Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Dia Yang Akan DatangPenulis_artikel:
F.F. Bruce
Isi_artikel:
'Dia yang akan datang' bukan sebutan yang tepat untuk Yesus. Namun itu merupakan satu istilah yang sering dikenakan kepada-Nya, dengan kaitan baik untuk sejarah kedatangan-Nya dalam dunia atau kepada kedatangan- Nya untuk kedua kali atau kedatangan-Nya yang berulang kali. Engkaukah Yang Akan Datang Itu? Pada waktu Yohanes Pembaptis dipenjarakan oleh Herodes Antipas, ia mengutus dua orang untuk bertanya kepada Yesus, menyelidiki dan melaporkan kegiatan-Nya. Pertanyaan yang diajukan adalah "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius 11:3; Lukas 7:20). Yohanes, dalam masa bebasnya, telah menyatakan bahwa ia mempersiapkan jalan bagi Yang Lebih Besar daripadanya, yang akan mengadakan penghakiman dengan angin dan api. Ia mempunyai konsep yang jelas dalam pikirannya akan Pribadi yang akan datang itu, akan pekerjaan-Nya, dan sekarang ia tidak lagi yakin seperti sebelumnya bahwa Yesus memenuhi konsep itu. Jelas, ketika Yohanes memulai pelayanan baptisannya banyak pandangan menjalar mengenai beberapa gambaran yang tampak, jelasnya diharapkan, memberikan signal akan datangnya waktu itu dan permulaan zaman baru. Sebagian orang berusaha untuk mengidentifikasikan Yohanes sendiri dengan satu atau lain figur yang ada. Ketika ia menyangkal bahwa ia adalah Mesias, ditanyakan lagi, "Engkaukah Elia?" - karena seorang dari nabi yang kemudian dinubuatkan sebagai utusan Allah sebagai Elia yang kembali ke dunia untuk melaksanakan pelayanan pendamaian sebelum tiba hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu (Maleakhi 4:5,6). "Bukan!" sanggah Yohanes. "Lalu, apakah engkau seorang nabi?" Tidak perlu mempertanyakan kepada Yohanes, "Nabi yang mana?" Ia tahu bahwa para penanya berkonsep tentang nabi yang dikatakan Musa, "Tuhan Allahmu akan membangkitkan bagimu seorang nabi seperti aku." (Ulangan 18:15). Namun ia menyangkal bahwa ia adalah nabi. Ia mengidentifikasikan diri sendiri bukan dengan siapapun dari antara figur yang diharapkan; ia hanya "suara" yang memanggil pria dan wanita untuk "menyiapkan jalan bagi Tuhan" (seperti tercatat dalam Yesaya 40:3), untuk mempersiapkan intervensi-Nya yang akan datang. Secara alamiah, sebagai usaha-usaha yang dibuat untuk mengidentifikasikan Yohanes dengan figur-figur yang diharapkan, sejajar dengan usaha yang dilakukan terhadap Yesus. Sebagian dari usaha-usaha itu diulang oleh para murid Yesus ketika Ia bertanya kepada mereka di Kaisarea Filipi, "Menurut kata orang siapakah Aku?" Dalam masa itu ada tiga pribadi yang sangat diharapkan muncul di Israel - seorang raja agung (Daud kedua), seorang imam besar (Harun kedua), dan seorang nabi agung (Musa kedua). Dalam salah satu dari dokumen Qumran tercatat bahwa masyarakat Qumran akan hidup menurut peraturan yang ditetapkan 'sampai bangkitnya seorang nabi dan Yang diurapi dari Harun dari Israel'. 'Nabi' (sebagaimana dinyatakan oleh ayat-ayat Qumran lainnya) adalah nabi seperti Musa, 'Yang Diurapi dari Harun' adalah imam besar dari keturunan Harun (Mesias berkeimaman) dan 'Yang Diurapi dari Israel' diidentifikasikan dengan keturunan Daud, seorang raja yang menang (Mesias manusiawi). Raja Yang Akan Datang Yesus, seperti yang kita lihat, tidak menolak klaim sebutan 'anak Daud' kepada-Nya, tetapi Ia tidak menekankan garis keturunan-Nya dari Daud. Jika sebutan Mesias memaksa konsep manusia berpikir tentang gambaran seorang raja perang seperti Daud, maka lebih baik Ia tidak menggunakannya. Karena jelas ada satu kontras yang sangat besar antara karir Daud dengan karir dari keturunan Daud yang terbesar. Ketika Imam Besar bertanya kepada Yesus apakah Ia adalah Mesias atau bukan, Ia menegaskan secara langsung dengan menambahkan kata-kata yang menunjukkan bahwa Ia nyata mengklaim itu untuk diri sendiri. Kata "Mesias" berasal dari kata Ibrani yang berarti "Yang Diurapi"; istilah "Kristus" berasal dari kata Yunani yang memiliki arti yang sama. Daud dan raja-raja lain dari Israel memang diurapi dengan minyak sebelum menjalankan otoritas kekuasaannya. Yesus diurapi untuk peran mesias-Nya ketika Roh Allah turun atas-Nya ketika Ia dibaptis di sungai Yordan. Menurut Lukas, di sinagoge Nazaret Yesus membacakan pembukaan dari Yesaya 61, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku ..." (Lukas 4:18), sebenarnya Ia mereferensikannya dengan baptisan-Nya. Demikian juga Petrus mereferensikan baptisan Yesus ketika mengkhotbahkan Injil untuk pertama kalinya kepada pendengar kafir di rumah Kornelius di Kaisarea dan mengatakan bagaimana "Allah mengurapi Yesus, orang Nazaret dengan Roh Kudus dan kuasa" (Kisah 10:38). Maka, ketika orang Kristen berbicara mengenai Yesus sebagai Mesias atau Kristus, mereka melupakan kaitan antara militer dan politik dengan pengurapan kerajaan dalam masa Perjanjian Lama, dan memenuhi istilah ini dengan arti yang Yesus berikan kepada mereka dengan menjadi manusia dan melakukan segala hal yang Ia telah kerjakan. Ketika kita mengatakan 'Yesus adalah Kristus', nama Yesuslah yang memberikan arti kepada istilah Kristus, bukan yang lain. Otoritas Yesus sebagai raja terbukti di kayu salib, seperti yang dinyanyikan orang Kristen, Musuh besar kita kocar-kacir mereka menyanyikan kemenangan yang diraih melalui kematian dan kebangkitan. Imam Yang Akan Datang Ada fungsi lain dalam Israel kuno ketika seseorang diberikan jabatan melalui pengurapan minyak. Yaitu imam besar, yang diawali oleh Harun. Imam besar dalam masyarakat Qumran diharapkan bangkit pada akhir zaman baru. Inilah peran yang tidak dapat dipenuhi Yesus untuk satu alasan sederhana. Keimaman berdasarkan keturunan Harun pada suku Lewi; Yesus berasal dari suku Yehuda. Sehingga tidak ada cara untuk memandang-Nya sebagai imam besar keturunan Harun. Namun demikian, satu dokumen dalam Perjanjian Baru menyatakan gambaran Yesus sebagai imam besar bagi umat-Nya, melayani demi kepentingan mereka dalam penebusan sorgawi pada dasar satu pengorbanan sempurna yang Ia hadirkan satu kali untuk selamanya ketika Ia menyerahkan hidupNya sendiri. Catatan itu adalah surat kepada orang Ibrani. Tetapi ketika penulis yang tidak dikenal dari catatan itu mencari otoritas Perjanjian Lama untuk menggambarkan Yesus sebagai imam besar, ia menemukan itu tidak dalam keimaman Harun tetapi dalam percakapan klasik di mana Allah bersumpah tentang Mesias dari keturunan Daud (yang adalah keturunan Yehuda) "Engkau adalah imam besar untuk selamanya menurut peraturan Melkisedek" (Mazmur 110:4). Melkizedek adalah imam dari raja di Yerusalem pada zaman Abraham hidup dan penulis surat Ibrani menyatakan bahwa keimaman Melkisedek jauh lebih terhormat dan efektif dibandingkan Harun, dan bahwa itu telah sempurna digenapkan dalam Yesus. Seperti Harun dan penerusnya, dalam surat Ibrani Yesus dinyatakan sebagai imam besar yang diurapi, tetapi lagi, pengurapan-Nya tidak dalam pengertian harafiah, dengan minyak khusus, melainkan secara rohani. Satu referensi pada pengurapan Yesus ditemukan dalam satu mazmur kerajaan, yang kedatangan Yesus. Sekarang dalam Yesus Allah telah mengutus jurubicara-Nya yang sempurna. Ia sendiri dapat menggenapi sepenuhnya istilah dari nubuat Musa; Ia adalah Dia yang kepada-Nya semua harus mendengarkan. Dia, Yang Telah Datang, Akan Datang Kembali Maka ketika Yesus disambut dengan berbagai cara sebagai Dia yang akan datang, dan Ia diproklamasikan dalam Injil sebagai Seorang yang pernah datang -- raja, imam, nabi. Tetapi Injil memproklamasikan Ia tidak hanya sebagai seorang yang telah datang -- datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa -- tetapi juga sebagai seorang yang terus menetas hadir dan pada puncaknya akan datang pada waktu yang akan datang. "Untuk sedikit waktu" demikian penulis Ibrani mencatat "dan Ia akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya." (Ibrani 10:37). Ketika Yesus menghadap takhta imam besar untuk interogasi, Ia menyatakan penghakimannya bahwa mereka tidak melihat akhir-Nya, mereka akan melihat-Nya lagi "datang dengan awan-awan sorgawi". Sebagaimana kita katakan di atas awan sorgawi menyatakan ide kehadiran ilahi. Referensinya mungkin tidak hanya satu kali kedatangan pada akhir zaman tetapi berulangkali memanifestasikan kehadiran dan kuasa Yesus dalam sejarah dunia seperti dalam pengalaman umat-Nya. Inilah faktor penting dalam berita Kristiani yaitu karena pengorbanan dan kematian-Nya, Yesus adalah Tuhan atas sejarah dan segala kejadian. Dalam bahasa kitab Wahyu, Ia adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Hidup, Yang telah ada dan terus ada, Yang akan datang. Karena Ia adalah Yang Akan Datang, maka tidak ada yang statis mengenai Dia, Ia hadir secara dinamis dalam kehidupan manusia, datang ketika pengharapan sangat kecil dan memimpin ke arah lebih depan dalam tujuan Allah yang begitu luas. Menurut Injil Yohanes, Yesus mengatakan kepada para murid-Nya dalam ruangan atas, beberapa jam sebelum Ia naik, bahwa Ia akan meninggalkan mereka tetapi Ia akan kembali. Kembalinya akan memakai banyak bentuk, lebih dari satu. Dalam satu bentuk, kembali melampaui hidup mereka saat itu, "Ketika Aku pergi dan menyiapkan tempat bagimu, Aku akan kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada" (Yohanes 14:3). Tetapi dalam bentuk lain merupakan suatu pengembalian dalam hidup mereka saat itu, "Aku tidak akan meninggalkan engkau yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu." (Yohanes 14:18). Janji yang terakhir ini digenapi dengan diutusnya Paraklete, Roh Kudus, menjadi penolong, guru dan pemimpin yang setia dan menjadikan kehadiran-Nya secara pribadi nyata terus menetas kepada mereka. Tetapi bahkan pengutusan Paraklete menyempurnakan penggenapan janji: dengan membawa pengikut-Nya ke dalam persekutuan kasih yang menyatukan Bapa dengan Anak, Yesus akan membuat mereka lebih sadar akan penyertaan-Nya, jika mungkin, daripada selama ini ketika Ia dapat dilihat dan hadir nyata bersama dengan mereka. Tujuan Sejarah Puisi Inggris pada abad ke-19 mengekspresikan keyakinan lebih dari zaman kita: Yet I doubt not thro the ages one increasing purpose runs, and run the thoughts of men are widen'd with the process of the suns Itu bukan pandangan Kristus secara khusus yang disuarakannya. Tetapi frase "one increasing purpose" dapat merangkumkan sangat baik akan perspektif Kristen tentang waktu. Inilah bagaimana perspektif itu diletakkan dalam bagian yang dikenal dalam Perjanjian Baru. "Yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian." Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus, sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga, maupun yang di bumi." (Efesus 1:8-10). Dunia waktu dan ruang, yaitu dengan segala faktor yang berkonflik, pada akhirnya akan diperdamaikan dan dipersatukan di bawah pemerintahan Kristus. Proses perdamaian diinagurasikan oleh kematianNya di kayu salib - perdamaian dari pria dan wanita dengan Allah dan perdamaian dari pembagian antagonis dalam keluarga manusia -- akan disempurnakan dalam perdamaian puncak ketika alam semesta dibawa ke dalam kesatuan dalam Kristus. Tidak kurang daripada ini diimplikasikan ketika Yang Disalibkan dikenal sebagai Tuhan atas segala sesuatu. Hakim Yang Benar Yesus, tidak datang untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya, juga melalui kedatangan-Nya menginisiasikan satu penghakiman yang di dalamnya pria dan wanita menyatakan diri sendiri untuk Dia atau melawan Dia. Dan penghakiman ini sendiri pada bagian mereka akan menjadi dasar dari penghakiman mereka pada akhirnya. Pada satu kesempatan, Ia menggambarkan dengan jelas melalui kata-kata akan kedatangan Anak Manusia, ketika Ia duduk di atas takhta kemuliaan dan segala bangsa akan dibawa ke hadapanNya untuk dihakimi. Ia akan memisahkan yang benar dari yang tidak benar "seperti seorang gembala memisahkan domba dari antara kambing" dan akan menjatuhkan penghargaan dan hukuman yang tepat kepada keduabelah pihak. Anggota kedua kelompok akan dikejutkan oleh penilaian-Nya, karena itu tidak sesuai dengan pelaksanaan pengadilan umumnya. Kriteria penghakiman adalah perlakuan mereka terhadap orang miskin, lemah, tertindas dan yang dianggap hina. Mereka dipandang oleh Anak Manusia sebagai saudara laki-laki dan saudara perempuan-Nya, dan kepada mereka yang Ia hakimi Ia berkata, "Karena dengan berbuat demikian, engkau telah melakukannya kepada-Ku (Matius 25:31-46). Inilah aplikasi gambaran penghakiman Yesus dalam kitab Daniel, di mana figur seorang manusia (seseorang seperti anak manusia) menerima takhta dan otoritas penghakiman dari Allah. Jelas Anak Manusia yang Yesus bicarakan harus diidentifikasikan dengan diri-Nya sendiri. Inilah cara mengerti perkataan-Nya setelah kematian dan kebangkitan. Petrus mengumumkan dalam rumah Kornelius bahwa Yesus adalah Dia yang ditetapkan Allah untuk menghakimi yang hidup dan yang mati (Kisah 10:42). Paulus mengatakan di hadapan sidang Aeropagus di Atena bahwa Allah telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati (Kisah 17:31). Dalam suratnya kepada orang Kristen di Roma ia menunjukkan hal yang sama kepada hari itu, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus (Roma 2:16). Kemudian, dalam surat yang sama ia mengatakan, "kita akan berdiri di hadapan takhta penghakiman Allah (Roma 14:10), tetapi ketika ia berbicara tentang hal yang sama dalam II Korintus 5:10 ia mengatakan, "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus." Ini bukan dua penghakiman yang berbeda, tetapi satu, yaitu melalui agen Kristus Allah akan menjalankan pekerjaan penghakiman, seperti melalui Kristus Ia melaksanakan pekerjaan penciptaan. Maka orang Kristen akan terus memuji Kristus "Kami percaya bahwa Engkau akan kembali sebagai Hakim kami." Tetapi penghakiman terakhir ini menjadi satu topik utama dalam penghakiman yang bekerja sendiri dalam setiap generasi. Sejarah dunia adalah penghakiman atas dunia, demikian penyair Jerman Schiller. Dan jika Kristus adalah hakim Ilahi yang dituju oleh seluruh umat manusia, menyatakan sesuatu tentang natur dan prinsip penghakiman-Nya. Sesuai karakter, pengajaran dan hidup-Nya bahwa jalan utama akan dijadikan. Yesus sejarah menyatakan bahwa pengajaran-Nya menyediakan satu-satunya fondasi kokoh bagi hidup manusia. "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya -- Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan --, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (Lukas 6:47-49). Kebenaran dari manifestasi ini seringkali diulang dalam sejarah individu dan masyarakat. Perkataan Yesus mengindikasikan cukup jelas mengenai kriteria dalam penghakiman akhir. Tidak ada yang diragukan mengenai hal itu: penghakiman terwarisi dalam karakter pribadi-pribadi yang dihakimi dan dalam natur tingkah laku mereka. Yohanes dalam Injilnya tidak menggunakan bahasa gambar penginjil yang lain ketika ia berbicara mengenai penghakiman. Yesus, adalah Dia yang diberikan Bapa otoritas untuk melaksanakan penghakiman. Di dalam pelayanan-Nya di dunia pria dan wanita telah memilih hidup atau mati menurut respon mereka kepada-Nya dan pengajaran-Nya; prinsip yang sama akan dijalankan pada penghakiman terakhir. Kepada orang yang menolong- Nya ataupun pengajaran-Nya, Yesus berkata, "Firman yang telah Kukatakan itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman." (Yohanes 12:48). Kebangkitan Orang Mati Untuk membangkitkan orang mati, dalam pengajaran orang Yahudi, Kristen adalah hak Allah. Menurut Perjanjian Baru, hak ini (seperti hak melewati penghakiman akhir adalah yang Bapa kerjakan bersama Anak. Hal ini ditetapkan bahwa Dia yang Allah telah bangkitkan dari antara orang mati. Haruslah melalui-Nya Allah akan membangkitkan yang lainnya. Pekerjaan Anak dari pendelegasian otoritas untuk membangkitkan orang mati dinyatakan dalam Injil Yohanes dalam dua tingkatan. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang- orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup." (Yohanes 5:25). Ini berhubungan dengan berita pemberian hidup dari Injil yang melalui perintah Ilahi dalam nabi Perjanjian Lama (bdg. Yes. 55:3. Tetapi dalam konteks yang sama Yohanes mencatat Yesus melanjutkan, "Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum." (Yohanes 5:28,29). Kebangkitan akhir dari orang mati - lebih khusus bagi mereka yang mati dengan percaya di dalam Dia - begitu erat hubungannya dalam Perjanjian Baru dengan kedatangan Kristus yang kedua kali. "Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya." (Filipi 3:20,21). Transformasi ini adalah mengambil bagian dalam kebangkitan Kristus sendiri; merupakan penggenapan proses yang diinagurasikan ketika Ia dibangkitkan dari antara orang mati. Dengan menghargai kebangkitan orang mati Paulus berkata dalam surat lain, "Tetapi tiap- tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya." (I Korintus 15:23). Dengan kata lain, kebangkitan umat Kristus adalah penuaian akhir yang diawali dengan kebangkitan-Nya - pewujudan dari buah sulung, yang mempersembahkan kepada Allah seluruh hasil tanaman. Sejak kebangkitan Kristus, yang terlebih dahulu, menyediakan kebangkitan umat-Nya, tidak hanya berupa kebangkitan kerangka satu tubuh hidup yang diperbaharui seperti yang kita tahu sekarang, juga membagi peraturan baru mengenai keberadaan, hidup kekal, yang Kristus sediakan ketika Ia bangkit dari orang mati. Bersama dengan penghakiman akhir, maka kebangkitan akhir merupakan penyempurnaan dari sesuatu yang telah ada sebagai pengalaman. Mereka yang dalam Kristus hidup di sini dan sekarang dalam menikmati persekutuan dan berbagi dalam kuasa hidup kebangkitan-Nya. Kuasa ini menjadi baik bagi mereka melalui Roh Kristus, yang bekerja dalam umat-Nya. Tetapi Kuasa ini juga menyatakan kekekalan sebagai bagian dari kekekalan Kristus. Dalam prospek kebangkitan Yesus menurut Injil Yohanes mengatakan kepada para murid, "Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun, akan hidup." (Yoh 14:19). Jika Kristus bangkit dari antara orang mati dan hidup untuk selamanya, mereka yang hidup dalam Dia dalam dunia tidak akan dipisahkan dari-Nya ketika keberadaan duniawi mereka berakhir. Bagi mereka, dalam kata Paulus, hidup bersama Kristus, itu lebih baik (Filipi 1:23). Karena tubuh menjadi media kita berkomunikasi dengan lingkungan kita, maka sarana komunikasi dalam lingkungan yang baru juga sekarang dipersiapkan, "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (II Korintus 5:1) sehingga tidak ada kesenjangan antara hidup fana dengan hidup kekal bagi mereka yang bersatu dengan Kristus melalui iman. Apapun bentuk yang mereka terima dengan kemuliaan pada kedatangan Kristus, itu hanya merupakan konfirmasi pada kenyataan yang telah menjadi milik mereka sebenarnya. Orang-orang Kristen demikian, yang memandang kepada kedatangan Kristus, tidak melihat sedemikian banyak untuk mereka sendiri tetapi demi Ia dan dunia. Dalam dunia ini yang pernah membuang dan membunuh Yesus, juga mengakui-Nya sebagai Tuhan oleh ratusan juta orang. Pengakuan ini akan mencapai klimaks ketika, "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya." (Wahyu 11:15), ketika Yesus menjadi Pemerintah Hidup untuk semua. Kedatangan Kristus Dan Ia Akan Datang Tetapi klimaks ini tidak hanya menyangkut penerimaan semesta dari cara Yesus dan pengetahuan universal Dia sebagai Tuhan, juga menyangkut segala manifestasi pribadi Kristus. Pribadi Kristus yang ada harus dinyatakan dalam kepenuhan kemuliaan-Nya -- yaitu kepenuhan kasih karunia dan kebenaran. Satu kesulitan yang dirasa oleh banyak orang sekarang ketika mereka membaca Perjanjian Baru mengenai tema ini adalah penulis seringkali menggambarkan kedatangan final Kristus sudah dekat - jika tidak dalam masa hidup mereka sendiri. Tetapi mereka tidak membuat kepastian dogmatis mengenai waktunya, yang dapat dibuktikan kesalahannya dengan berjalannya waktu. Mereka tidak tahu kapan itu terjadi, dan tidak pura-pura bahwa mereka tahu. Maka, ketika waktu berjalan, perspektif mereka berubah, tetapi tidak doktrin atau pengharapan mereka. Ini menyatakan mereka lebih bijaksana daripada beberapa orang Kristen yang kemudian, yang dari waktu ke waktu dalam era Kristen menyatakan kepada publik bahwa Kristus akan datang lagi dalam tahun ini atau tahun itu (jika tidak hari ini atau hari itu) - hanya menyatakan kegagalan ramalan mereka. Jika dalam Injil, Yohanes melaporkan Yesus berkata kepada murid-murid- Nya, "Aku akan datang kembali" maka Matius menyatakan Ia berkata setelah bangkit dari kematian, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20). Jika akhir waktu (suatu konsep yang sulit untuk kita mengerti) dihubungkan dengan kedatangan akhir, Ia tidak absen dari umatNya di sini dan sekarang. Kepercayaan bahwa Ia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi baik yang hidup dan yang mati tidak konflik dengan turun tangan-Nya dalam hidup manusia dalam masa antara kedatangan pertama dan kedua. Sekarang adalah milik-Nya, karena Ia adalah Yang Kekal dalam kesementaraan kita; tetapi masa depan juga milik-Nya. Dan karena itu adalah milikNya, itu menjadi milik mereka yang adalah milikNya: mereka dapat menyapa satu sama lain, "Saudaraku, saudariku, masa depan adalah milik kita!" Mereka kenal Dia sebagai "Kristus hidup kita; mereka kenal Dia juga sebagai Kristus Yesus, dasar pengharapan kita" (I Timotius 1:1). Sumber Artikel:
Sumber:
Komentar |
Publikasi e-Reformed |