil.
  • Dianggap sebagai jalan dan kebenaran, Yesus memiliki pernyataan mutlak tentang diri-Nya.
  • Jika Yesus bukan Tuhan, Ia dianggap gila atau penipu.
  • C.S. Lewis berpendapat bahwa jika Yesus bukan Tuhan, pertanyaannya menjadi siapa Dia sebenarnya.
  • Dua pandangan tentang Yesus: sebagai orang congkak menurut Nietzsche, atau sebagai Allah menurut Lewis.
  • Pertanyaan pribadi tentang siapa Yesus sangat menggugah pemikiran penulis.

Penulis_artikel
Yonghan Lim
Tanggal_artikel
31 Maret 2016
Isi_artikel

Siapa sebenarnya Yesus itu sangat penting dan urgent untuk diketahui umat manusia.

Jika Ia cuma penipu, maka ada 2.2 milyar manusia yang tertipu oleh-Nya saat ini, yaitu semua orang yang menyebut dirinya Kristen. Sebaliknya, jika Ia benar Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, ada 5.1 milyar manusia yang terancam berakhir di api kekekalan. Jika kemungkinan kedua ini benar, banyak sahabat-sahabatku ada di antara kelompok 5,1 milyar ini. Termasuk, papa dan kakekku.

Padahal, hidup mereka mungkin lebih suci dan saleh dariku. Misalnya saja sahabat-sahabat Muslim-ku; ketika saya masih tidur, mereka sudah bersih-bersih untuk sholat subuh. Dalam sehari, mereka wajib berdoa lima kali.

Atau sahabat-sahabat Budhist-ku; mereka orang-orang yang begitu lemah lembut. Semut pun mereka berhati-hati jangan sampai terinjak. Sampai dengan hari ini, organisasi Tzu Chi melakukan kebajikan yang jauh-jauh lebih nyata dan tulus dibanding organisasi Kekristenan mana pun yang saya kenal di Indonesia.

Lantas, hanya karena tidak percaya Kristus, pintu surga harus tertutup bagi mereka? Sungguh tidak adil dan masuk akal. Tuhan macam apa yang membuat situasi buah simalakama seperti ini bagi manusia ciptaanNya?

Siapakah Yesus menurut diriNya sendiri kalau begitu? "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Dengan statement semutlak itu: jika Yesus bukan benar-benar Allah, pastilah ia gila. Jika ia tidak gila, pastilah Ia penipu. Nietzsche dengan lantang berkata, "Yesus mengatakan banyak hal yang tidak mungkin dijalankan, dan sayangnya Dia mati begitu dini tanpa sempat menyesali apa yang pernah Dia katakan."

Namun bagi C.S Lewis, setelah melalui penyelidikan yang panjang dan seksama, ia mengambil kesimpulan: "Jika Yesus bukan Tuhan, siapakah Dia?"

Karena ucapan-ucapanNya, jika Yesus bukan Allah, Ia sekarang pasti sudah binasa di neraka. Hanya ada dua opsi bagi umat manusia untuk memahami Yesus. Bagi Nietzche, Ia adalah orang yang congkak. Bagi C.S Lewis, Ia adalah Allah.

Yang lebih penting, siapakah Yesus bagiku? Pertanyaan yang terus membuatku gelisah saat itu.

http://youtu.be/wSX6B6qoszY

Bersambung...Soli Deo Gloria