Church: The Bride of Christ

Oleh: Danang K.

Pada tanggal 14 Januari 2019, saya mengikuti seminar Progsif (program intensif) MRII di Hotel Adiwangsa, Solo. Pembicaranya adalah Pdt. Agus Marjanto, M.Th. Tema yang diusung adalah "Church: The Bride of Christ". Menilik judulnya, tentu isi seminar sangat terkait dengan gereja, dan bagaimana orang percaya seharusnya bersikap kepada gereja. selengkapnya...»

Bahaya dari Kesombongan Teologis

Penulis_artikel: 
Stacy Reaoch
Tanggal_artikel: 
19 Februari 2019
Isi_artikel: 
Bahaya dari Kesombongan Teologis

Bahaya dari Kesombongan Teologis

Kesombongan teologis

Sebagai orang Kristen baru di kampus, saya seorang wanita muda yang gampang menerima pengaruh. Mempelajari Alkitab adalah hal baru bagi saya, dan saya bergantung pada bimbingan dan panduan dari beberapa wanita “yang lebih tua” untuk menolong saya mencari tahu bagaimana saya menjalani hidup Kristiani. Saya ingin sekali memahami firman Allah, dan banyak bertanya kepada teman-teman dan para pemimpin Kristen yang terlibat dalam pelayanan di kampus saya.

Tidak lama setelah menjadi percaya kepada Kristus saya menyadari ada dua kelompok yang berbeda dalam pelayanan di mana saya berada: mereka yang percaya predestinasi dan mereka yang tidak. Kemudian saya mengetahui sebutan formalnya yaitu penganut Calvin dan Armenian.

Wanita yang rendah hati dan lembut yang mendidik saya berpendapat bahwa Alkitab tidak berbicara jelas mengenai isu khusus ini. Oleh karena saya menganggap dia sebagai pembimbing utama saya untuk pemikiran Kristen waktu itu, maka saya juga mengadopsi sudut pandangnya untuk beberapa saat lamanya.

Akan tetapi, teman-teman yang berseberangan mulai membagikan perspektif mereka tentang hal itu. itu persuasif, dan dengan sedikitnya pengetahuan Alkitab yang saya miliki, saya mulai mencari tahu sendiri saat saya menggali Kitab Roma.

Namun, kemudian itu terjadi, seorang teman dari penganut Calvin memberitahu saya bahwa mereka punya julukan untuk sudut pandang yang bertentangan, “lelucon.” Orang bodoh seperti apa yang benar-benar percaya bahwa Alkitab tidak jelas berpandangan tentang predestinasi? Sikapnya yang arogan dan mengejek, disertai dengan respons yang angkuh, benar-benar membuat saya tidak suka. Tiba-tiba saya tidak tertarik mendengar pembuktian alkitabiah mereka. Kata-kata mereka yang tajam dengan cepat membabat sudut pandang wanita yang sangat saya hormati. Dan sekarang, saya bahkan tidak tertarik untuk memikirkan apakah yang mereka katakan itu mungkin benar. Mengapa saya mau menjadi orang Kristen yang brengsek?

Bahaya

Bahaya dari kesombongan teologis bersembunyi di balik banyak keyakinan kuat yang kita miliki dan perdebatan memanas yang sering kita ikuti –- entah di dalam studi Alkitab, di media sosial, atau di Sekolah Minggu. Kita yang antusias mempelajari Alkitab dan memahami firman Allah, sudah pasti akan mendapatkan keyakinan dalam hal seperti predestinasi, peran pria dan wanita, penggunaan alkohol, zaman akhir, dan berbagai topik lainnya.

Keyakinan adalah hal yang baik, dengan asumsi kita menyampaikannya kepada orang lain dengan sikap yang mengasihi. Jangan salah sangka, saya sepenuh hati setuju bahwa doktrin yang benar sangatlah penting. Paulus menasihati kita untuk “mengerjakan keselamatan (kita) dengan takut dan gentar” (Filipi 2:12). Kita harus memegang firman Allah dengan tekun dan sungguh. Yakobus mengingatkan kita bahwa jangan ada banyak dari kita yang ingin menjadi guru, karena kita akan dihakimi dengan ukuran yang lebih berat (Yakobus 3:1). Akan tetapi, sikap yang kita tunjukkan saat kita menyampaikan keyakinan kita, atau mengajarkannya kepada orang lain, memiliki kekuatan untuk menarik orang lain kepada Injil, atau malah membuat mereka menolaknya.

Dalam Wahyu 2, Yesus berbicara kepada gereja di Efesus. Dia mengakui pekerjaan mereka demi Injil, kesabaran mereka, dan kebencian mereka terhadap para pengajar palsu. Dia tahu mereka melakukan hal-hal ini tanpa lelah demi nama-Nya, tetapi ada satu hal yang Dia tegur: “kamu telah meninggalkan kasihmu yang semula” (Wahyu 2:4).

Mereka bertekun dalam pelayanan Injil tetapi tanpa unsur yang penting, yaitu kasih. Mereka jelas mengasihi kebenaran, yang membuat mereka menganggap rendah para pengajar palsu di zaman mereka. Akan tetapi, di tengah-tengah mengejar kekudusan, mereka kehilangan kasih dan perhatian yang pernah mereka miliki untuk orang-orang.

Jemaat di Efesus dinasihati agar mengingat di mana mereka telah jatuh dan supaya bertobat, untuk melakukan apa yang sudah mereka kerjakan semula (Wahyu 2:5). Jika tidak, Kristus akan “mengambil kaki dian dari tempatnya” atau, dengan kata lain, menghancurkan kesaksian gereja mereka (ayat 5). Allah tidak menganggap enteng dosa melakukan kekerasan pada orang lain dengan “kebenaran” tanpa unsur kasih yang diperlukan. Pengetahuan teologis tidak berarti apa-apa jika tidak dikomunikasikan dan dibagikan di dalam kasih.

Letakkan Sarung Tinju Anda

Dalam komunitas Reformed secara luas, saya memperhatikan adanya kecenderungan untuk menunjukkan apa atau siapa yang harus kita tentang dibandingkan mengajarkan di dalam kasih seperti yang seharusnya. Kelihatannya banyak yang memasang sarung tinju mereka dalam dunia teologis dan ingin bertarung memenangkan ajaran siapa yang harus kita setujui dan ajaran siapa yang harus kita buang (penuduh seringnya adalah penginjil yang mencintai Alkitab).

Hari ini, kita begitu cepat menuduh “doktrin sesat”. Meskipun saya menyadari sebagai orang Kristen kita tidak boleh menyetujui doktrin sesat, kita seharusnya lambat untuk menuduh seseorang dengan istilah yang berat itu hanya karena mereka tidak memiliki keyakinan yang sama seperti yang ada dalam lima pokok ajaran Calvin, atau apakah seorang wanita bisa bekerja sebagai polisi atau tidak.

Pengetahuan teologis tidak berarti apa-apa jika tidak dikomunikasikan dan dibagikan di dalam kasih.

Facebook Telegram Twitter WhatsApp

Baru-baru ini, suami saya yang pendeta menerima sebuah email dengan sebuah peringatan agar tidak berteman dengan beberapa pengajar Alkitab yang sangat terhormat karena mereka menggunakan platform yang sama di sebuah konferensi dengan sebuah kelompok yang pendapatnya tidak sama dengan orang ini. Jadi, tampak seperti kesalahan berdasarkan pertemanan. Apakah “pertengkaran” semacam ini di antara para penginjil mendatangkan kemuliaan bagi Allah? Apakah saksi garam dan terang semacam ini yang akan menarik orang-orang yang belum percaya untuk datang kepada Kristus?

Saya takut bahwa, di dalam semangat kita untuk memurnikan gereja dengan doktrin yang benar, kita melupakan kasih yang Kristus ingin untuk kita tunjukkan dalam hidup kita. Sebagaimana Paulus menasihati kita di Kitab Titus, supaya dalam segala hal kita“ memuliakan ajaran Allah, Juru Selamat kita” (Titus 2:10). Bagaimana kita menjalani hidup kita dan kata-kata yang terucap dari mulut kita menunjukkan Injil kepada dunia yang memperhatikan.

“Seorang Percaya yang Dewasa itu Mudah Diajar”

Saya bukan pendukung yang menerima atau bertoleransi dengan Injil palsu. Kita harus bijaksana dan cerdas, mendorong keyakinan-keyakinan kita dari firman Allah sendiri. Kita harus mengevaluasi studi Alkitab yang kita lakukan, buku-buku Kristen yang kita baca, dan para pengajar dan pengkhotbah yang kita dengarkan. Segala hal harus diukur dengan kebenaran Firman Allah. Akan tetapi, hanya karena seseorang tidak memiliki kepercayaan yang sama dengan saya tentang doktrin pemilihan atau pelengkap, tidak berarti segala hal yang mereka katakan tidak berharga.

Seorang profesor di seminari suami saya biasanya berkata, “Seorang percaya yang dewasa itu mudah untuk diajar.” Pada dasarnya, selalu ada hal-hal yang bisa kita pelajari dari orang lain, bahkan jika mereka tidak membubuhkan titik di atas huruf i dan menyilangkan garis di huruf t sama seperti cara kita melakukannya.

Wanita yang menjadi mentor saya di kampus mengajarkan kepada saya banyak tentang kerendahan hati, kemurahan, dan memiliki pernikahan yang saleh. Akan tetapi, ketika saya mempelajari Kitab Roma lebih dalam, melakukan satu tahun studi secara induktif, saya melihat keindahan dari kedaulatan tangan Allah di dalam doktrin pemilihan. Kelompok yang mengejek dan arogan di pelayanan kampus kami tidak meyakinkan saya, tetapi saya telah diyakinkan oleh firman Allah sendiri. Saya sadar bahwa saya tidak sepakat dalam isu khusus ini dengan wanita yang telah bertahun-tahun mengajar saya, tetapi hal ini sama sekali tidak mengurangi relasi Titus 2 yang indah antara saya dengan dia. Saya masih sangat menghormati dia dan banyak belajar darinya, bahkan jika kami memiliki perbedaan keyakinan tentang doktrin pemilihan.

Saya harap kita akan menguji hati kita sebelum berargumentasi dengan teman Kristen atau mem-posting sepenggal respons di media sosial kepada seseorang yang tidak memiliki keyakinan yang sama tentang hal teologis tertentu. Bagikanlah keyakinan kita dengan semangat dan penuh kasih, dibandingkan dengan mengutuk, sehingga bisa menghasilkan pengaruh yang lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan. Marilah kita tidak mengabaikan kasih semula yang kita miliki, saat kita berusaha untuk menyebarkan nama Allah ke seluruh bangsa. (t/Jing-Jing)

Audio: Bahaya dari Kesombongan Teologis

Sumber Artikel: 
Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
URL : https://www.desiringgod.org/articles/the-danger-of-theological-pride
Judul asli artikel : The Danger of Theological Pride
Penulis artikel : Stacy Reaoch
Tanggal akses : 14 Agustus 2018

Menjadi Orang Tua yang Baik dalam Dunia Digital

Penulis_artikel: 
Tim Challies
Tanggal_artikel: 
19 Februari 2019
Isi_artikel: 
Menjadi Orang Tua yang Baik dalam Dunia Digital

Menjadi Orang Tua yang Baik dalam Dunia Digital

Pengasuhan Digital

Bahkan, pada saat-saat terbaik pun tidak ada yang mudah dalam hal membesarkan anak. Akan tetapi, memperkenalkan sejuta teknologi baru – perangkat baru, jaringan sosial, dan aplikasi baru – dan hal-hal bahkan menjadi jauh lebih rumit. Inilah tantangan setiap orang tua hari ini. Kemarin, saya memberikan beberapa tips tentang hidup dengan baik dalam dunia digital, dan hari ini saya akan memberikan beberapa tips tentang pengasuhan anak yang baik. Saya akan menggunakan format yang sama: tiga hal yang perlu Anda jauhkan atau tolak, dan tiga hal yang perlu Anda masukkan atau terima.

Tolak Ketidaktahuan, Terima Pendidikan

Anda perlu menyingkirkan ketidaktahuan dan sebagai gantinya milikilah pengetahuan. Kapan pun teknologi baru masuk ke masyarakat, kita melihat sebuah pola yang konsisten: orang yang lebih tua cenderung untuk menolaknya sedangkan orang yang lebih muda menerimanya. Orang yang lebih tua sangat puas dengan teknologi-teknologi yang sudah mereka ketahui, sedangkan orang yang lebih muda tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru. Generasi yang lebih muda bergerak maju ke depan dan yang lebih tua tertinggal di belakang.

Ini berlaku pada orang tua. Orang tua sering merasa terintimidasi dengan teknologi-teknologi baru, jadi jangan repot-repot menanyai mereka. Sebaliknya, mereka menyerahkan perangkat kepada anak-anak mereka tanpa benar-benar memahami kekuatan dan kemampuan perangkat tersebut, dan hal itu membuat anak-anak sebagai pihak yang menanggung semua resikonya. Inilah yang kita lihat di permukaan Internet, di mana orang tua memberikan komputer dan koneksi Internet kepada anak-anak mereka, bahkan tidak pernah memikirkan bahwa anak-anak mereka mungkin justru mencari dan menemukan pornografi. Sebagai akibatnya, kita mendapati seluruh generasi anak muda yang kecanduan pornografi. Mengapa? Karena orang tua tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Mudah untuk menyalahkan anak laki-laki, tetapi kita juga perlu melihat pada para orang tua yang tidak memenuhi tanggung jawab mereka.

Jadi, orang tua, Anda perlu menolak ketidaktahuan dan memilih pendidikan. Selama teknologi baru datang, dan selama teknologi yang ada berkembang, Anda perlu terus mempelajarinya. Sebelum memberikan kepada anak-anak Anda perangkat baru yang berkilau itu, atau sebelum memperbolehkan mereka untuk bergabung dalam jaringan sosial yang ada dan yang baru, atau sebelum membiarkan mereka mengunduh aplikasi baru yang digunakan oleh orang-orang lain, Anda perlu mendidik diri Anda sendiri. Tolak godaan untuk menjadi pasif dan tidak tahu, tetapi paksa diri Anda untuk belajar.

Tolak Kebodohan, Terima Tanggung Jawab

Anda perlu menyingkirkan kebodohan dan menerima tanggung jawab. Hari ini, kita memberikan kepada anak-anak kita alat-alat yang punya kekuatan dan kemudian terkejut ketika mereka tidak mau bertanggung jawab. Ini menggelikan, dan kita seharusnya tahu bahwa anak-anak kita akan melakukan kesalahan serius jika kita tidak membimbing mereka. Jadi, orang tua, Anda bukan hanya perlu mendidik diri Anda sendiri, tetapi juga anak-anak Anda. Anda perlu memiliki rencana untuk memperkenalkan teknologi baru kepada anak-anak Anda dan untuk memonitor mereka saat mereka menggunakannya. Ini adalah tanggung jawab Anda –- tanggung jawab untuk memiliki sebuah rencana.

Rencana apa pun yang Anda terapkan perlu mempertimbangkan untuk mengajar dan juga memonitor anak-anak Anda. Bayangkan tentang mengajari anak remaja Anda mengemudikan mobil keluarga. Ketika anak itu menginjak usia 16 tahun dan mendapatkan ijinnya Anda tidak mungkin begitu saja memberikan kunci mobil itu kepadanya dan berkata, “Selamat bersenang-senang dan pulang sebelum tengah malam!” Akan tetapi, Anda akan masuk ke dalam mobil, mengajak dia ke lahan parkir sebuah mall dan membiarkan dia mengemudi berputar dalam lingkaran selama beberapa menit. Mungkin jika dia melakukannya dengan sangat baik Anda akan membolehkan dia mengemudi pulang ke rumah. Anda akan memberikan arahan, mengawasi dia, dan memberi dia hak istimewa lebih banyak saat dia menunjukkan kemampuan dan tanggung jawab yang lebih baik. Ketika berbicara tentang mobil, kepercayaan dan hak istimewa adalah hal yang sulit diperoleh tetapi cepat-diingkari. Demikian pula, Anda tidak berhak memberi anak-anak Anda sebuah ponsel atau mendaftarkan mereka ke Facebook tanpa memberikan arahan dan bimbingan.

Alkitab meyakinkan kita bahwa kebodohan tertanam dalam hati seorang anak. Pesan yang terus-menerus muncul di Amsal adalah bahwa anak muda kurang berhikmat dan sangat membutuhkan orang tua untuk mengajar mereka bagaimana hidup dengan bajik. Ini berarti tanggung jawab sepenuhnya ada pada diri Anda. Jika Anda memberi anak Anda komputer, ponsel, atau akun media sosial, Anda sedang memberi sesuatu yang memiliki kekuatan di dalam dirinya. Anak Anda bisa menggunakan hal-hal ini untuk melakukan banyak hal baik, tetapi dia juga bisa menggunakan mereka untuk melakukan banyak hal jahat. Jika kebodohan benar-benar ada di dalam hati seorang anak, Anda perlu beranggapan bahwa tanpa bimbingan, anak Anda akan menggunakan itu untuk hal yang jahat. Anda memerlukan rencana: rencana yang akan berguna untuk mengajar anak-anak menggunakan teknologi itu secara bertanggung jawab. Dari mana Anda harus memulai? Anda bisa mulai dengan The Porn-Free Family Plan atau dengan buku saya The Next Story (edisi kedua, yaitu, yang ada The Porn-Free Family Plan pada bab pertamanya). Jangan bodoh; tetapi, terimalah tanggung jawab yang Allah berikan kepada Anda.

Tolak Rasa Takut, Terima Kedekatan

Daripada takut dengan teknologi baru, mari kita mempelajarinya dan mencari cara yang bisa kita gunakan untuk memajukan tujuan Allah.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Sampai sini mungkin Anda berpikir bahwa teknologi-teknologi baru ini benar-benar terlalu beresiko. Mungkin Anda ingin melakukan pendekatan Amish (komunitas yang menolak segala bentuk teknologi - Red.) dan mencari cara untuk menghindari semua teknologi ini. Mungkin Anda merasakannya, tetapi Anda tidak bisa mengalah. Bagaimana pun juga, ini adalah dunia tempat anak-anak Anda tinggal, dan adalah jauh lebih baik untuk mendidik mereka sekarang saat mereka masih ada di bawah pengawasan Anda daripada membiarkan mereka tidak tahu apa-apa. Jadi, ini adalah tanggung jawab Anda yang serius di hadapan Allah, untuk mendidik mereka dalam disiplin dan ajaran Allah bahkan saat mereka menggunakan ponsel atau saat mereka menggunakan Facebook.

Orang sering bertanya kepada saya apakah bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada semua teknologi baru ini jika meledak ke sekitar kita hari ini. Saya tidak pernah tahu harus berkata apa kecuali ini: Allah sedang memakai mereka dalam cara yang tidak terduga dan luar biasa. Dia akan memuliakan diri-Nya melalui teknologi-teknologi itu; saya sangat yakin tentang hal ini. Bagaimana saya tahu? Karena Allah selalu melakukan itu melalui setiap inovasi teknologi yang menakutkan. Bayangkan ini:

Ketika orang pertama kali mulai mencatat semua hal dalam tulisan daripada sekadar bergantung pada daya ingat mereka, banyak orang yang takut, mengira bahwa tulisan akan menghasilkan ketidaktahuan. Akan tetapi, Allah memakai tulisan dengan cara paling baik – untuk mencatat Firman-Nya, jadi bahkan sampai hari ini kita bisa menemukan naskah yang usianya ribuan tahun yang berisikan apa yang kita kenal sebagai Alkitab.

Salah satu teknologi terbesar di dunia Roma adalah sistem jalan Roma. Dibuat untuk memindahkan para tentara dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga mereka bisa menguasai bangsa lain dan menghancurkan pemberontakan. Namun, jalan yang sama yang membawa kaki para tantara itu, adalah jalan yang membawa kaki para misionaris yang memberitakan Injil jauh ke ujung dunia.

Alat percetakan muncul pada tahun 1.500an dan orang-orang takut pada kekuatannya. Akan tetapi, apa yang terjadi? Segera alat percetakan menghasilkan Alkitab-alkitab, dan Alkitab menginspirasi Reformasi. Bukan hanya itu, tetapi kemudian Alkitab menjadi buku terlaris di sepanjang waktu.

Radio muncul dan tidak lama Injil pun disiarkan ke seluruh dunia.

Televisi ditemukan dan orang-orang segera menonton kebaktian dan KKR dan Injil ditayangkan ke negeri-negeri yang jauh.

Perangkat digital membuat orang bisa menciptakan aplikasi-aplikasi, dan dengan sangat cepat orang Kristen membuat aplikasi Alkitab. Aplikasi-aplikasi itu sangat populer, dan semakin banyak orang hari ini yang mengalami Firman Allah dalam bentuk aplikasi. Dan, itu baik-baik saja. Itu indah. Allah juga menggunakan teknologi digital.

Kita cenderung mengira bahwa tidak ada yang bisa bertahan dengan apa yang kita hadapi hari ini. Sesungguhnya, ini adalah pola yang terjadi berulang. Lagi dan lagi dunia menyaksikan ledakan dalam bidang teknologi yang telah mengubah segalanya. Hari ini kita ada dalam garis depan yang baru –- Anda dan saya –- harus melakukan pekerjaan sulit yaitu belajar untuk menggunakan hal-hal ini dengan baik. Daripada memilih untuk takut, kita harusnya memilih untuk terbiasa. Daripada takut dengan teknologi baru, mari kita mempelajarinya dan mencari cara yang bisa kita gunakan untuk memajukan tujuan Allah. Mari kita mempelajari keuntungan dan resikonya, dan belajar bagaimana menggunakan hal-hal ini untuk melakukan panggilan Allah. Dan kemudian mari kita mengerjakannya untuk kebaikan bagi orang lain dan mendatangkan kemuliaan bagi Allah. (t/Jing-Jing)

Menjadi Orang Tua yang Baik

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Challies
URL : https://www.challies.com/articles/parenting-well-in-a-digital-world//
Judul asli artikel : Parenting Well in A Digital World
Penulis artikel : Tim Challies
Tanggal akses : 11 Oktober 2018

Berkat Kebangkitan

Penulis_artikel: 
Rev. Carl Haak
Tanggal_artikel: 
19 Februari 2019
Isi_artikel: 
Berkat Kebangkitan

Berkat Kebangkitan

Berkat kebangkitan

“Tetapi sekarang Kristus telah bangkit dari kematian.”

Itu adalah perkataan penghiburan yang sempurna, kemenangan bagi setiap anak Allah.

Apakah dosa Anda mengganggu Anda? Apakah itu merupakan beban yang menekan hati Anda? Apakah Anda bertanya-tanya bagaimana Allah bisa menyebut Anda Anak-Nya?

Kristus bangkit dari kematian!

Dengan bangkit pada hari ketiga, Dia menyatakan bahwa dosa umat pilihan Allah sekarang telah lenyap. Kebangkitan-Nya memberi bukti yang tak terbantahkan bahwa dosa-dosa kita, yang Dia tanggung, dipakukan ke kayu salib dan kita tidak lagi menanggungnya.

Apakah Anda bergumul dengan dosa Anda? Apakah Anda bertambah kuatir, bahkan jijik? Anda melihat diri Anda sendiri berdosa begitu berulang-ulang, terang-terangan, dan dengan sengaja? Kristus bangkit dari kematian. Kuasa kebangkitan-Nya ditaruh di dalam setiap orang percaya pilihan – kuasa yang penuh kemenangan. Kehidupan Kristus tidak bisa binasa. Kehidupan itu memperbaharui kita setiap hari kepada penyesalan dan kedukaan, kepada iman dan percaya. Dia berkata, “Karena Aku hidup, kamu pun hidup.”

Apakah Anda takut pada kematian? Apakah kedukaan dan kesepian dan lambain kegelapan mendatangi Anda setiap hari? Kristus bangkit dari kematian! Kematian tidak lagi punya sengat terhadap mereka yang adalah milik kepunyaan-Nya. Kubur telah kalah. Kematian telah bertemu dengan sesuatu yang lebih berkuasa daripada dirinya sendiri. Dengan menjadi milik Tuhan yang bangkit, kita bisa melihat ke dalam kubur kita sendiri, menghadapi kematian kita sendiri, dan dengan keyakinan berkata, “Engkau tidak akan meninggalkan aku di kubur, tetapi Engkau akan menunjukkan kepadaku jalan kehidupan.”

Bagi setiap anak Allah ada pengharapan, kemenangan, dan jaminan di dalam kebangkitan Injil: Sekarang Kristus bangkit dari kematian.

Tidak terlalu sulit untuk melihat bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah batu penjuru iman Kristen. Dalam 1 Korintus 15 Paulus mengemukakan dari sudut pandang tersebut. Di situ dia menulis: “Dan, jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah imanmu, dan kamu masih berada dalam dosa-dosamu.”(ay. 17). Kita akan memiliki pengharapan hanya untuk hidup ini. Jika tidak ada kebangkitan, maka mereka yang telah mati di dalam Yesus tidak akan dibangkitkan pula. Tetapi, rasul menegaskan, Kristus bangkit dari kematian!

Kita tidak akan menghabiskan waktu kita hari ini dengan memperdebatkan ketidakpercayaan yang menolak kebangkitan-Nya. Kita tidak akan menyia-nyiakan waktu kita dengan mereka yang benar-benar bebal. Ketika kita berkata bahwa Kristus bangkit, kita tidak mengartikan bahwa Dia hidup di dalam kenangan kita. Kita tidak mengartikan bahwa kehidupan dan ajaran-Nya yang berpengaruh besar sudah tidak berbekas lagi hari ini. Akan tetapi, kita menerima secara jelas Firman Allah yang mengajarkan bahwa Yesus bangkit, tubuh dan jiwa, dan saat ini, dalam tubuh kemuliaan-Nya, ada di surga. Kita tahu itu. kita tahu bahwa Dia bangkit karena Dia hidup di dalam hati kita. Kristus, di dalam Anda, kata rasul (Kolose 1), pengharapan yang mulia. Kita dibangkitkan bersama dengan Kristus. Kepada kita diberikan bukti paling absolut tentang kebangkitan-Nya. Dia hidup di dalam kita melalui Roh Kudus-Nya.

Kebangkitan mendatangkan berkat yang besar bagi kita. Anda bertanya, Apa sajakah berkat-berkat itu?

Yang pertama, berkat itu adalah bahwa kebangkitan Yesus Kristus merupakan bukti pengampunan. Kebangkitan Tuhan kita melihat ke belakang, terutama, ke salib. Itu menyatakan bahwa semua yang Yesus upayakan di atas salib adalah, sebenarnya, telah tuntas. Kubur kosong menyatakan salib yang berhasil. Tuhan yang bangkit adalah jaminan, kesaksian, tentang Allah bahwa tujuan Allah di salib telah benar-benar tercapai.

Tepatnya, apa tujuan Allah dengan menyerahkan Anak-Nya di salib? Tujuan itu tidak lain adalah pengampunan – menghapuskan dosa-dosa kita, untuk memberikan pembayaran atas dosa anak-anak-Nya. Tujuan Allah itu berkaitan dengan kebenaran. Kebenaran artinya seseorang bisa berdiri di hadapan Allah; bahwa Allah tidak akan mendapati kesalahan pada dirinya; bahwa Allah akan mengatakan, “kau selaras dengan hukum-Ku.” Dan kita tahu bahwa kita, diri kita sendiri, tidak benar. Kita semua tidak selaras dengan Allah. Kita melanggar hukum-Nya. Kita suka menentang dan karena itu bersalah dan celaka di hadapan Allah. Akan tetapi, tujuan Allah adalah memberikan Anak-Nya untuk memberikan pengampunan, untuk menghapuskan pelanggaran, untuk menggantikan para pelanggar hukum Allah, dan untuk menderita apa yang pantas diterima dosa kita – semua dosa umat pilihan Allah. Kita mungkin menganggap itu sangat pribadi. Maksud Allah, tujuan Allah dengan menempatkan Anak-Nya di kayu salib di Kalvari, adalah untuk mengampuni dosa-dosa saya dengan menanggungkan hukuman atas dosa-dosa saya pada Yesus Kristus yang telah diberikan untuk menggantikan saya.

Demikianlah Yesus mati di atas salib. Dan, Dia menyerahkan Roh-Nya kepada Allah. Di saat kematian-Nya, terjadilah tanda-tanda ajaib yang kita baca: kubur orang-orang suci terbuka, batu-batu terbelah dua, tabir bait suci terbelah menjadi dua. Akan tetapi, kemudian, semuanya senyap. Prosesi pemakaman kecil dilakukan untuk membawa tubuh-Nya dari kayu salib menuju kubur. Malam tiba. Dia dibaringkan di dalam kubur dan kubur itu ditutup. Semuanya sunyi.

Dan, kemudian muncullah kabar baik: Dia bangkit! Sebagai deklarasi bahwa semua tujuan dari Dia diutus, telah dipenuhi di atas salib adalah benar-benar dituntaskan, diampuni. Dosa-dosa umat pilihan Allah tidak ada lagi. Kebenaran telah didapatkan bagi mereka. Hukuman akibat dosa-dosa mereka hilang selamanya. Mereka sekarang berdiri di hadapan Allah kudus dan tidak bersalah.

Bagaimana saya tahu hal itu? Allah membangkitkan Dia dari kematian. Kebangkitan, Anda lihat, adalah kesaksian Allah yang utama. Kesaksian-Nya itu adalah bahwa Anak Allah, yang mewakili semua anak-anak-Nya, tidak pantas mati. Dia tidak pantas untuk kubur. Tidak ada kesalahan pada Anak-Nya. Dia harus dibangkitkan. Dan itulah Kitab Suci.

Kita membaca di Roma 4:25 bahwa Kristus diutus karena pelanggaran kita dan dibangkitkan untuk pembenaran kita. “karena” artinya “alasan.” Dia diutus ke salib karena pelanggaran kita. Salib, karena itu, bukanlah sebuah kesalahan. Bukan kesalahpahaman yang tragis. Bukan! Dia diutus untuk mati di salib karena pelanggaran kita. Dan Dia dibangkitkan sebagai penyebab-pembenaran, dengan menghapus dosa-dosa kita, Dia sekarang menyatakan kita benar di hadapan Allah. Karena kita sungguh benar, dosa-dosa kita hilang, Yesus bangkit dari kubur.

Dibangkitkan bersama Kristus artinya Anda dibawa ke pertempuran, pergumulan, peperangan yang tidak mengalah dan tidak kompromi dengan dosa.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Kita membaca lagi dalam Roma 8, pasal yang indah tentang jaminan untuk orang Kristen, pasal yang dimulai dengan kata-kata yang indah, “Oleh karena itu, sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi orang yang berada di dalam Yesus Kristus.” Dalam ayat 34, Paulus memberikan tantangan: “Siapakah yang akan memberikan hukuman? Yesus Kristus yang telah mati, bahkan yang telah dibangkitkan dari kematian.” Rasul yakin bahwa tidak seorang pun bisa menuntut penghukuman terhadap umat pilihan Allah. Mengapa? Apakah karena rasul tidak peduli akan dosa? Apakah dia hanya berdiri di sana dalam keberanian yang gegabah? Oh, tidak. Dia tahu dosa. Tetapi Dia tahu hal ini: dia tahu bahwa Kristus telah diutus untuk dosa-dosanya. Bahkan lebih daripada itu. Dia tahu bahwa Kristus bangkit. Lihatlah kubur yang kosong, hai anak-anak Allah. Pergilah ke sana dengan iman dan jangan berdiri kebingungan di depan kubur. Jangan tidak pasti dan bingung tentang apa artinya itu bagi Anda. Itu artinya bahwa kita diampuni, kita tidak bersalah di hadapan surga. Meskipun dosa-dosa kita menyerang kita dan menggelisahkan hati nurani kita, tetapi, di dalam Yesus Kristus, anak-anak Allah, dijadikan percaya di dalam pertobatan, menerima pengampunan.

Bagaimana saya tahu? Kristus bangkit dari kematian.

Kita menerima itu dengan iman. Kita menerima berkat pengampunan atas dosa ini melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus yang bangkit.

Oh, sungguh berkat yang indah. Dari semua kebenaran di Alkitab tidak ada yang lebih penting selain pengampunan atas dosa. Diampuni! Betapa indahnya ketika Alkitab berbicara kepada kita tentang pemilihan Allah yang kekal; bahwa Dia memilih, sebelum dunia diciptakan, orang-orang yang akan diselamatkan. Betapa indahnya ketika Alkitab berbicara kepada kita tentang kebenaran pengangkatan sebagai anak; bahwa Allah telah menjadikan anak-anak-Nya pewaris kemuliaan yang kekal. Kebenaran-kebenaran yang indah, tetapi yang paling indah dari semuanya adalah bahwa kita diampuni; bahwa dosa-dosa kita telah dilenyapkan dari pandangan Allah, dihilangkan dengan satu-satunya cara itu bisa dihilangkan – dengan Anak Allah menerima murka Allah yang berhutang atas dosa kita. Dan kemudian menerima bukti yang mutlak dan tak terbantahkan bahwa karya Salib-Nya benar-benar menang. Karena Allah membangkitkan Dia dari kematian. Kristus bangkit. Dosa-dosa kita diampuni.

Akan tetapi, ada berkat kebangkitan. Tidak hanya kebangkitan Kristus memberitahu kita hari ini bahwa dosa-dosa kita diampuni. Akan tetapi, Dia juga bangkit sebagai kuasa atas kehidupan yang baru. Kehidupan Yesus Kristus yang bangkit, ditaruh, oleh anugerah Allah, ke dalam setiap orang percaya. Hidup-Nya menjadi hidup kita supaya kita diberi prinsip atau benih hidup itu lahir di dalam kita. Tentang diri kita sendiri, Alkitab memberi tahu kita, kita dilahirkan duniawi, memiliki hawa nafsu, dan jahat. Kita terlahir jahat, jasmaniah, dan di bawah kuasa dosa. Namun, dengan kuasa Tuhan Yesus Kristus yang bangkit dan melalui karya Roh Kudus-Nya, kehidupan Yesus Kristus ditanamkan ke dalam hati orang percaya – sebuah kehidupan yang sekarang mencari Allah, sebuah kehidupan yang tidak bisa mati, sebuah kehidupan yang bukan sasaran kematian, kehidupan surgawi, sebuah kehidupan yang tidak bisa bergantung pada apa pun di dunia sebagai sumbernya, sebuah kehidupan yang hanya tentram di surga. Kita membaca di 2 Korintus 5:17, “Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.” Itulah berkat kebangkitan. Dengan kebangkitan-Nya, Dia juga membuat saya hidup, hidup bagi Allah, dengan kehidupan surgawi, yang-tidak pernah berakhir.

Kita membaca itu di Roma 6:4-6. Di situ Rasul Paulus menjawab tuduhan terhadap kebenaran tentang pembenaran, yaitu, bahwa Allah telah mengampuni umat-Nya dan menjadikan mereka tidak bersalah di dalam Kristus. Ada orang-orang yang menjadikan ajaran ini sebagai alasan untuk berbuat dosa; ajaran bahwa Allah sudah mengampuni dosa di dalam Yesus Kristus akan mendorong orang untuk berbuat dosa karena, bagaimana pun, Allah sudah mengampuni dosa jadi tidak masalah berapa banyak kita berbuat dosa. Rasul mengatakan bahwa itu adalah perkataan yang bodoh. Rasul berkata bahwa itu mengatakan apa yang dilakukan oleh seseorang yang tidak tahu tentang Injil Juru Selamat yang bangkit. Karena bukan saja Kristus bangkit sebagai bukti bahwa dosa-dosa saya diampuni, tetapi Kristus juga bangkit sebagai kuasa atas hidup yang baru, supaya semua yang dibangkitkan bersama dengan Kristus juga berjalan dalam pembaruan hidup. Kita membaca, “Karena itu, kita telah dikuburkan bersama-sama Dia pada waktu kita dibaptis ke dalam kematian-Nya; supaya sama seperti Yesus yang dibangkitkan dari antara orang mati melalui kemuliaan Bapa, kita juga boleh berjalan dalam pembaruan hidup. Sebab, jika kita telah dipersatukan bersama-Nya di dalam keserupaan kematian-Nya, kita pasti juga akan dipersatukan dalam keserupaan kebangkitan-Nya. Kita tahu bahwa manusia lama kita sudah disalibkan bersama Kristus dan tubuh dosa kita telah dilenyapkan sehingga kita tidak akan menghambakan diri lagi kepada dosa.” Kita mati di dalam Kristus. Kita bangkit bersama-sama dengan Kristus supaya kita boleh berjalan dalam pembaruan hidup dan tidak lagi dikuasai oleh dosa.

Rasul membicarakan kebenaran yang sama kepada kita di Kolose 3:1-4. Di situ kita membaca, “Jika kamu telah dibangkitkan bersama Kristus, carilah hal-hal yang di atas…” Ketika rasul berkata, “Jika kamu telah dibangkitkan bersama Kristus,” dia bukan mengungkapkan keraguan tentang hal itu. Kita bangkit bersama Kristus. Namun, dia mau mengatakan, jika itu benar, maka ini juga harusnya benar. Jika Anda bangkit bersama Kristus, maka Anda akan mencari hal-hal yang di atas. Dan dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa “ hidupmu tersembunyi bersama Kristus dalam Allah.” Sumber hidup Anda sekarang adalah Yesus Kristus. Dan dari hidup itu Anda akan mencari hal-hal yang di atas. Anda akan mencari hal-hal tentang Allah. Anda sekarang akan berada di jalan kekudusan.

Itulah berkat kebangkitan: kekudusan hidup. Dibangkitkan bersama Kristus artinya Anda dibawa ke pertempuran, pergumulan, peperangan yang tidak mengalah dan tidak kompromi dengan dosa. Anda sekarang berbeda dari dunia. Bukan hanya hati nurani manusia yang memberi tahu ketika Anda berbuat salah. Namun, prinsip kasih akan Allah. Prinsip hidup Kristus di dalam diri Anda itulah yang sekarang meyakinkan Anda tentang dosa Anda. Dan, arah hidup Anda telah berubah. Arah hidup saya bukan diri saya sendiri lagi, tetapi Kristus yang ada di dalam saya. Hidup Kristus itu mengarahkan manusia lama yang berdosa di dalam saya. Ketika Kristus ditempatkan di dalam saya, dosa itu mengaum seperti singa karena ditantang kekuasaannya. Namun, hasil akhir dari pergumulan ini tidak diragukan. Kita dibangkitkan sekarang di dalam Kristus. Dia telah menaklukkan. Dia telah menang. Dosa mungkin berjuang di dalam saya, dosa mungkin mengaum, dosa mungkin menyerbu; tetapi tidak berkuasa. Karena Kristus bangkit dari kematian.

Betapa indah berkat kebangkitan Yesus Kristus. Itulah penghiburan saya. Itulah keselamatan saya. Kristus bangkit dari kematian. Dia berkata, Karena Aku hidup, kamu pun akan hidup. Kehidupan kebangkitan-Nya mendatangkan semua berkat rohani ke dalam hati saya.

Sekarang, anak-anak Allah berkata, saya ingin menjadi seperti Yesus.

Apakah Anda mau menjadi seperti Yesus? Ya, jika Anda bangkit di dalam Yesus Kristus. Maka, tujuan Anda tidak lagi menjadi yang paling populer, menjadi yang paling cantik. Maka, sebagai seorang anak, tujuan Anda bukan hanya hal-hal yang menyenangkan. Akan tetapi, kerinduan kita adalah menjadi seperti Yesus, untuk menjadi setia, rendah hati, bijaksana, dan ramah. Sama seperti Dia mengorbankan diri-Nya untuk saya, demikianlah saya mau mengorbankan diri saya untuk umat-Nya. Sama seperti Dia berbelas kasih dan mengampuni umat-Nya, demikianlah saya ingin berbelas kasih dan mengampuni. Dan, sekarang ada rasa tidak puas yang kudus terhadap dosa saya dan kerinduan sepenuh hati untuk menjadi seperti Kristus, dan hidup bagi Dia.

Apakah Anda bangkit bersama Kristus? Maka di dalam diri Anda ada kuasa untuk hidup yang baru. Berkat kebangkitan: pengampunan dosa, kuasa untuk hidup yang baru.

Akan tetapi, ada satu lagi. Kebangkitan Yesus Kristus juga merupakan janji kemuliaan yang kekal, janji bahwa tubuh kita akan dibangkitkan dan diubah dan dijadikan seperti tubuh kemuliaan-Nya. Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kebangkitan Yesus Kritus adalah janji kebangkitan tubuh semua orang kudus-Nya. 1 Korintus 15 memberitahu kita bahwa Kristus dibangkitkan sebagai buah sulung dari antara mereka yang mati. Buah sulung mewakili jagung atau jelai yang pertama kali dituai yang oleh orang-orang Israel dalam Perjanjian Lama, yang dipersembahkan di mazbah Tuhan. Dengan memberi hasil pertama kepada Allah mereka menerima dari Allah tuaian yang lengkap dan penuh. Kristus adalah buah sulung dari orang-orang yang mati. Dia adalah janji Allah bahwa akan ada tuaian yang lengkap dan penuh, bahwa semua tubuh anak-anak-Nya akan dibangkitkan.

Jadi, kita membaca dalam Filipi 3:20,21 bahwa Kristus akan mengubah tubuh kita yang hina dan menjadikannya seperti tubuh-Nya yang mulia. “Lihat,” Firman Allah katakan dalam 1 Korintus 15, “karena terompet akan berbunyi, dan orang mati akan dibangkitkan tanpa kebinasaan, dan kita akan diubah dan dimuliakan. Tubuh kita yang sama, tubuh saya ini, akan diubah dan dijadikan sesuai untuk kehadiran Allah. Semua kutukan dosa akan ada diubahkan.” Tubuh kita akan dibangkitkan dari antara orang mati. Dan jika kita masih hidup ketika Tuhan datang kembali, tubuh duniawi kita akan lagi gangguan mental, tidak ada lagi kelumpuhan, tidak ada lagi penderitaan. Tetapi kita akan dijadikan sempurna, berjalan dan berlari, melompat dan berdansa, di dalam kasih Allah.

Kita membaringkan tubuh kita, sekarang, di dalam kubur. Terkadang tubuh manusia menjadi lekang oleh usia tua, keriput dan tinggal tulang. Terkadang rusak akibat kanker. Terkadang tubuh menjadi cacat/rusak mengerikan karena tabrakan, terbakar, tulang yang patah. Terkadang itu adalah tubuh seorang anak kecil, diam dan tidak bergerak. Dan kita mati dan membusuk dan kembali menjadi debu yang dari itu kita dulu diambil. Dilenyapkan. Itu akan menjadi tubuh yang penuh dengan kemuliaan Yesus Kristus. Kita akan menjadi sempurna. Tidak akan ada lagi kecacatan, tidak. Namun, sekarang Kristus bangkit dari kematian. Kita akan menjadi seperti Dia.

Jelaskan itu, kata Anda. Saya percaya itu. Bagaimana seekor ulat berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah? Oleh kuasa Allah. Jadi, dengan kuasa kebangkitan Yesus Kristus, tubuh umat Allah akan dibangkitkan.

Inilah berkat kebangkitan itu: pengampunan dosa, hidup bagi Allah, dibangkitkan ke dalam hidup yang kekal sehingga kita sekarang bisa berdiri di depan kematian dan berkata, “Saya lebih dari pemenang oleh Dia yang mengasihi saya. Syukur kepada Allah yang memberi kita kemenangan.”

Apakah Anda memiliki pengharapan ini? Apakah Anda mengakui ini sebagai milik Anda? Maka Anda akan menjadi murni. Maka teman-teman Anda akan menjadi orang-orang yang akan masuk surga. Maka tujuan hidup Anda adalah untuk memuliakan Juru selamat Anda. Maka sukacita Anda adalah Anda menjadi serupa dengan Dia dalam pikiran, kata-kata, dan perbuatan. Dan Anda akan hidup dan akan mati di dalam jaminan berkat ini: dosa Anda diampuni, hidup Anda adalah hidup Kristus, pengharapan Anda adalah Dia akan datang kembali, dan hari-hari Anda di bumi akan terlalu sedikit untuk Anda bersyukur kepada Dia, yang telah melakukan semua ini bagi Anda. (t/Jing-Jing)

Berkat Kebangkitan

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Reformed Witness Hour
URL : http://www.reformedwitnesshour.org/1998/1998apr12.html
Judul asli artikel : Ressurection Blessings
Penulis artikel : Rev. Carl Haak
Tanggal akses : 6 Desember 2017

Hak Asasi Manusia

Penulis_artikel: 
Stephen Pidgeon
Tanggal_artikel: 
19 Februari 2019
Isi_artikel: 
Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia

HAM

Sebuah frasa penghargaan Nobel, pastinya. Namun, di dalam dunia yang tidak mengenal Allah, tidak ada hak asasi, karena hak asasi manusia, untuk menjadi sebuah hak, harus menunjukkan otoritas yang lebih besar daripada otoritas negara. Inilah sebabnya di dalam negara fasis (di mana otoritas pemimpin bersifat absolut - Red.) tidak ada hak, karena tidak ada otoritas yang diakui melebihi negara. Di mana hanya ada perintah negara, di situ tidak ada hak, hanya hak istimewa dan kejahatan: hak istimewa yang diberikan oleh negara (dan bisa dicabut) dan kejahatan yang dilarang.

Hak, hak istimewa, dan kejahatan memiliki sifat yang sama. Mereka muncul dari larangan. Ambil contoh perintah “jangan melakukan kejahatan pembunuhan.” Kejahatan didefinisikan dengan larangan pada perilaku manusia. Sama dengan itu, hak muncul dari larangan dari Allah pada perilaku manusia yang terdapat di perintah “jangan membunuh.”

Ini adalah natur yang sama antara kejahatan, hak istimewa, dan hak. Akan tetapi, ketika negara tidak menghargai otoritas yang lebih tinggi daripada negara (fasisme), hak menjadi tidak lebih daripada hak istimewa yang diberikan oleh negara. Hanya ketika negara mengakui Otoritas Ilahi, maka terdapat peluang bagi keberadaan hak asasi manusia.

Tentang Kejahatan:

Negara biasanya mendefinisikan kejahatan dalam dua kategori umum: mala in se, dan mala prohibita. Mala in se adalah kejahatan yang sudah sifatnya jahat, seperti pembunuhan. Mala prohibita adalah kejahatan yang hanya karena negara mengatakannya demikian, seperti misalnya, melaju 55 mil/jam dalam zona 40 mil/jam.

Negara yang tidak mengakui Otoritas Ilahi tidak bisa menyatakan kejahatan mala in se, -- yang sudah sifatnya jahat –- karena tidak bisa ada yang baik dan jahat tanpa pengakuan akan urutan moral superior dari negara. Sama halnya, sebuah negara yang tidak mengakui Otoritas Ilahi tidak dapat mengklaim “aturan hukum” melainkan “aturan perintah.” Aturan hukum menyatakan secara tidak langsung bahwa anggota-anggota kelompok yang memerintah bisa dimintai pertanggungjawaban sesuai standar yang memiliki otoritas lebih besar daripada negaranya. Ketika negara tidak mengakui otoritas yang lebih tinggi atas negara itu, maka tidak ada hukum –- yang ada hanyalah tirani.

Tentang Hak Istimewa:

Negara biasanya memberikan hak istimewa berdasarkan dua kategori umum: diberikan berdasarkan dampak pragmatis dari hak istimewa (menimbang sampai mana hak istimewa akan paling baik untuk jumlah orang terbanyak), atau diberikan berdasarkan relasi feodal. Masyarakat feodal saat ini paling banyak terdapat di negara-negara Barat, paling banyak negara-negara Marxist, dan kelihatannya semua bersifat diktator. Dengan feodalisme, hak Anda didasarkan pada siapa yang Anda kenal, bukan status yang setara di bawah aturan hukum.

Akan tetapi, untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, orang-orang di balik pemberian hak istimewa memiliki kebutuhan untuk mendirikan beberapa dasar untuk masing-masing pemberian, dan biasanya, hal-hal ini diatur di dalam daftar nama pemilik hak-hak istimewa. Dengan mengajukan alasan, pemberian hak istimewa tidak terlihat seperti yang sebenarnya: praktek pemaksaan yang tidak menyenangkan.

Misalnya, Preamble of the United Nation’s Universal Declaration of Human Rights menyatakan bahwa dasar dari “hak asasi” diproklamasikan di situ sebagai:

1. Deklarasi keluarga pemerintahan internasional (kita katakan demikian)
2. Proklamasi masyarakat umum (orang-orang biasa mengatakan demikian, setidaknya banyak sekali dari pendapat mereka yang sebenarnya ingin kita dengarkan)
3. Perlunya membuat aturan hukum untuk menghentikan pemberontakan (alasan pragmatis)
4. Iman di dalam hak asasi manusia dan martabat manusia yang sama (mendukung komunitas religius dengan kalimat “iman” yang kalau tidak/sebaliknya adalah jelas omong kosong, karena tidak ada hak asasi manusia atau martabat manusia di bawah humanisme sekuler).

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia diadopsi oleh sebagian besar majelis umum PBB Amerika Serikat, dengan blok Soviet dan Arab Saudi abstain/tidak memberikan suara. Karena pengambilan suaranya tidak menghasilkan suara bulat, deklarasinya bahkan tidak “global” hanya “universal”. Selanjutnya, karena tidak mengakui Otoritas Ilahi, maka hanya mengatur daftar siapa yang mendapat hak istimewa. Terlebih lagi, itu tidak mengikat semua anggota negara. Karena itu, menyebut dokumen itu sebuah Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia adalah jelas sebuah kebohongan. Kenyataannya, itu hanyalah Laporan Deklarasi Sebagian Besar Majelis Umum PBB Amerika Serikat mengenai disetujuinya hak-hak istimewa yang diberikan-oleh pemerintah.

Undang-Undang Hak Asasi Manusia Kanada mencontoh Deklarasi Universal ini, mengadopsi pembagian kelompok yang sama. Awalnya, Undang-Undang Hak Asasi Manusia Kanada tidak melindungi orang-orang berdasarkan orientasi seksual mereka, sedangkan Deklarasi Universal melakukannya. Undang-Undang Hak Asasi Manusia Kanada karenanya, diganti dengan keputusan sidang pengadilan untuk memasukkan kelompok ini.

Tentang Hak Asasi Manusia:

Seperti yang telah saya katakan, kesamaan di antara kejahatan, hak istimewa dan hak, adalah bahwa mereka muncul dari larangan dalam interaksi manusia. Kejahatan dan hak istimewa dilarang dengan tindakan dari negara, meskipun cukup sering bahwa negara menyebut hak istimewa yang mereka berikan sebagai “hak” padahal dalam kenyataannya, perintah itu sendiri adalah sebuah kesalahan atau bahkan sebuah kejahatan (perundang-undangan/pembuatan undang-undang anti-diskriminasi yang mengatur “hak asasi manusia” pada kenyataannya adalah kesalahan perdata jika sanksinya adalah denda, dan sebuah kejahatan jika sanksinya adalah kurungan).

Hak istimewa bisa benar-benar menjadi hak hanya jika mereka dengan tepat (untuk mengatakan, dengan benar) mendefinisikan hak sebagaimana dinyatakan di dalam perintah dari Allah (seperti hak untuk bebas beribadah), tetapi ketika “hak” seperti itu diberikan oleh pemerintah – dan karena itu bisa ditarik kembali – maka itu bukanlah hak, itu adalah hak istimewa yang diberikan-pemerintah.

Pertimbangkan berapa jauh kita telah menyimpang dari pemahaman ini. Pada tahun 2006, golongan Sosialis yang memerintah di Spanyol mengumpulkan rancangan undang-undang untuk memberikan “hak asasi manusia” kepada empat spesies hewan. Spesies-spesies itu adalah simpanse, bonobo, gorila, dan orangutan: yang disebut “kera besar” atau “hominid”. Pemerintah Spanyol mencoba untuk melekatkan hak “manusia” kepada kera melalui perintah negara, kelihatannya karena mereka percaya bahwa monyet adalah juga manusia.

Hak asasi manusia muncul dari larangan pada perilaku manusia. Hak untuk bebas berbicara –- sebuah sifat asli yang hanya ada pada manusia – misalnya, muncul dari larangan pada pemerintahan untuk bertindak bertentangan dengan kebebasan mengemukakan pendapat.

Hak yang Diberikan oleh Allah

Sekarang perhatikan larangan dari Allah yang terdapat dalam Keluaran 20:

Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Jangan membunuh.
Jangan berzinah.
Jangan mencuri.
Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.

Dari daftar inilah (meskipun ini bukan daftar yang eksklusif) “hak asasi manusia” kita berasal. Saya akan memberi penekanan di sini bahwa kita tidak memiliki “hak” yang bertentangan dengan kehendak Allah – Dialah penulis iman kita, keselamatan kita, dan hak kita. Akan tetapi, dari daftar ini, hak asasi manusia bertambah pada kita karena jika Allah melarang, siapakah manusia yang ingin menentang?

Karena itu, kita memiliki hak untuk mempercayai Allah kita sebagai yang lebih tinggi dari semua dewa yang diajukan, termasuk, pemerintah negara, sistem keuangan, sistem sekolah, uang, konsumerisme, kapitalisme, Marxisme, fasisme, komunisme, sosialisme, dan seterusnya. Allah sudah memerintahkan kepada kita untuk tidak memiliki Allah selain Dia; karena itu kita memiliki hak yang diberikan oleh Allah untuk bebas dari negara yang menempatkan dirinya sendiri di atas Allah. Sejak zaman Nebukadnezar sampai dunia modern, ada kegagalan para pemimpin tertentu untuk mengakui bahwa Allah itulah yang mendirikan kekuasaan dan otoritas di bumi sesuai dengan tujuan-Nya. Sebagaimana Nebukadnezar mengatakannya:

“Aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun. Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tantara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorang pun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: “Apa yang Kaubuat?” (Daniel 4:34-35).

Dengan bantuan larangan pada Perintah Kedua, kita mendapatkan hak asasi manusia untuk menolak penyembahan berhala. Tidak ada negara yang mengakui hak ini, tetapi Jerman memiliki hak yang diperoleh dari Allah bukan untuk menyembah berhala Narsisme. Rusia memiliki hak yang diperoleh dari Allah bukan untuk menyembah berhala Vladimir Lenin. Amerika memiliki hak yang diperoleh dari Allah bukan untuk menyembah berhala kaum pagan. Kanada punya hak yang diperoleh dari Allah bukan untuk menyembah humanism sekuler. Kita semua yang berada dalam dunia modern memiliki hak yang diperoleh dari Allah bukan untuk menyembah agama dunia, matahari, titik balik matahari, ilmu pengetahuan Darwinisme. Kita memiliki hak yang diperoleh dari Allah untuk menolak berhala.

Dan demikian seterusnya. Kita memiliki hak untuk bebas dari perzinahan. Kita memiliki hak atas kepemilikan kita dan terbebas dari pencuri. Seberapa luas hak atas kepemilikan? Perintah Kesepuluh menyatakan bahwa kita tidak memiliki hak atas apa pun yang bukan milik kita. Ini mencakup pernikahan kita, keluarga kira, relasi kerja kita, kepemilikan intelektual kita, kepemilikan nyata kita dan kepemilikan pribadi kita. Jangan mencuri, maka Anda tidak akan iri hati. Dari larangan inilah kita mengakui ketetapan Allah tentang hak kita atas kepemilikan.

Hak untuk Hidup

Akan tetapi, mari kita luangkan waktu untuk membahas hak untuk hidup. Allah berkata, jangan membunuh. Istilah Bahasa Ibrani yang digunakan di sini adalah rashach (dengan sengaja membunuh manusia) bukan kata shachat (mengambil nyawa hewan atau manusia). Larangan ini menciptakan hak untuk terbebas dari pembunuhan –- hak untuk bebas dari seseorang yang dengan sengaja mengambil nyawa Anda. Ini adalah sumber hak untuk hidup yang ditetapkan oleh Allah.

Karena hak ini ditetapkan oleh Allah, dan karena hak tidak dapat muncul dari sumber lain, kewajiban kita sebagai manusia adalah memutuskan bahwa tentang kapan hak dilekatkan pada keadaan manusia bukanlah pendapat kita, tetapi memutuskan bahwa adalah pendapat Allah mengenai kapan hak itu dilekatkan. Untuk mengesahkan istilah yang dirancang tentang hidup manusia dengan penafsiran kita – jika penafsiran semacam itu tidak memenuhi sasaran Allah –- adalah pengesahan shachat.

“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-MU oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah, mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.” (Mazmur 139:13-16).

Bagi Anda yang bersikeras berpendapat, “kehidupan dimulai pada saat kelahiran,” Anda sebaiknya membaca ulang bagian ini. Kehidupan manusia dimulai sebelum bagian tubuh manusia yang mana pun dibuat. Ordonansi/Aturan jiwa sudah ada sejak semula, sesuai dengan kehendak dari Sang Pencipta:

“Sebab, mereka yang telah dikenal-Nya sejak semula, juga telah ditentukan-Nya sejak semula untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Mereka yang telah ditentukan-Nya sejak semula, juga dipanggil-Nya; dan mereka yang dipanggil-Nya, juga dibenarkan-Nya; dan mereka yang dibenarkan-Nya, juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8:29-30).

... hanya karena kita tidak memiliki hak di hadapan Allah bukan berarti kita tidak memiliki hak yang diberikan oleh Allah.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Kita memiliki hak untuk hidup, karena hal itu telah ditetapkan oleh Bapa dalam bentuk larangan jangan membunuh. Kita harus mendapatkan pemahaman ini, karena tidak mungkin diragukan bahwa negara internasional yang berkembang dengan cepat menyimpulkan bahwa ada terlalu banyak orang di bumi, yang makan terlalu banyak makanan, menggunakan terlalu banyak minyak dan menciptakan terlalu banyak “gas rumah hijau.” Kecuali negara diingatkan bahwa ada otoritas yang kepadanya negara akan memberikan jawaban akhir, solusi mereka, yang hampir selalu adalah kematian, akan segera sampai pada kita, khususnya ketika mereka menyimpulkan bahwa hak Anda untuk hidup hanyalah hak asasi yang diberikan oleh negara – hak yang mereka berikan, dan hak yang dapat mereka cabut.

Apakah Kita Memiliki Hak untuk Hidup?
oleh Jon Dykstra

Jika Anda pernah mengikuti pawai pro-kehidupan atau para pemrotes aborsi Anda mendengar rekan-rekan Kristen berbicara tentang “hak untuk hidup” dari bayi-bayi yang belum lahir. Akan tetapi, apakah ini adalah frasa yang seharusnya digunakan oleh orang Kristen? Apakah itu memiliki dasar alkitabiah? Bisakah orang Kristen menuntut hak untuk hidup, atau tentu saja, hak apa pun juga?

Itu semua tergantung pada apa yang Anda maksudkan dengan istilah “hak”. Sebagai ciptaan yang berdosa kita bergantung pada anugerah Allah. Dia tidak berutang apa pun kepada kita. Jadi, apakah kita dalam posisi meminta dari Dia, untuk menuntut “hak” apa pun di hadapan-Nya? Jelas tidak.

Akan tetapi, seperti yang dijelaskan Stephen Pidgeon dalam artikelnya, hanya karena kita tidak memiliki hak di hadapan Allah bukan berarti kita tidak memiliki hak yang diberikan oleh Allah. Di dalam Sepuluh Hukum, Allah menyampaikan sejumlah larangan, dan dari larangan-larangan inilah hak kita muncul. Allah berkata, “Jangan membunuh” jadi dari situ kita semua memiliki hak untuk hidup yang diberikan oleh Allah. Tidak ada seorang pun, kelompok apa pun, pemerintah apa pun, yang memiliki hak untuk membunuh kita karena Allah telah melarang itu. Karena hak ini berasal dari larangan yang diberikan oleh Allah, maka tidak ada otoritas di bumi yang bisa mencabut hak itu dari kita.

Tentu saja, Allah masih bisa kita adalah milik-Nya, dan Dia bisa melakukan pada kita sesuai keinginan-Nya. Kita tidak memiliki hak di hadapan Allah. Akan tetapi, kita memiliki hak yang diberikan oleh Allah yang bisa kita pertahankan di hadapan manusia. Dan, bayi-bayi yang belum lahir pun, dapat menuntut hak untuk hidup yang diberikan oleh Allah. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Reformed Perspective
URL : https://reformedperspective.ca/the-foundation-of-human-rights-gods-prohibitions/
Judul asli artikel : The Foundation of Human Rights: God Prohibitions
Penulis artikel : Stephen Pidgeon
Tanggal akses : 16 Agustus 2018

Legalisme: Musuh Mematikan dari Kebebasan Injil

Penulis_artikel: 
Andrew Jacobson
Tanggal_artikel: 
19 Februari 2019
Isi_artikel: 
Legalisme: Musuh Mematikan dari Kebebasan Injil

Legalisme: Musuh Mematikan dari Kebebasan Injil

Legalisme

Sebagai orang Kristen yang hidup di antara Hari-Kelahiran dan Hari-Kemenangan dari kedatangan pertama dan kedua Kristus, ada beberapa musuh yang harus kita waspadai. Musuh-musuh yang, meskipun di satu sisi sudah dikalahkan oleh Kristus, masih mendesak dengan pengaruh yang berbahaya. Di gereja setempat, saya pernah berkhotbah membahas Kitab Galatia dan satu musuh khusus yang terus-menerus diperingatkan oleh Paulus yaitu legalisme. Dan, dia mengingatkan bahwa itu bukan hanya musuh atas pembenaran kita (tindakan Allah yang menyatakan kita benar), tetapi juga musuh atas pengudusan kita (pekerjaan Allah yang menjadikan kita benar). Dalam Galatia 2:16 , Paulus menyatakan legalisme sebagai musuh pembenaran ketika dia berkata, “kita juga telah percaya kepada Yesus Kristus supaya kita dibenarkan oleh iman dalam Kristus, bukan karena melakukan Hukum Taurat.” Kemudian, dalam Galatia 3:3, Paulus menyatakan legalisme adalah musuh pengudusan ketika dia berkata, “Kamu telah memulai dengan Roh, apakah kamu sekarang ingin mengakhirinya dengan daging?”

Dalam seluruh Kitab Galatia, Paulus jelas sangat antusias mengenai hal bertekun dalam kemurnian Injil dan menegakkan kecukupan satu-satunya karya Juru Selamat. Hal ini dengan jelas ditunjukkan, salah satunya adalah di dalam semua serangannya terhadap legalisme, salah satu musuh terbesar dari Injil. Akan tetapi, apa sebetulnya legalisme itu? Ini adalah sebuah kata yang seringkali diputarbalikkan dan sepertinya oleh banyak “kalangan Kristen” disalahgunakan dan dikurangi artinya. Jadi, saya ingin berusaha untuk mengajukan pemahaman yang lebih jelas tentang apa itu legalisme dengan harapan bahwa ini akan menolong kita untuk mendeteksinya dengan lebih mudah, menyesalinya dengan lebih khusus, dan menerima penebusannya lebih dengan segenap hati.

Tipuan Legalisme

Sebelum saya memberi sebuah definisi Legalisme, adalah penting untuk diperhatikan bahwa legalisme memiliki banyak kesamaan dengan Caplak yang membawa Lyme Disease (penyakit getah bening - Red). Seperti caplak, legalisme terkadang tidak terdeteksi (caplak hanya bisa dilihat melalui mikroskop). Legalisme dengan mudah dapat dikira sebagai sesuatu yang sama sekali tidak berbahaya (caplak terlihat seperti bayi kumbang yang mungil). Jika itu menggigit, akan sulit didiagnosa (tahap awal Penyakit Getah Bening mirip dengan flu). Dan, jika dibiarkan tanpa diobati, dampaknya akan menghancurkan (penyakit getah bening yang tidak diobati bisa mengakibatkan sakit yang kronis). Itulah, sebagian, yang membuat legalisme begitu berbahaya.

Spektrum Legalisme

Selanjutnya, legalisme tidak terjadi dalam satu bentuk dan ukuran, seolah-olah itu adalah satu hal khusus yang bisa Anda tunjuk. Legalisme terjadi dalam berbagai rasa dan keberadaan pada sebuah spektrum. Misalnya, pada satu ujung spektrum, Anda melihat bentuk legalisme yang berhubungan dengan doktrin yang sesat. Ini merupakan kasus yang ekstrem dari legalisme yang menyelewengkan kebenaran Injil dengan begitu jauh sehingga mempercayainya atau mengajarkannya adalah perbuatan terkutuk/mencelakakan (Paulus kelihatannya berurusan dengan hal seperti ini dalam Galatia 1:6-9 ). Pada ujung spektrum yang satunya, Anda melihat kasus yang tidak terlalu ekstrem dari legalisme, yang meskipun tidak berhubungan dengan doktrin yang sesat tetapi tetap saja membahayakan (Paulus kelihatannya berurusan dengan hal semacam ini dalam Galatia 2:11-14).

Mendefinisikan Legalisme

Sekarang, tanpa interupsi lebih jauh, berikut adalah usaha saya untuk mendefinisikan legalisme:

Legalisme adalah setiap penyelewengan/penyalahgunaan atau penambahan yang dibuat manusia terhadap keselamatan atau perintah-perintah yang ada dalam Kitab Suci, yang kita gunakan untuk mendapatkan, memelihara, atau mengembangkan posisi kita di hadapan Allah dan yang kita tetapkan kepada orang lain dan yang dengan itu kita menilai orang lain.

Itu sangat panjang jadi saya akan menjelaskan bagian per bagian untuk menunjukkan kepada Anda mengapa saya menyusun definisi tersebut seperti ini. Saat saya membagi definisi itu saya juga ingin menunjukkan kepada Anda mengapa legalisme adalah musuh yang serius dan mematikan dari Kebebasan-Injil.

1. Legalisme Menyelewengkan Firman Allah

Legalisme adalah “setiap penyelewengan/penyalahgunaan” Hukum Allah. Dalam konteks modern kita, legalisme biasanya hanya berbicara tentang “menambahkan ke” Kitab Suci. Akan tetapi, legalisme juga dapat menerima Kitab Suci sebagaimana adanya dan menyelewengkannya. Kita dipanggil untuk menjadi orang-orang yang secara benar menggunakan Firman Kebenaran. Penafsiran yang buruk membahayakan jiwa. Dalam Galatia hal ini ditunjukkan dalam bentuk menyelewengkan peraturan tentang makanan dalam Perjanjian Lama. Allah memberikan peraturan tentang makanan yang berkaitan dengan tujuan nubuatan yang sementara. Semua aspek peraturan tentang makanan dalam Perjanjian Lama tidak mungkin dijelaskan di sini tetapi cukup dikatakan bahwa fungsinya adalah menunjukkan kekudusan Allah, keberdosaan manusia, dan pribadi dan karya Juru Selamat Pribadi yang benar-benar Kudus. Para pengajar palsu di Galatia tidak mengerti sifat sementara dan nubuatan dari peraturan tentang makanan ini dan berusaha untuk memaksakannya kepada orang-orang non-Yahudi, meskipun Allah sudah mencabut peraturan itu (bandingkan Kis. 10).

2. Legalisme Merampas Otoritas Allah

Legalisme membuat “tambahan buatan manusia” terhadap hal-hal yang hanya Allah yang memiliki otoritas untuk mengatakannya. Dalam arti, legalisme adalah “orang bodoh yang masuk ke tempat di mana para malaikat takut untuk melangkah ke dalamnya.” Kitab Suci memiliki satu Penulis tertinggi, dan itu bukanlah kita. Hanya Allah yang memiliki hak prerogatif untuk berkata “demikianlah firman Tuhan.” Legalisme berusaha untuk mengatakan “demikianlah firman Tuhan” tanpa meminta izin.

3. Legalisme Meremehkan Kecukupan akan Kristus

Legalisme membuat “tambahan buatan manusia terhadap keselamatan.” Dengan menambahkan kriteria apa pun kepada keselamatan selain “percaya kepada Tuhan Yesus,” legalisme mengatakan bahwa Yesus tidak cukup, karya-Nya belum cukup, dibutuhkan lebih banyak. Ini terjadi bukan hanya dalam cara yang formal, di mana seseorang menyatakan “Anda harus disunat jika mau selamat.” Itu juga terjadi dalam cara yang fungsional, tidak ada orang yang menyatakan atau menuliskan sebuah pendapat di atas kertas, tetapi orang-orang menganggap memilih golongan republik atau homeschooling atau paham suka damai sebagai kriteria yang penting dari seorang Kristen. Ini memotong inti dari Injil, yaitu ketika legalisme mulai (dan seringkali berakhir) bekerja dari hanya membahayakan menjadi doktrin yang benar-benar sesat.

Legalisme adalah musuh yang serius dan mematikan dari Kebebasan Injil.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

4. Legalisme Menentang Hikmat Allah

Legalisme membuat “tambahan buatan manusia terhadap … perintah-perintah dalam Kitab Suci.” Dengan menambahkan apa pun kepada perintah-perintah dalam Kitab Suci, Legalisme bertindak seolah-olah lebih berhikmat daripada Allah. Ada banyak bidang kehidupan di mana Allah, di dalam hikmat-Nya, tidak berkata “demikianlah firman Tuhan, lakukan ini dan jangan lakukan itu.” Ini adalah bidang Kebebasan orang Kristen, atau yang terkadang disebut sebagai panggilan hati nurani. Legalisme berusaha untuk menghilangkan kebebasan dalam bidang-bidang ini dan mengikat hati nurani sebagai tawanan. Sebagai akibatnya, legalisme mengatakan jika Allah berhikmat seperti saya, Dia juga akan berkata “jangan lakukan _____.”

Satu klarifikasi di sini: ketaatan tidak dipertanyakan. Ketika Allah memberikan perintah, kita sebagai orang Kristen harus “beribadah kepada Tuhan dengan sukacita” (Mazmur 100:2). Akan tetapi, kita tidak wajib dalam cara apa pun untuk tunduk pada tambahan yang dibuat oleh manusia kepada perintah Allah. Itulah beda antara menaati Allah dengan legalisme. (lihat Westminster Confession Chapter 20)

5. Legalisme Melanggar Hukum yang Terutama

Legalisme menggunakan ketaatan untuk “mendapatkan, memelihara, atau mengembangkan posisi kita di hadapan Allah.” Ketika kita melakukan ini kita melanggar apa yang disebut oleh Yesus sebagai “hukum yang terutama”: untuk MENGASIHI Tuhan Allahmu. Bukannya sungguh-sungguh mengasihi Allah, legalisme menjadi sebuah cara untuk berusaha memanipulasi Allah dan menempatkan Dia berutang kepada kita. Inilah sebabnya mengapa Anda tidak akan pernah menemukan sukacita dalam sebuah lingkungan yang legalistik. Penganut legalisme tidak memandang Allah dengan benar untuk mendapatkan sukacita yang berasal dari pengenalan yang sungguh akan Dia. Melainkan, legalisme menutup mata kita dari kebesaran Allah dan berusaha agar Allah melihat kepada kebesaran yang kita rasakan.

6. Legalisme Melanggar Hukum Terutama yang Kedua

Yang terakhir, Legalisme “menetapkan dirinya sendiri terhadap orang lain dan menilai orang lain” dengan standarnya yang tidak alkitabiah. Sehingga, legalisme bukan hanya mempengaruhi hal-hal pada level vertikal, tetapi juga mempengaruhi hal-hal pada level horizontal dengan melanggar hukum terutama yang kedua: “Kasihilah sesamamu.” Legalisme membuat kita mengira diri kita lebih baik dibandingkan sesama kita karena kita telah meraih ketinggian kekudusan yang hanya bisa mereka angankan. Dalam pemikiran yang demikian, bukannya merendah kepada sesama kita dan melayani mereka, kita berdiri di atas sesama kita dan menghakimi mereka karena tidak sama seperti kita. Inilah sebabnya mengapa Anda tidak akan pernah menemukan komunitas yang tulus di dalam sebuah lingkungan yang legalistik. Satu-satunya “komunitas” yang akan cocok adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang juga memiliki kecenderungan legalistik yang sama.

“Demi kemerdekaan, Kristus telah membebaskan kita” (Galatia 5:1). Legalisme adalah musuh mematikan yang ingin menghentikan itu. Semakin kita mengetahuinya, semakin kita diperlengkapi untuk langsung membidiknya di tempat. (t/Jing-Jing)

Legalisme

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Reformed pub.
URL : http://reformedpub.com/legalism-a-lethal-enemy-of-gospel-freedom/
Judul asli artikel : Legalism: A Lethal Enemy of Gospel Freedom
Penulis artikel : Andrew Jacobson
Tanggal akses : 16 Agustus 2018

Misteri Inkarnasi

Editorial: 

Dear Pembaca e-Reformed,

Iman Kristen penuh dengan berbagai misteri karya Allah. Peristiwa penciptaan, sejarah umat Allah, kelahiran Kristus sampai kepada kebangkitan-Nya, merupakan beberapa misteri iman kita. Tentu saja, semua hal tersebut menjadi misteri karena keterbatasan kita yang tidak mampu menyelami maksud dan cara Allah. Kelahiran Kristus -- yang menjadi awal dari karya keselamatan dan penebusan -- menjadi misteri yang besar. Dalam pemikiran manusia secara umum, bahkan dalam wacana agama apa pun, Allah dikenal begitu transenden dan berjarak dari umat-Nya. Sementara itu, pada peristiwa Natal, Allah berinkarnasi menjadi manusia. Allah yang transenden itu menjadi imanen. Yang kekal menjadi fana dan diam bersama kita. Jika bukan karena karya Roh Kudus, kita pasti akan sulit memercayai karya keselamatan Allah, bahkan mungkin menganggapnya absurd dan sesat.

Menyambut masa Adven yang akan segera tiba, publikasi e-Reformed bulan ini akan menyajikan artikel tentang misteri inkarnasi Kristus yang dinyatakan oleh Paulus dalam surat-suratnya. Melalui artikel ini, kita akan diajak melihat tentang betapa dalamnya makna dari inkarnasi Kristus beserta implikasinya bagi iman Kristen. Kristus, Allah yang menjadi manusia itu, sungguh patut kita muliakan dalam segala aspek kehidupan ini. Kiranya dengan semakin bertambahnya pemahaman kita dalam memaknai inkarnasi Kristus, semakin bertambah dalam penyembahan kita terhadap Dia, Raja di atas segala raja. Soli Deo gloria!

Okti Nur Risanti

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Okti Nur Risanti

Edisi: 
Edisi 206/November 2018
Isi: 

Ada banyak hal dalam hidup yang membuat kita terheran-heran; dunia kita penuh dengan misteri yang dalam, tetapi misteri terbesar dari semua itu adalah misteri inkarnasi. Salah satu pernyataan paling mendalam dari misteri ini terdapat dalam 1 Timotius 3:16: “Kita mengakui betapa besarnya rahasia kesalehan itu: ‘Ia, dinyatakan dalam daging, dibenarkan oleh Roh, dilihat oleh malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa, dipercaya dalam dunia, diangkat kepada kemuliaan.’” (1) Ayat ini merangkum sebuah bagian yang di dalamnya Paulus membahas gereja dan majelis jemaatnya. Karena gereja adalah pilar dan penopang kebenaran, maka fokus dari hidup dan pesan gereja adalah Tuhan Yesus Kristus.

Inkarnasi

Paulus memulai dengan sebuah pernyataan tentang misteri kesalehan: “Kita mengakui betapa besarnya rahasia kesalehan itu.” Dengan frasa “kita mengakui”, dia mengatakan bahwa misteri ini harusnya menjadi fondasi kesaksian gereja. Dengan frasa ini, dia mengajarkan bahwa hal itu adalah tanpa kontroversi; sesuatu yang telah diakui benar. Dia tidak mengacu kepada pengakuan gereja, tetapi kepada sebuah keyakinan inti yang tidak perlu diperdebatkan. Dengan perkataan lain, jika seseorang adalah Kristen, dia harus berkomitmen terhadap kebenaran yang dinyatakan dalam kalimat ini.

Paulus menyebut kebenaran yang tidak dapat disangkal ini dengan “rahasia kesalehan”. Dalam Roma 16:25-26, Paulus menjelaskan apa yang dia maksudkan dengan misteri: “Bagi Dia yang sanggup meneguhkan kamu sesuai Injil yang kubawa dan pemberitaanku tentang Yesus Kristus, dan yang sesuai dengan penyingkapan rahasia yang telah disembunyikan selama berabad-abad, tetapi yang sekarang telah dinyatakan melalui kitab-kitab para nabi, sesuai dengan perintah Allah yang kekal yang telah diberitahukan kepada segala bangsa untuk memimpin menuju ketaatan iman”. Rahasia ilahi bukanlah fenomena yang hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang tertentu, melainkan kebenaran yang disabdakan sejak kekekalan dan dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, tetapi hanya benar-benar digenapi melalui wahyu kerasulan.

Misteri tertentu yang dibukakan secara samar dalam Perjanjian Lama ini adalah kerendahan dan kemuliaan Allah berinkarnasi, yang dengan itu orang-orang bukan Yahudi pun masuk ke dalam gereja. Pikiran kita meragukan misteri inkarnasi dan implikasinya ini; itu ada di luar batas kemampuan pemahaman kita. Injil adalah sebuah misteri, tetapi misteri yang dibukakan secara jelas dalam Perjanjian Baru.

Perhatikan juga tujuan dari pesan ini. Sebelumnya, Paulus menulis, “Namun, tujuan dari perintah itu adalah kasih yang berasal dari hati yang murni, nurani yang baik, serta iman yang tulus” (1 Timotius 1:5). Oleh karena itu, dia menyebut kebenaran ini “rahasia kesalehan”. Ini bukanlah misteri yang menggelitik otak orang pintar atau sekelompok orang saja; ini bukanlah misteri yang menimbulkan diskusi abstrak meski pikiran kita direntangkan dengan kebenaran-kebenaran Kitab Suci dan kita suka memikirkan tentang doktrin-doktrin firman Allah yang indah. Kebenaran ini, seperti semua kebenaran Allah, mendatangkan kesalehan. Di sini, kita mendapati esensi dari apa yang kita sebut Calvinisme praktis. Semua kebenaran Alkitab harus diterima sedemikian rupa sehingga menghasilkan kesalehan dan penyembahan. Maka dari itu, perenungan akan misteri ini seharusnya mengubahkan.

Paulus menyingkapkan misteri itu dalam paruh kedua dari ayatnya: “Ia, dinyatakan dalam daging, dibenarkan oleh Roh, dilihat oleh malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa, dipercaya dalam dunia, diangkat kepada kemuliaan.” Format kalimat ini sendiri menarik karena tampak seperti kalimat liturgis -- entah itu sebuah pengakuan atau himne. Barangkali, itu merupakan potongan puisi yang paling menggugah rasa ingin tahu dalam Perjanjian Baru. Kita melihat rancangan artistik paling teliti di ayat ini dalam penyusunan tata bahasanya, 3 bait dalam 6 baris, dengan masing-masing baris memiliki susunan tata bahasa yang sama. Bait pertama berkenaan dengan karya Kristus yang diselesaikan; bait kedua, diberitakan; dan bait ketiga, diakui.

Lagi pula, masing-masing bait menyatakan kontras antara bumi dan surga: “dinyatakan dalam daging” -- duniawi, “dibenarkan oleh Roh” -- surgawi; “dilihat oleh malaikat-malaikat” -- surgawi, “diberitakan di antara bangsa-bangsa” -- duniawi; “dipercaya dalam dunia” -- duniawi, “diangkat kepada kemuliaan” -- surgawi. Yang terakhir, kalimat ini dimulai dengan kerendahan Kristus dan diakhiri dengan kemuliaan-Nya. Lebih dari semua itu, struktur yang disesuaikan ini menjadi pernyataan yang mengesankan tentang inkarnasi.

Apakah pernyataan dan pengakuan gereja yang terbesar? Seperti yang ditulis di atas, bait pertama berkenaan dengan kerendahan dan kemuliaan Juru Selamat yang berinkarnasi: Ia, dinyatakan dalam daging, dibenarkan oleh Roh. Di sini, terdapat perbedaan secara teks antara teks di New King James Version dan NASB atau ESV. Dua yang disebutkan terakhir menulis “yang dinyatakan (dimanifestasikan) dalam daging”. NKJ menulis “Allah dimanifestasikan (dinyatakan) dalam daging”. Sebenarnya, tidak ada perbedaan secara doktrin. Istilah “Ia” menunjuk kepada Kristus; Dia adalah Allah yang telah menjadi daging. NKJ membuat implikasinya lebih jelas dengan menyatakan bahwa Allah telah datang dalam daging.

Malaikat

Banyak di antara kita yang sudah lama mengetahui kebenaran ini dan cenderung cepat-cepat melewatkannya; meski demikian, ini benar-benar sebuah misteri yang dalam. Kata dinyatakan (dimanifestasikan) menandakan keberadaan tertinggi Yesus Kristus. Paulus lebih jauh menyatakan keberadaan-Nya yang tertinggi dalam Galatia 4:4: “Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan lahir di bawah Hukum Taurat”. Dengan kata-kata sederhana ini, Paulus menyatakan keilahian Juru Selamat kita. Sebab, anak kalimat “Allah mengutus Anak-Nya”, menyatakan secara tidak langsung ketuhanan dan kekekalan Sang Anak. Ketika kita memberitahukan kelahiran seorang bayi, kita tidak berkata, “Kami dengan bahagia memberitahukan bahwa Allah telah mengutus Jacob Belden ke dalam dunia.” Paulus memakai kalimat yang menuntut kita mengerti bahwa Dia yang lahir dari seorang wanita sudah ada. Sang Anak ada bersama dengan Bapa, dan Bapa mengutus Dia ke dalam dunia. Sang Anak bukanlah seseorang yang baru ada setelah Dia lahir. Allah mengutus Anak-Nya ke bumi (bandingkan Yohanes 3:16).

Dia datang ke bumi dengan lahir melalui seorang wanita. Dalam hal ini, Paulus menekankan catatan yang mulia tentang kehamilan perawan, yang dinyatakan di Lukas 1:26-38. Dua frasa sederhana ini -- “diutus” dan “lahir dari wanita” -- merangkum misteri inkarnasi. Anak Allah yang kekal diutus ke dalam dunia melalui proses yang memakai natur manusia di dalam rahim Perawan Maria. Maka dari itu, Dia adalah pribadi yang memiliki dua natur yang sangat berbeda. Luther menyatakan pemahamannya tentang ini dalam himne adven yang dia buat, “Semua memuji Engkau, Tuhan yang kekal”.

Dulu langit bersujud di hadapan-Mu;
Sekarang lengan seorang perawan menggendong-Mu;
Para malaikat yang dulu bergirang di dalam-Mu;
Sekarang mendengar suara-Mu sebagai seorang bayi.

Kita menyatakan kebenaran ini dengan istilah inkarnasi. Sebagaimana yang ditulis oleh Rasul Yohanes dalam Yohanes 1:14, “Firman itu telah menjadi daging dan tinggal di antara kita. Kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan Anak Tunggal Bapa, penuh dengan anugerah dan kebenaran.”

Katekismus Kecil Westminster merangkum peristiwa tersebut demikian: “Bagaimana Kristus, yang adalah Anak Allah, menjadi manusia? Kristus, Anak Allah, menjadi manusia dengan cara mengenakan tubuh yang sejati, dan jiwa yang berakal. Dia dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam kandungan anak dara Maria, dan lahir dari dia, kendati tanpa dosa.” (S.C. 22)

Yang tersirat dalam pernyataan di dalam daging ini adalah kerendahan-Nya. Allah merendahkan diri untuk mengenakan natur manusia, daging. Paulus menyatakan hal yang sama dalam kalimat sederhana di Galatia 4:4, “Dia lahir di bawah Hukum Taurat.” Meski Yesus adalah pewaris atas segala sesuatu, Dia lahir di bawah Kovenan Musa (Inggris: Mosaic Covenants) dengan semua kewajibannya. Dia merendahkan diri-Nya sendiri dan tunduk pada aturan-aturan ketentuan Musa. Dia menggenapi semua nubuat dan tanda-tandanya. Dia adalah nabi, imam, dan raja yang sempurna. Dia memberikan nyawa-Nya sebagai korban persembahan yang sempurna. Sekali lagi, Katekismus Kecil Westminster menjelaskan hal-hal ini sebagai kerendahan atas diri-Nya, “Apa yang tercakup dalam kerendahan Kristus? Apa yang tercakup dalam kerendahan Kristus ialah yang ini. Dia lahir, bahkan dalam kedudukan yang hina, dibuat takluk pada Hukum Taurat, mengalami kemalangan kehidupan ini, murka Allah, dan kematian di kayu salib, yang terkutuk. Dia dikuburkan, dan selama beberapa waktu, Dia berada di bawah kuasa maut.” (S.C. 27)

Dengan tunduk pada hukum sebagai Kovenan Karya (Inggris: Covenant of Works), Kristus ada dalam perjanjian untuk menaati hukum Allah yang sempurna dan menanggung kutukan setiap pelanggaran hukum. Khususnya, Dia menaati perintah moral dengan sempurna (ketaatan-Nya yang aktif) dan Dia memenuhi kutukan penghakiman Allah (ketaatan-Nya yang pasif).

Dalam kapasitasnya, sebagai seseorang yang dilahirkan di bawah hukum, Yesus menebus umat-Nya. Galatia 4:5 mengandung dua tujuan anak kalimat, “untuk menebus mereka yang ada di bawah Hukum Taurat supaya kita dapat menerima pengangkatan sebagai anak-anak-Nya”. Kata Bahasa Yunani yang sama yang dipakai untuk kata “untuk” dan kata “supaya”.

Salib

Kalimat tujuan pertama menjelaskan karya Kristus: Dia datang untuk menebus. Anda tidak boleh memisahkan kebenaran inkarnasi dari penebusan. Ada dua aspek utama yang ada dalam penebusan kita: penghapusan kutukan dan pemulihan warisan. Paulus menjelaskan aspek pertama tentang karya penebusan Kristus dalam Galatia 3:13, “Kristus menebus kita dari kutuk Hukum Taurat dengan menjadi kutuk bagi kita, sebab ada tertulis, ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’” Juru Selamat kita menggenapi murka dan kutuk Allah terhadap orang berdosa untuk menyelamatkan kita dari hukuman kekal akibat dosa. Berdasarkan karya ini, Allah membenarkan umat-Nya. Katekismus Kecil 33 mendefinisikan pembenaran dengan baik: “Pembenaran adalah tindakan rahmat Allah yang bebas. Dengannya, Dia mengampuni segala dosa kita dan menerima kita sebagai orang yang benar dalam pandangan-Nya, hanya karena kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada kita dan yang diterima hanya oleh iman.” Kita tahu bahwa Allah melakukan dua hal ini dalam pembenaran kita: Dia mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita menjadi orang yang benar secara sah.

Dalam Galatia 4:5, rasul mengacu ke aspek kedua dari karya penebusan Kristus, yaitu pemulihan warisan yang hilang. Aspek kedua ini dinyatakan dalam Imamat 25:25, “Jika seseorang di negerimu menjadi miskin dan terpaksa menjual sebagian tanahnya, keluarga terdekatnya harus datang dan menebus tanah itu kembali.” Allah menggambarkan transaksi ini dengan indah dalam kisah Rut dan Boas. Naomi telah kehilangan warisannya akibat kematian suaminya, Elimelekh. Keluarga terdekatnya, Boas, membayar utang (tebusan) itu dan memulihkan warisan itu.

Ketika Adam jatuh ke dalam dosa, kita semua kehilangan warisan kita. Dia memiliki kesempatan untuk diadopsi menjadi anak Allah, tetapi pemberontakan-Nya menjadikan dia anak Setan, anggota kerajaan kegelapan. Sebagai akibatnya, tidak ada seorang pun di antara kita yang berdasarkan kelahiran adalah para pewaris Allah, tetapi kita semua adalah anak Setan. Agar warisan dipulihkan, pembayaran penuh harus ditebus. Pembayaran ini adalah ketaatan Kristus yang aktif dan pasif. Kristus menaati Hukum Taurat dengan sempurna dan membebaskan kita dari kutuk; Dia membayar utang itu. Karena karya penebusan-Nya, kita memperoleh warisan itu.

Paulus mengembangkan kebenaran ini dalam anak kalimat tujuan kedua: supaya kita diterima menjadi anak. Dengan pengangkatan sebagai anak, Paulus menjelaskan relasi unik yang Allah berikan kepada semua orang yang dibenarkan dalam Kristus.

Katekismus Kecil 34 mendefinisikan pengangkatan sebagai anak demikian: “Pengangkatan sebagai anak adalah tindakan rahmat Allah yang bebas. Dengannya, kita terhisab anak-anak Allah dan berhak menerima semua hak yang mereka miliki”. Kita bukan saja dimasukkan sebagai anggota keluarga, tetapi kita juga memiliki semua hak istimewa sebagai anak Allah. Hak-hak istimewa ini adalah warisan kita.

Namun, jika Kristus tetap mati, perkiraan musuh-musuh-Nya akan terbukti benar, tetapi bagian kedua bait itu berbunyi, “Dia dibenarkan oleh Roh”. Istilah dibenarkan (Inggris: vindicated) adalah kata yang biasanya diterjemahkan sebagai 'dibenarkan' (Inggris: justified). Pembenaran Kristus adalah pernyataan Allah bahwa Dia menerima korban yang dipersembahkan. Dia dibenarkan, dinyatakan sebagai Anak Allah yang kudus. Dalam pembenaran-Nya terdapat pembenaran kita: “Yaitu, Yesus yang telah diserahkan untuk mati karena dosa kita, dan yang telah dibangkitkan demi pembenaran kita” (Roma 4:25).

Dengan istilah Roh, Paulus menunjuk kepada Roh Kudus, menyejajarkannya dengan apa yang dia tulis dalam Roma 1:4, “dan yang dinyatakan sebagai Anak Allah yang berkuasa melalui kebangkitan dari antara orang mati menurut Roh Kekudusan, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita”. Kebangkitan terjadi oleh kuasa Roh. Karena itu, di bait pertama, Paulus mengajarkan bahwa Juru Selamat yang berinkarnasi menuntaskan penebusan dengan sempurna. Perhatikan, Dia haruslah seorang manusia supaya bisa menebus manusia yang cemar, penuh dosa (Ibrani 2:14, 15); Dia haruslah Allah supaya bisa memberikan keampuhan yang tak terbatas dan kekal pada karya-Nya (Kisah Para Rasul 20:28).

Bait kedua berkenaan dengan pemberitaan karya Kristus: “dilihat oleh malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa”. Bait ini diawali di surga; kebangkitan Kristus disaksikan oleh para malaikat. Tentu saja, sepanjang hidup-Nya, Dia dilihat oleh para malaikat. Mereka memberitakan berita tentang kelahiran-Nya sebelum itu terjadi kepada Maria dan Zakharia (Lukas 1:18-21, 26-38) dan pada hari kelahiran-Nya, mereka mengabarkan kepada para gembala (Lukas 2:8-14). Mereka melayani Dia di padang gurun (Matius 4:11) dan mereka adalah saksi bisu atas kematian-Nya (Matius 26:53). Namun, para malaikat juga adalah saksi atas kemuliaan-Nya: mereka adalah yang pertama mengabarkan kebangkitan-Nya (Matius 28:2-7); mereka melihat Dia penuh kemenangan masuk ke istana surga pada hari kenaikan-Nya (Mazmur 68:17, 18; Efesus 4:8-10); saat ini, mereka terus-menerus berkumpul di depan takhta-Nya, memuji-muji Dia (Wahyu 5:11-14).

Bersama dengan proklamasi surgawi ini adalah: “diberitakan di antara bangsa-bangsa” yang duniawi. Kristus kita yang mulia harus dikabarkan sampai ke ujung bumi. Di sini, kita memperhatikan kaitan kalimat ini dengan tujuan gereja di ayat 15. Gereja telah menerima misteri yang mulia ini sehingga gereja bisa memproklamasikan keunggulan Kristus. Bagi Paulus, bagian dari misteri ilahi adalah dimasukkannya orang bukan Yahudi ke dalam gereja. Separuh kedua di bait kedua adalah mandat Gereja; kita mengabarkan Kristus yang mulia sampai ke ujung bumi sampai Dia datang kembali. Karena itu, inkarnasi mencakup misi mandat gereja (Matius 28:18-20).

Misi

Bait ketiga berkenaan dengan diterimanya karya Kristus: “Dipercaya di dunia, diangkat kepada kemuliaan.” Tugas kita bukan tidak pasti; Dia dipercaya di dunia. Gereja, pada dekade-dekade pertamanya, bisa mengakui bahwa Kristus telah dipercaya di dunia (Kolose 1:6, 23). Keyakinan ini didasarkan pada bagian surgawi-Nya: “diangkat kepada kemuliaan.” Dia dimuliakan di surga di sebelah kanan Allah Bapa (Mazmur 110:1; Efesus 1:20; Kolose 3:1). Segala otoritas telah diberikan kepada-Nya (Mazmur 2:8, 9; Matius 28:18); oleh karena itu, gereja dengan yakin memproklamasikan Injil kepada bangsa-bangsa, mengetahui bahwa berdasarkan karya inkarnasi Juru Selamat, Allah akan menyelamatkan semua umat pilihan-Nya.

Terlebih lagi, karena Kristus ada di surga, Dia adalah penjamin kemuliaan kita. Karena Dia telah naik ke surga dan disambut dalam kemuliaan, kita akan bersama dengan Dia. Suatu hari kelak, kita akan melihat Dia dan menjadi serupa dengan Dia (1 Yohanes 3:2). Sungguh, ini adalah rahasia kesalehan! Pada akhir zaman, Juru Selamat yang berinkarnasi dan mulia itu akan menyempurnakan kita dalam kemuliaan.

Ketika kita merenungkan kemuliaan inkarnasi Kristus, kita berseru bersama Yohanes, “Bagi Dia, yang mengasihi kita dan melepaskan kita dari dosa-dosa kita dengan darah-Nya -- dan telah menjadikan kita satu kerajaan, imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kekuasaan sampai selama-lamanya! Amin” (Wahyu 1:5, 6)! (t/Jing-Jing)

NOTES:
Semua kutipan ayat diambil dari versi Alkitab Yang Terbuka (2018).

Misteri Inkarnasi

Diterjemahkan dari:
Nama Situs : Reformations 21
Alamat situs : http://www.buletinpillar.org/artikel/theologi-reformed-dan-apresiasi-senihttp://www.reformation21.org/articles/the-mystery-of-the-incarnation.php
Judul asli artikel : The Mystery of Incarnation
Penulis artikel : Dr. Joseph A. Pipa, Jr.
Tanggal akses : 20 November 2017

Bagaimana Reformasi Menemukan Kembali Kebahagiaan

Penulis_artikel: 
Tim Chester
Tanggal_artikel: 
22 November 2018
Isi_artikel: 

Bayangkan menghadapi hari penghakiman setiap minggu.

Di dekat tempat saya tumbuh besar, di desa Oxfordshire di South Leigh, ada gereja St. James the Great. Di atas lengkungan mimbarnya terdapat lukisan dinding abad pertengahan yang menggambarkan penghakiman terakhir.

Di sebelah kirinya, orang-orang benar bangkit dari kubur mereka disambut masuk ke surga. Di sebelah kanannya, orang-orang terkutuk diikat bersama diseret ke celah mulut naga merah yang besar. Inilah yang dilihat oleh orang-orang yang datang ke gereja di South Leigh setiap hari Minggu. Dan, mereka tidak akan menjadi lega, bahkan jika mereka membelakanginya. Karena di dinding sebelah selatan lorongnya, ada lukisan dinding lain yang menggambarkan St. Michael menimbang jiwa-jiwa dalam sebuah neraca. Ada lebih banyak iblis yang melayang-layang, siap untuk membawa mereka yang didapati kurang.

Surga adalah sebuah kemungkinan bagi orang-orang yang datang ke gereja di South Leigh – tetapi demikian juga neraka. Dan, gereja tidak memberikan jaminan keselamatan. Mungkin Anda cukup benar di hadapan Allah dengan tambahan yang diberikan melalui sakramen. Mungkin tidak. Tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti. Sesungguhnya, mengklaim jaminan apa pun merupakan tindakan kesombongan. Bagaimana mungkin seseorang menganggap dirinya sendiri cukup baik di hadapan Allah yang suci? Hal terbaik yang dapat Anda harapkan adalah siksaan api penyucian untuk membawa Anda masuk ke Surga.

Biarawan yang cermat dan tidak bahagia

Seperti apa rasanya tinggal di dalam lingkungan ini? Sebagian besar orang berharap yang terbaik dan menjalani hidup. Akan tetapi, ada satu orang yang tidak mau menjauhi jalan pemikiran gereja abad pertengahan.

Pada tahun 1505, ketika Luther masih menjadi mahasiswa, dia sedang berjalan kembali ke universitasnya setelah mengunjungi orang tuanya saat kilat hebat hampir menyambar dirinya. Pengalaman nyaris mati ini mengubah hidupnya. Sepuluh hari kemudian, dia mendaftarkan diri menjadi biarawan ke ordo Agustinian.

Luther pun segera mendapat reputasi karena semangatnya untuk mengejar panggilannya yang baru. Karena percaya bahwa dia hanya bisa menerima pengampunan dosa setelah mengakuinya kepada seorang imam, maka dia menjadi terobsesi melakukan kunjungan pengakuan dosa. Itu membuat kepala biaranya sangat marah. Sampai suatu saat, kepala biaranya berkata, “Begini Saudara Martin, jika kamu sangat ingin mengakui dosa, mengapa kamu tidak pergi melakukan sesuatu yang besar untuk diakui? Bunuhlah ayah dan ibumu! Berzinahlah! Berhentilah datang kemari dengan dosa-dosa yang tidak berarti dan palsu seperti itu!"

Akan tetapi, semua usaha Luther yang begitu giat tidak mendatangkan sukacita dalam dirinya.

Menemukan Kabar Baik, Sukacita Besar

Pada tahun 1512, pada usia 26 tahun, Luther dikirim untuk mengajar studi Alkitab di Universitas baru di Wittenberg. Mempelajari tulisan-tulisan Agustinus dan mengajar Mazmur, Roma, dan Galatia itulah yang pada akhirnya mendatangkan sukacita di hati Luther. Luther menemukan sebuah kebenaran yang membuka kunci sukacita yang akan bermanfaat untuk generasi-generasi yang akan datang.

Dalam Bahasa Jerman, sama seperti dalam Bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin, keadilan dan kebenaran adalah kata yang sama, bagi Luther, “keadilan Allah” berarti satu hal: standar yang dengannya Allah mendapati kita bersalah. “Saya membenci kata ‘keadilan Allah,’ yang, dengan penggunaan dan kebiasaan dari semua guru saya, saya diajarkan untuk memahami secara filosofis bahwa … keadilan yang dengan itu adalah Allah adil dan dengan itu Dia menghukum orang-orang berdosa dan orang-orang yang tidak adil.” Pernyataan Paulus dalam Roma 1:17 bahwa keadilan atau kebenaran Allah adalah “Injil” atau “kabar baik” hanya mengejek Luther. “Saya tidak mengasihi – tidak, melainkan saya membenci – Allah yang adil yang menghukum orang-orang yang berdosa.”

Akan tetapi, kemudian Luther menyadari bahwa Paulus sedang menjelaskan kebenaran sebagai karunia yang diberikan oleh Allah, yang kita terima melalui iman. Berbicara tentang Roma 1:17, Luther berkata, “Saya mulai mengerti bahwa dalam ayat ini keadilan Allah adalah yang dengan itu orang yang dibenarkan hidup oleh karunia Allah, yaitu, oleh iman.” Allah memiutangi kita dengan kebenaran Kristus yang sempurna saat Kristus menanggung hukuman yang patut diterima karena ketidakbenaran kita. “Tiba-tiba,” lanjutnya, “Saya merasa bahwa saya dilahirkan kembali dan memasuki surga itu sendiri melalui pintu gerbang yang terbuka.” Tidak lama kemudian dia menulis, “Saya meninggikan kata termanis saya, ‘keadilan Allah’ dengan kasih yang sama besar seperti sebelumnya saya begitu membencinya. Frasa Paulus ini bagi saya adalah pintu gerbang surga.”

Ini adalah sebuah pesan yang bisa membawa kepastian. Mengapa? Karena ini adalah sebuah keyakinan yang tidak didasarkan atas kebaikan kita, tetapi pada perbuatan Kristus. Kebenaran Kristus, dipiutangkan kepada kita melalui iman menjanjikan surga bagi anak-anak Allah – tidak memerlukan api penyucian atau takut akan neraka. Injil mengubah rasa takut Luther menjadi iman, dari putus asa menjadi sukacita.

Injil Menjadikan Bahagia

Salah satu orang penting yang berperan dalam memperkenalkan penemuan kembali sukacita Luther ke dalam Bahasa Inggris adalah William Tyndale. Pada tahun 1526, Tyndale menerbitkan Perjanjian Baru dalam Bahasa Inggris. Itu adalah upaya keduanya dalam melakukannya.

Yang pertama, dia terpaksa melarikan diri ketika pihak berwenang menggerebek percetakan tempat itu diterbitkan. Dia tinggal di pembuangan dan akhirnya mati sebagai martir karena gairahnya untuk membuat sebuah Alkitab Bahasa Inggris tersedia bagi semua orang di negara itu. Dia menyelipkan sebuah kata pengantar di edisi pertama itu yang kemudian dia kembangkan menjadi A Pathway into the Holy Scripture. Di dalamnya, dengan indah dia menjelaskan kuasa Injil yang mendatangkan sukacita.

"Evangelion (yang kita sebut “Injil”) adalah kata Yunani; dan berarti kabar baik, gembira, senang, dan penuh sukacita, yang membuat hati seseorang jadi gembira, dan membuatnya bernyanyi, menari, dan melompat kegirangan .... Sebelum kematian-Nya Kristus memerintahkan dan menunjuk evangelion itu, Injil atau kabar, harus disampaikan ke seluruh dunia, dan dengan demikian memberi kepada semua orang yang percaya semua kebaikan-Nya, yaitu: hidup-Nya, yang dengan itu menelan dan mengganyang maut; kebenaran-Nya, yang dengan itu Dia menghapus dosa; keselamatan-Nya, yang dengan itu dia mengalahkan kutukan kekal. Sekarang bisakah orang yang celaka (yang terbungkus dalam dosa, dan ada dalam bahaya kematian dan neraka) tidak mendengar hal yang lebih membahagiakan, daripada kabar tentang Kristus yang menggembirakan dan menghibur seperti itu? Sehingga dia hanya akan bersuka dan tertawa dari dalam lubuk hatinya jika dia percaya bahwa kabar baik itu adalah benar."

Melompat Kegirangan

Ini adalah sebuah pesan yang perlu terus kita dengar. Bahkan jika kita percaya Kristus untuk pembebasan kita pada akhir zaman, kita bisa terlalu mudah membangun identitas kita sendiri hari ini. Bahkan, saat kita mengajarkan pembenaran oleh iman, kita justru dapat mempraktikkan pembenaran dengan mengajar, di mana rasa sejahtera kita bergantung pada bagaimana khotbah kita diterima. Kita bisa mengira diterimanya kita oleh Bapa bergantung pada perilaku kita. Dan, jika Anda takut pada celaan Allah, maka Anda tidak akan menghampiri Dia dengan sukacita.

Akan tetapi Injil “berarti kabar baik, gembira, senang, dan penuh sukacita, yang membuat hati seseorang jadi gembira, dan membuatnya bernyanyi, menari, dan melompat kegirangan.” Karena “kita telah dibenarkan oleh iman, maka kita telah berdamai dengan Allah melalui Tuhan kita, Kristus Yesus; melalui Dia, kita memperoleh jalan masuk menuju iman kepada anugerah Allah yang sekarang menjadi dasar kita berdiri” (Roma 5:1–2). Sehingga, kita bisa bersama dengan Tyndale dan Luther saat mereka tertawa dari lubuk hati mereka – saat mereka bersuka di dalam kebenaran mereka. (t/Jing-Jing)

Sumber Artikel: 

Diterjemahkan dari:

Nama situs: Desiring God
URL: https://www.desiringgod.org/articles/how-the-reformation-rediscovered-happiness
Judul asli artikel: How the Reformation Rediscovered Happiness
Penulis artikel: Tim Chester
Tanggal akses: 31 Juli 2018

Mari Menyambut Natal dengan Mengikuti Kelas Natal PESTA November/Desember 2018

Natal bukan sekadar perayaan dan sukacita merayakan kelahiran Sang Juru Selamat. Natal adalah perayaan saat Allah yang Mahatinggi dan Mahasuci turun ke bumi untuk melayani dan menebus manusia yang berdosa. Natal adalah penggenapan karya keselamatan dan wujud kasih-Nya yang sangat besar kepada dunia ini. Bagaimana kita dapat memaknai Natal sesuai dengan kebenaran firman Tuhan? selengkapnya...»

Calvinisme dan Transformasi Politik

Editorial: 

Dear Pembaca e-Reformed,

Jika pada edisi sebelumnya kita sudah melihat bagaimana pandangan teologi Reformed terhadap seni, pada edisi ini, kita akan melihat cara pandang Calvin dalam sistem politik. Seperti kita ketahui bersama, Reformasi Protestan membawa berbagai transformasi sosial di dunia, termasuk dalam sistem politik modern. Sistem republik menjadi salah satu warisan dari gelombang reformasi yang dibawa oleh Calvin. Sebagaimana pandangannya yang positif terhadap seni, Calvin juga memandang positif pemerintah yang dilihatnya sebagai bagian dalam ordo penciptaan. Dalam pandangannya, pemerintah merupakan wakil Allah yang berfungsi untuk menjaga relasi manusia dengan Allah dan sesama sehingga terjadi keadilan sosial. Pemerintahan demokratis dalam bentuk republik menjadi ide Calvin dalam membentuk pemerintahan yang ideal, yang kemudian diterapkan oleh Jenewa, dan 147 negara di dunia pada saat ini. Calvinisme, dengan demikian, menjadi prinsip yang membawa dunia terlepas dari pemerintahan kerajaan yang bersifat feodal dan cenderung tiran dari abad-abad sebelumnya.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana transformasi politik dari calvinisme mengubah sistem politik dan pemerintahan dunia serta perkembangannya sekarang, mari kita bersama-sama menyimak publikasi e-Reformed bulan ini. Kiranya setelah membaca sajian kami, kita akan tergerak untuk melakukan transformasi sosial di negara kita, di tengah-tengah situasi sosial dan politik yang kian carut-marut akan hikmat duniawi.

Okti Nur Risanti

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Okti Nur Risanti

Edisi: 
Edisi 205/Oktober 2018
Isi: 

Salah satu transformasi sosial yang paling terasa dari Reformasi Protestan (khususnya calvinisme) terlihat dari sistem perpolitikan modern. Hampir seluruh pemerintahan di dunia saat ini memakai sistem demokrasi yang berformat republik. Tercatat bahwa 147 dari 206 negara di dunia memakai republik sebagai nama resminya, belum lagi negara yang tidak memakai istilah republik, tetapi faktanya melakukan sistem perpolitikan ini. Sistem republik telah dikenal sejak zaman Yunani kuno, tetapi corak perpolitikan republik modern adalah bentuk khas milik calvinisme. Prinsip pemerintahan Jenewa diakui oleh kaum Puritan sebagai model pemerintahan Kristen yang hampir sempurna. Bisa dibilang, warisan paling abadi dari tradisi calvinisme adalah penekanan pada kedaulatan rakyat dan hak melawan tirani. Setelah hadirnya Calvin, pandangan politik ini diterima secara luas di seluruh dunia, yang pada abad-abad sebelumnya dipandang sebagai pandangan yang radikal. Bisa dibilang, prinsip calvinismelah yang telah melepaskan seluruh dunia dari ikatan tirani para raja pada abad-abad sebelumnya, dan membawa seluruh sejarah umat manusia memasuki zaman demokrasi modern.

"Reformasi"

Reformasi Protestan

Sebelum Reformasi, posisi gereja sangatlah dominan dan disertai aktivitas-aktivitas korup dari para rohaniwan dan pemerintah. Sebenarnya, pada masa ini, mulai muncul republik-republik kecil yang berusaha melawan pola sentralisasi dan monarki yang telah bertahan selama berabad-abad. Namun, salah satu penyebab sulitnya perubahan dilakukan adalah akibat ajaran gereja yang mewajibkan ketundukan mutlak umat Kristen kepada pemerintahan yang berkuasa. Ajaran gereja Abad Pertengahan didominasi oleh sosok Thomas Aquinas yang juga menulis beberapa karya tentang perpolitikan. Dia berpendapat bahwa pemerintahan tunggal oleh raja adalah bentuk pemerintahan terbaik. Ditambah lagi, kuatnya campur tangan gereja dalam setiap bidang kehidupan telah menyebabkan peradaban manusia tertinggal selama berabad-abad. Maka, Reformasi Protestan yang dimulai dengan melakukan reformasi doktrin berakhir pada reformasi seluruh tatanan masyarakat.

Tokoh awal yang memulai Reformasi ini adalah Martin Luther. Bagi Luther, terdapat dua “kerajaan” yang harus dipisahkan, yaitu gereja dan pemerintah. Allah memimpin gereja melalui Injil-Nya, dan memimpin dunia melalui anugerah umum-Nya. Luther menyebutnya dengan kerajaan tangan kiri dan kerajaan tangan kanan karena keduanya dipimpin oleh tangan Allah. Bagi Luther, pemerintah hadir karena dosa. Allah yang melindungi Kain dari ancaman pembunuhan, setelah dia membunuh Habel. Maka, konsekuensinya, Luther merasa bahwa pemerintahan lebih bertujuan untuk mengatur orang tidak percaya daripada orang percaya. Pandangan lebih negatif terhadap pemerintah membuat Luther gagal memberikan kontribusi signifikan pada transformasi politik seperti yang dilakukan oleh Calvin. Ditambah lagi, Luther juga menekankan passive obedience di mana orang Kristen harus rela dianiaya oleh pemerintah yang zalim. Tokoh Reformasi kedua adalah Zwingli. Senada dengan Luther, Zwingli menekankan pemisahan kekuasaan antara gereja dan pemerintah. Jadi, bisa kita lihat, tokoh-tokoh sebelum Calvin belum mampu membuat terobosan berarti selain pemisahan kekuasaan.

Berbeda dengan Luther yang dikaburkan oleh konsep kejatuhan, Calvin melihat pemerintahan memiliki nilai dan fungsi sebelum kejatuhan. Calvin membuat terobosan dengan menyebut dunia sebagai “teater kemuliaan Allah”. Terobosan ini tidak hanya membebaskan wilayah-wilayah sekuler dari cengkeraman gereja, tetapi juga membuat dunia sekuler dengan bebas memanifestasikan kemuliaan Allah. Ada beberapa tema penting dalam tulisan Calvin yang membuat sistem politiknya begitu kukuh. Pertama, pandangan positif terhadap pemerintah sebagai bagian dalam ordo penciptaan. Calvin menyebut para pemimpin sebagai "wakil-wakil Allah" yang ditetapkan Allah untuk menjaga dan mendorong penyembahan kepada Allah maupun mengatur harmoni antarmanusia agar terjadi keadilan sosial. Calvin berpendapat bahwa pelayanan dalam pemerintahan adalah panggilan paling sakral dan terhormat dari semua panggilan manusia. Kedua, doktrin mengenai kerusakan total manusia. Jika manusia dibiarkan tanpa hukum, mereka pasti akan terus berdosa dan mengacaukan tatanan masyarakat. Dengan masuknya dosa, pemerintah mempunyai tugas untuk melaksanakan penghakiman Allah dengan menyandang pedang bagi para pelanggar hukum. Begitu juga dengan pemerintahan yang berdosa, jika dibiarkan tanpa pengawasan, ia akan menjadi korup. Ini menjadi dasar dari prinsip Check and Balance. Selain itu, Calvin juga berpendapat bahwa rakyat kadang perlu mengangkat senjata untuk melaksanakan hukuman Allah kepada pemerintahan yang korup. Ketiga, mengenai prinsip penebusan serta transformasi segala sesuatu. Pemerintahan tiran yang gagal menjalankan fungsinya akan digulingkan Allah. Calvin lebih mendukung transformasi secara damai dan progresif untuk menghindari revolusi. Calvin mendorong rakyat untuk mendoakan pemerintah karena Allah dapat mengubah hati pemimpin dan agar pejabat-pejabat yang lebih rendah melakukan reformasi dan mengendalikan ketidakbermoralan para raja.

"Republik dan Demokrasi"

Reformasi Protestan

Terinspirasi dari kitab Keluaran 18, Calvin lebih memilih prinsip demokrasi secara republik. Musa dan rakyat memilih beberapa perwakilan pemimpin untuk menyampaikan aspirasi mereka. Calvin menyadari bahwa selama di Mesir, bangsa Israel hanya mengetahui kekuasaan mutlak seorang Firaun, jadi corak republik ini tidak mungkin berasal dari pikiran manusia. Konsep pemerintahan republik versi Israel ini adalah konsep orisinal dalam peradaban manusia jauh sebelum bangsa Yunani mengembangkan konsep republik versi mereka. Prinsip demokrasi ditekankan Calvin dalam penggunaan hak suara di mana para perwakilan dipilih tidak hanya oleh keinginan Musa, tetapi oleh suara rakyat. Calvin juga belajar banyak melalui prinsip hukum Perjanjian Lama di mana dalam sebuah republik, undang-undang adalah pengikat paling penting. Namun, berbeda dengan kaum theonomis maupun pendukung theokrasi, bagi Calvin, hukum Perjanjian Lama tidak harus dipaksakan di semua negara. Pandangan ini terlihat jelas terutama ketika Calvin melihat bahwa hukum-hukum ritual bangsa Israel sudah tidak berlaku. Tiap bangsa bebas membuat hukumnya sendiri-sendiri, asalkan hukumnya sesuai hukum kasih. Dalam aplikasinya, Calvin merekomendasikan pembatasan-pembatasan hak pejabat melalui undang-undang, misalnya batas dalam penarikan pajak, terutama agar tidak memboroskan uang rakyat untuk hidup mewah.

Inovasi-inovasi radikal dari Calvin lalu dieksperimenkan pada kota Jenewa dan membawa kemajuan pesat dalam kota tersebut. Jenewa sampai sekarang masih merupakan republik tertua yang masih bertahan sampai sekarang. Maka, tidaklah salah jika Calvin disebut perintis republik yang pertama. Prinsip-prinsip ini kemudian menyebar ke negara Eropa lain dan terutama ke Skotlandia melalui prinsip presbiterian John Knox. Skotlandia mengadopsi model gereja presbiterian yang mengalir dari keluarga, ke komunitas melalui sinode regional, lalu menuju ke wilayah nasional melalui parlemen federal sampai ke sinode internasional. Kaum Puritan yang terinspirasi calvinisme kemudian memengaruhi politik Inggris melalui traktat-traktat politik mereka sampai akhirnya mereka berhasil memengaruhi konstitusi untuk membatasi kekuasaan raja dan pemerintah pada zaman Cromwell melalui sebuah manifesto yang disebut an agreement of people. David Hume, seorang atheis, mengakui bahwa konstitusi Inggris berutang pada inovasi calvinisme Puritan. Kaum Puritan Inggris kemudian membawa prinsip ini ke Amerika karena penganiayaan kaum Anglikan terhadap hak beribadah mereka. Perkembangan politik di Inggris dan Amerika agak berbeda karena kaum Puritan Inggris yang mengalami penganiayaan lebih menekankan pemisahan kekuasaan total antara gereja dan negara, sedang prinsip Puritan Amerika sangat mirip terhadap politik Jenewa karena mereka lebih bebas berekspresi tanpa tekanan. Ditambah lagi, dengan khotbah-khotbah calvinisme yang mendominasi Amerika maupun tulisan-tulisan akademis dari Harvard, Yale, dan Princeton membuat ide-ide calvinisme yang berasal dari Eropa mencapai puncaknya di Amerika. Bisa dibilang, revolusi kemerdekaan Amerika (bahkan Indonesia dan negara-negara yang lain) secara tidak langsung berutang pada tulisan murid-murid Calvin, seperti Beza dan Knox, di mana mereka mengizinkan pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan yang korup. Hanya dalam beberapa abad, prinsip-prinsip calvinisme tentang kovenan, demokrasi, kedaulatan rakyat, perwakilan rakyat, undang-undang, check and balance, sistem republik, dan lain-lain, mulai dipakai oleh mayoritas negara, baik negara agama maupun sekuler.

"Tantangan"

Namun, dominasi calvinisme tidak bertahan lama. Zaman enlightenment telah mendorong manusia untuk mencari teori-teori alternatif di luar calvinisme. Dalam beberapa tahun terakhir, orang-orang lebih tertarik pada model Revolusi Perancis yang bersumber dari teori kontrak sosial daripada model Jenewa yang bersumber dari Calvin. Fondasi-fondasi negara mereka yang bercorak calvinisme mulai diganti dengan paham humanistik. Pemisahan total antara pemerintah dan gereja membuat pemerintahan kehilangan identitasnya untuk memuliakan Tuhan. Selain itu, posisi gereja pun ditekan sampai ke wilayah privat. Ditambah lagi, sekularisasi di segala bidang dalam dekade terakhir telah menyebabkan lunturnya nilai-nilai calvinisme di dunia Barat. Pajak yang dibayarkan orang-orang Kristen dengan hati tulus pada akhirnya malah digunakan untuk mendukung proses sekularisasi tersebut. Merosotnya nilai-nilai kekristenan disertai kekalahan demi kekalahan terus dialami oleh orang-orang Kristen di Amerika, yang pada tahun lalu, konstitusi Amerika melegalkan LGBT. Invasi humanisme dan sekularisme belum berhenti. Usaha-usaha melegalkan praktik aborsi dengan slogan pro-choice meredefinisi konsep pernikahan tradisional. Penghapusan kata "Tuhan" dalam area-area yang strategis serta pelunturan nilai-nilai Kristen yang lainnya terus gencar dilakukan. David Hall menyebutkan ada lima hal yang menjadi penyebab kekalahan calvinisme terhadap sekularisme di dunia Barat. Pertama, penyebaran pemikiran enlightenment dalam dunia intelektual. Kedua, munculnya alternatif filosofis yang lebih bersifat humanistik. Ketiga, revolusi industri yang mengubah struktur komunal keluarga tradisional. Keempat, darwinisme yang merelativisasi nilai-nilai moral manusia. Kelima, dominasi arminianisme di kalangan injili yang menekankan kehidupan rohani secara pribadi sehingga individualisme dengan cepat menembus gereja.

Demokrasi

Kekalahan demi kekalahan di panggung politik membuat Kristen kontemporer terlalu berfokus pada isu politik sehingga merelativisasi posisi institusi gereja yang menyebabkan kedangkalan kehidupan gerejawi. Ironisnya, bukannya melakukan pembenahan, beberapa teolog Reformed melalui Two Kingdom Theology memilih menyerah pada sekularisme, dan berfokus untuk mengembalikan kehidupan gerejawi yang sudah hancur berantakan. Van Drunen dan kawan-kawan menganjurkan agar umat Kristen tidak ikut campur dalam politik, tetapi berfokus pada panggilan utamanya di gereja. Menurut mereka, Allah tidak menebus seluruh ciptaan (creation regained) karena penebusan hanya dikhususkan untuk umat pilihan (re-creation gained). Salah satu paradoks dalam pemikiran Calvin adalah di satu sisi, Kerajaan Allah bersifat spiritual, tetapi di sisi lain, Kerajaan Allah akan membawa transformasi total dunia. Pelarian spiritual ke dalam gedung gereja maupun usaha-usaha menciptakan negara Kristen (theokrasi) adalah kegagalan menyeimbangkan paradigma Calvin. Di tengah gelapnya situasi politik maupun gereja, kita harus tetap percaya janji di dalam Alkitab bahwa kerajaan dunia akan berubah menjadi kerajaan Kristus. Oleh karena itu, kita perlu optimis dan memikirkan kembali langkah-langkah untuk berperang dan merebut kembali lembaga-lembaga dunia. Semoga keberhasilan Calvin dalam memengaruhi dunia dapat terus menginspirasi perjuangan politik Kristen pada masa depan.

Audio Calvinisme dan Transformasi Politik

Diambil dari:
Nama Buletin : Buletin Pillar
Nomor edisi : 159/Oktober 2016
Judul asli artikel : Calvinisme dan Transformasi Politik
Penulis artikel : Hendrik Sugiarto
Halaman : 4 -- 5

Komentar


Syndicate content