"Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa- dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci." (1 Kor. 15:3-4).
Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan dua hal yang menjadi fondasi Injil. Apakah itu Injil? Injil adalah satu-satunya kabar baik dari Tuhan Allah, yang ditujukan bagi orang berdosa, bahwa Kristus yang diutus oleh Allah sudah mati dan sudah bangkit menjadi Penebus orang berdosa. Dia mati karena dosa kita masing-masing, dan Dia bangkit dengan tujuan memberikan kebenaran Allah kepada kita, yang datang kepada-Nya. Ada sifat penting dalam Injil yang harus kita pertahankan. Gereja yang kehilangan pegangan atas sifat Injil yang penting ini, pasti akan menjadi gereja yang berkompromi. Sifat paling mendasar dari Injil adalah sifat penebusan -- The redemptive nature of the Gospel. Injil bukan satu pengajaran baru, bukan semacam perubahan moral, bukan satu popularisasi dari ajaran agama Kristen. Mengabarkan Injil bukan satu gerakan menambah anggota gereja, bukan suatu pidato mengenai keagamaan. Mengabarkan Injil merupakan peperangan yang membawa manusia keluar dari tangan Setan masuk ke dalam tangan Allah.
Jikalau kita betul-betul mengetahui apakah artinya PI, kita tidak mungkin PI tanpa semangat, jikalau kita belum mengerti apa sifat Injil yang sejati, kita tidak mungkin membedakan kegiatan kita dengan kegiatan agama-agama yang lain. Sifat PI, berdasarkan sifat esensi dari Injil itu sendiri. Injil bersifat penebusan, yang tidak ada di dalam agama lain. Jikalau agama-agama mengajar manusia berbuat baik, dan orang-orang yang menganut agama itu taat pada pengajaran agamanya, maka mereka berbuat segala kebaikan sesudah menerima ajaran agama mereka. Ini tidak berarti perbuatan-perbuatan dosa sebelum itu sudah bisa diselesaikan. Jika seseorang berbuat baik menurut agama mereka, dan sampai mati tidak berbuat dosa lagi, tetap belum membereskan soal dosa kemarin, kemarin dulu dan tahun-tahun yang silam dan waktu-waktu yang sudah lalu.
Agama mengajar manusia bermoral baik, tetapi Kristus menebus manusia keluar dari kuasa dosa dan kuasa Setan. Inilah perbedaan agama dan Injil Yesus Kristus. Jikalau orang Kristen tidak mengenal keunikan dan inti dari istilah penebusan ini, kita tidak mungkin berperang dengan semangat, api yang murni, dan ketekunan tanpa henti untuk melayani Tuhan.
Di dalam kematian Kristus, fokus terpenting adalah keunikan Oknum yang telah menderita kematian ini. Siapakah Dia yang dipaku di atas kayu salib? Golgota tidak hanya menyalibkan Yesus. Banyak orang yang dipaku di sana. Perampok-perampok yang diadili menurut hukum dari Romawi dipaku, digantung dan dibunuh di sana. Yesus bukan orang pertama yang disalibkan. Menurut catatan sejarah, pada waktu Yesus berusia 11 tahun sudah lebih dari 100 orang Israel yang dipaku di atas kayu salib di Nazaret. Berarti Yesus yang masih kecil sudah mempunyai kesan: inilah nanti pengalaman yang harus diterima-Nya, pada waktu Dia mengakhiri perjalanan dalam melaksanakan kehendak Allah sebagai Mesias.
Akan tetapi, kesengsaraan Kristus lebih dari kesengsaraan penjahat yang disalib, sehingga Dia berteriak, "Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Suatu kesengsaraan yang tidak mungkin dimengerti oleh rasio manusia, melampaui kemungkinan penganalisaan teologis. Martin Luther setelah berjam-jam merenungkan ayat itu pada satu hari Jumat Agung, tetap tidak mengerti, akhirnya dia berdiri, memukul meja dan berkata: "Siapakah yang dapat mengerti Allah Oknum Pertama meninggalkan Allah Oknum Kedua?" Siapakah yang mampu mengerti mengenai hal Allah meninggalkan Allah? Namun, setiap orang Kristen yang tidak mengerti secara mutlak dan tuntas akan hal ini harus mengerti satu hal: Dia dibuang oleh Allah, supaya kita bisa diterima kembali oleh Tuhan Allah. Itulah Injil.
Suatu kebenaran yang tidak ada di dalam agama-agama, di dalam filsafat, di dalam ilmu-ilmu pengetahuan mana pun yang ditemukan manusia melalui otak yang diberikan oleh Tuhan, untuk menyelidiki rahasia-rahasia kebenaran ciptaan Allah yang tersembunyi di dalam alam. Kematian Kristus harus kita renungkan terus menerus, menjadi dorongan kekuatan yang konsisten untuk menopang gereja. Salib Kristus adalah rahasia kemenangan dari zaman ke zaman bagi gereja Tuhan yang sejati.
Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib mengandung empat arti:
Saya membagikan perdamaian melalui Kristus dan salib-Nya di dalam lima aspek:
A. Perdamaian antara orang berdosa dengan Allah.
Sebelumnya, saya berdosa dan menjadi musuh Allah. Sebagai seteru Allah, saya dibenci dan dibuang Allah. Murka Allah ada pada saya, tetapi Kristus yang menanggung sehingga di dalam Kristus saya kembali kepada Allah. "Oh, Bapa ampunilah saya," dan Tuhan berkata, "Aku menerima engkau kembali. Sekarang kau bukan musuh-Ku. Aku memberikan hak kepadamu menjadi anak-anak-Ku." Kita berdamai dengan Allah.
B. Perdamaian kita dengan kita melalui Yesus Kristus.
Setelah pengampunan dosa kita terima, maka dengan sendirinya terjadi perdamaian kedua: kita berdamai dengan kita sendiri. Berapa banyak orang menjadi manusia yang tidak rela. Hidup tidak rela, terhadap isteri tidak rela, melihat anak nakal tidak rela hati, benci, jengkel terhadap dirimu. Mengapa? Karena ada perpecahan antara dirimu dan dirimu. Engkau menjadi musuh dirimu, engkau jengkel terhadap dirimu, benci diri, engkau begitu mendendam diri, tetapi tidak berani mati. Akhirnya terpaksa hidup terus di dunia. Orang gila, orang yang bunuh diri adalah mereka yang menjadi fanatik dan ekstrim. Melampaui batas, upnormal, terjadi permusuhan antara oknum diri dengan diri secara kelebihan, sehingga mereka menjadi gila dan bunuh diri. Kita yang mengalami kesulitan dan kesulitan terus menerus kadang-kadang tidak bisa mempunyai keharmonisan diri, kita memerlukan perdamaian diri Tuhan Yesus.
Kita boleh mencintai diri tetapi kita tidak boleh egois. Mencintai diri menjadi dasar etika mencintai orang lain. Alkitab mengatakan, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mrk. 12:31). Jadi, orang yang membunuh orang lain bukan karena membenci orang lain, tetapi karena membenci manusia dan dirinya adalah manusia. Karena membenci diri sekaligus membenci semua yang namanya manusia. Akan tetapi, orang yang mencintai diri, lalu mempunyai konsep bahwa di dalam setiap orang ada diri, akan memperluaskan cinta ini menjadi cinta diri yang lain, itu menjadi dasar mencintai orang lain. Alkitab tidak salah. Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
C. Perdamaian kita dengan orang lain melalui Yesus Kristus.
Perdamaian dengan diri mengakibatkan engkau mempunyai hidup yang limpah. Setelah berdamai dengan Allah dan berdamai dengan diri sendiri di dalam Kristus, dia mulai bisa melihat setiap orang itu bisa dicintai.
Seorang Kristen yang sudah mengalami kuasa Injil, mau tidak mau mempunyai perdamaian. Orang Kristen yang sudah mengalami Injil mau tidak mau berdamai dengan semua orang. Saya mencintai semua orang, saya harap saya bisa baik-baik hidup selama saya masih diberikan kesempatan bernapas di atas bumi ini, tidak menjadi musuh siapa pun.
D. Memperdamaikan orang lain dengan orang lain melalui Kristus.
Jika ke mana saya pergi saya tidak membuat orang lebih benci satu dengan lain. Tidak menghasut melainkan memberikan benih perdamaian. Saya ke sini, di sini ada damai, ke sana sana ada damai. Inilah janji Tuhan: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Mat. 5:9). Puji Tuhan!
E. Memperdamaikan orang lain dengan Allah melalui Kristus.
Memperdamaikan orang lain dengan Allah dikerjakan oleh orang yang sudah mengalami perdamaian Allah dalam diri sendiri, mengalami perdamaian antara diri dengan diri, mengalami perdamaian diri dengan orang lain, mengalami memperdamaian orang lain dengan orang lain, puncaknya adalah memperdamaikan orang berdosa dengan Allah Yang Suci melalui penginjilan. Setiap kali engkau mengabarkan Injil berarti memperdamaikan manusia dengan Tuhan Allah melalui Yesus Kristus.
Ini empat sifat dasar dari Injil itu sendiri berdasarkan kematian Kristus. Kematian Kristus bersifat propitiation, berarti memulihkan Allah dari murka. Kematian Kristus bersifat redemption, menebus dan membawa kita kembali kepada Tuhan, karena harga yang tunai yang sudah dibayar. Kematian Kristus bersifat reconciliation memperdamaikan kita dengan Allah, memperdamaikan kita dengan diri, memperdamaikan kita dengan orang lain dan memungkinkan kita memperdamaikan orang lain dengan orang lain, dan membawa orang lain yang bermusuhan dengan Allah kembali berdamai dengan Tuhan Allah. Ini sifat nuklir dari Injil.
Sifat Unik Injil
1. Injil bersifat Esa. Injil hanya satu.
Saya tidak percaya kita mungkin membandingkan Injil dengan yang lain, lalu menyetarakan Injil dengan kebudayaan-kebudayaan lain. Injil bukan berasal dari sejarah dan bersifat sementara. Bukan hasil dari kebetulan dan bukan produksi kebudayaan. Injil merupakan sesuatu yang timbul dari rencana Allah, yang dinyatakan di dalam proses dinamis sejarah. Injil itu Esa, satu- satunya kabar baik, satu-satunya Juru Selamat, harus dipegang teguh oleh kaum Injili. Agama banyak, Injil hanya satu. Pendiri agama banyak, Juru Selamat hanya satu. Pengajar moral banyak tetapi Pengantara hanya satu. Satu-satunya Pengantara di tengah-tengah manusia dengan Tuhan Allah; satu-satunya Juru Selamat yang melepaskan kita dari kuasa dosa, kuasa setan, kuasa maut dan kuasa kutukan Taurat.
Hanya di dalam nama Yesus Kristus kita mendapatkan penebusan dan keselamatan serta hidup yang kekal. "Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." (Yoh. 20:31). "Semua itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." (1 Yoh. 5:13). Ini tidak ada di dalam kebenaran agama, sistem filsafat dan ideologi-ideologi manusia yang lain.
2. Injil bersifat sempurna Injil dan kuasa Injil sudah sempurna.
Ini berarti jangan ditambah-tambah lagi. Kuasa Kristus, keselamatan yang digenapi oleh Kristus di dalam Injil sudah sempurna, mutlak, tidak boleh ditambah-tambah lagi. Di dalam dunia, kita melihat ada dua macam agama, semacam agama yang menolak Kristus. Mereka berpendapat manusia boleh langsung datang kepada Allah tanpa Kristus, tidak perlu pengantara, tidak perlu Juru Selamat.
Agama macam kedua, di antara Kristus dan manusia di tambah lagi yang lain: orang suci, rasul-rasul dsb. Mereka bukan hanya berdoa melalui Kristus kepada Bapa, tetapi mereka berdoa kepada bunda Maria, berdoa kepada rasul-rasul lain, berdoa kepada orang-orang suci lain untuk datang kepada Kristus. Yang tambah atau yang kurang, semua tidak menyadari bahwa Kristus sudah cukup dan sudah sempurna.
3. Injil bersifat mutlak Berarti dari kekal sampai kekal tidak ada perubahan.
Biarpun teologi berjalan terus, jangan melanggar kemutlakan Injil. Biarpun penyelidikan dan penafsiran Alkitab terus berkembang, jangan meniadakan Injil dari yang direncanakan oleh Tuhan. Injil mutlak adanya sehingga Paulus berkata, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia." "Jikalau ada orang lain datang mengabarkan Injil kepadamu berlainan dengan apa yang kuajarkan kepadamu, bukan saja jangan terima dia, biar dia dijatuhkan kutukan." "Jikalau ada orang datang kepadamu, memberitakan injil yang lain, injil yang berbeda dengan apa yang kuberitakan kepada engkau, meskipun malaikat. Jikalau malaikatpun datang mengabarkan injil berlainan dengan Injil di dalam Alkitab, biarlah malaikat itu juga dijatuhkan laknat." Mengapa perkataan-perkataan begitu keras keluar dari mulut Paulus? Paulus berkata bahwa Injil adalah mutlak dan dipertahankan. Jikalau ada orang mengabarkan Injil kepadamu berlawanan dengan apa yang kukabarkan, itu bukan Injil, dan mereka harus dijatuhkan laknat, berarti Paulus minta gereja mempertahankan kemurnian dan kemutlakan Injil.
Bagaimana dengan kaum Injili? Orang yang mencintai Injil, peliharalah Injil! Orang-orang yang betul-betul menamakan diri Injili bukan hanya mulut gembar-gembor tapi hati yang setia kepada Injil. Mengerti, memelihara, mencintai dan memelihara Injil dengan setia sampai Yesus Kristus datang kembali.
Dunia akan berubah. Paulus berkata: "Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu." (Kis. 20:29), Paulus berkata: "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya." (2 Tim. 4:4).
Pada waktu kita memberitakan Injil, kita harus bijaksana. Bijaksana bukan berarti takut, bijaksana bukan berarti kompromi. Orang yang berkompromi, orang yang takut selalu mengatakan: "Ini bijaksana."
Menurut pikiran Plato dan Socrates, orang Yunani mengatakan: "Suatu hal yang tidak mungkin! Bagaimana saya dapat percaya seorang bodoh seperti Yesus Kristus tersalib tanpa dapat menyelamatkan umat manusia? Bagi logika saya yang sudah dilatih oleh filsafat, saya tidak bisa terima." Sementara orang Yahudi mengatakan: "Inikah Juru Selamat? Inikah Mesias? Omong kosong! Mesias bersifat militer, Mesias bersifat politik, Mesias bersifat dendam, Mesias bersifat kemenangan. Kristus yang menang harus Kristus yang berpolitik, Kristus yang betul-betul mempunyai kekuasaan militer, yang melepaskan Israel itu bisa menjadi Kristus, itu bisa menjadi Juru Selamat, tetapi yang dipaku di atas kayu salib ini tidak mungkin!" Mereka pergi.
Lalu, Paulus berkata: "Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang- orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan" (1 Kor. 1:22), itu Injil.
Sekarang, berapa banyak orang mengabarkan Injil mencoba berusaha dengan mukjizat dan bijaksana untuk menarik orang datang kepada Tuhan. Saya percaya, Tuhan lebih bijak dari siapa pun, saya juga percaya Tuhan melakukan mukjizat, betul-betul berkuasa sampai sekarang: Dia menyembuhkan orang lain, Dia melakukan mukjizat, tetapi pusatnya adalah kayu salib Kristus.
Orang Yunani minta bijaksana, mereka menganggap salib itu bodoh, orang Yahudi minta mukjizat, mereka merasa Golgota lemah. Paulus berkata: "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia." (1 Kor. 1:25). Ini saya sebutkan sebagai sifat paradoks, berarti kelihatan salah tetapi benar, kelihatan konflik tetapi harmonis, itu disebut paradoks.
Paradoks pertama adalah salib yang paling lemah, menjadi kuasa terbesar di alam semesta. Karena salib adalah tempat paling bodoh maka melebihi segala bijaksana. Karena salib adalah tempat paling bodoh, tidak mampu membela diri maka di salib terjadi pembelaan terbesar bagi umat manusia. Salib adalah tempat yang memberikan pengampunan. Ketika paku menusuk Dia, pada saat yang bersamaan darah pengampunan keluar, itulah Injil.
Paradoks kedua waktu kita mengabarkan Injil kepada yang membutuhkan, mereka tidak terima. Ingat pada waktu Paulus di Troas? Pada waktu Paulus di Troas, pada waktu malam, mungkin mimpi, mungkin penglihatan, ada orang Makedonia berkata: "Mari menyeberang ke sini, tolonglah kami!" Paulus menyangka pimpinan Tuhan, lalu dia pergi. Paulus pergi ke Makedonia. Kota pertama yang dikunjunginya adalah Filipi. Ia berkhotbah, hari kedua langsung masuk penjara. Ia tidak mengerti, di dalam visi disuruh ke sini, sudah datang, masuk penjara. Itulah Injil. Ketika pengabar Injil datang ke Irian Jaya, pergi, dimakan singa. Engkau bilang Sumatera perlu, ayo datang, Nommensen ke Sumatera hampir dibunuh mati. Jackson ke Birma, Hudson Taylor ke Tiongkok, David Branerd ke India, William Carrey ke India. Dalam sejarah dari misi, tidak ada satu tempat pun membuka kedua tangan secara luas untuk menyambut Injil. Jikalau mereka bisa begitu baik bereaksi kepada Allah, mereka tidak perlu Injil, justru Injil diperlukan oleh orang yang merasa tidak perlu, Injil dikabarkan kepada mereka yang tidak mau dikabarkan, Injil harus diberitakan kepada mereka yang menolak berita, itu Injil. Injil untuk orang yang belum menjadi Kristen, untuk orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus.
Kita harus hati-hati dan bijaksana sungguh-sungguh, menyediakan hati yang bersedia untuk menerima kesulitan. Tidak ada seorang yang lebih berat penderitaannya dari Kristus. Yesus berkata: "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya ...." Setiap kali kalimat itu diucapkan, dikaitkan dengan penderitaan. Jikalau Kristus sudah menderita begitu berat, maka tidak ada satu orang menderita lebih berat dari Yesus. Jikalau begini, apakah Dia tidak sanggup menghibur engkau? Barang siapa ingin memberitakan Injil, ia harus bersedia untuk masuk ke mana saja termasuk penjara. Orang yang bersedia mengabarkan Injil harus mempersiapkan diri dengan mengerti sifat paradoks Injil.
Paradok ketiga, sifat Injil adalah berinisiatif. Tidak tunggu orang lain datang, engkau pergi .... Mentalitas pergi harus dipupuk di antara anggota gereja kita masing-masing. Berapa banyak gereja anggotanya hanya datang satu kali setiap minggu ke gereja. Akan tetapi, itu bukan kehendak Allah. Kehendak Allah adalah setiap orang Kristen pergi. Beberapa tahun yang lalu, saya bertemu dengan David Elis yang pernah menjadi ketua OMF Indonesia, dia berkata kepada saya, "Stephen, I like to see my church empty." Saya kaget, dia ingin melihat gerejanya kosong? Dia berkata, "Saya menghargai gereja saya kosong." Saya tanya mengapa, "Mengapa engkau ingin gerejamu kosong?" Dia berkata, "Saya mau anggota saya semua pergi, pergi ke seluruh dunia, kabarkan Injil, sehingga tidak ada satu yang sisa di dalam gereja." Pupuklah semangat ini, berikan kepada mereka dorongan seperti ini, biar gereja kita menjadi gereja misioner.
Sumber:
Nama Majalah | : | Momentum |
Edisi | : | 7/Desember 1989 |
Judul Artikel | : | Teologi Penginjilan |
Penulis | : | Pdt. Dr. Stephen Tong |
Halaman | : | 20-25 |