Penghianatan Kosmik

Penulis_artikel: 
R.C. Sproul
Tanggal_artikel: 
12 Juli 2016
Isi_artikel: 

Pertanyaan tentang “Apakah dosa itu?” dikemukakan dalam Westminster Shorter Catechism. Jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan katekismus ini secara sederhana adalah: “Dosa adalah keinginan untuk menyesuaikan dengan hukum Allah atau pelanggaran terhadap hukum Allah.”

Mari kita melihat sebagian dari unsur tanggapan katekisme. Pertama-tama, dosa adalah suatu keinginan atau kekurangan. Di abad pertengahan, para ahli teologi Kristen mencoba melukiskan iblis atau dosa dengan istilah kekurangan (privatio) atau ketiadaan (negatio). Dalam istilah-istilah ini, iblis atau dosa dikenal dari ketidak-sesuaiannya dengan kebaikan. Istilah negatif yang dihubungkan dengan dosa dapat dilihat dalam ayat-ayat Alkitab seperti ketidak-patuhan, ketidak-bertuhanan, atau ketidak-bermoralan. Di dalam seluruh istilah tersebut, kita melihat ada penekanan terhadap sifat negatifnya. Ilustrasi selanjutnya mencakup kata-kata seperti aib, antikris, dan sebagainya.

Namun demikian, untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai dosa, kita harus melihat bahwa dosa mencakup lebih daripada penegatifan dari kebaikan, atau lebih daripada sekadar kurangnya kebajikan. Kita mungkin cenderung menganggap bahwa dosa, bila dijabarkan secara eksklusif dalam istilah negatif, hanyalah sekadar ilusi. Tetapi kebinasaan dari dosa menunjuk secara dramatis kepada realitas dari kekuatannya, yang tidak pernah dapat dijelaskan dengan ilusi. Para penganut pembaharuan menambahkan pada makna dari privatio tersebut suatu pendapat tentang aktualitas atau aktivitas, sehingga iblis dilihat dalam frasa, ”privatio actuosa”. Hal ini menekankan pada sifat aktif dari dosa. Dalam katekismus, dosa dijabarkan bukan hanya sebagai keinginan untuk menyesuaikan namun suatu tindakan pelanggaran, suatu tindakan yang mencakup melangkahi atau menyalahi standar.

Untuk memahami arti dari dosa, kita tidak dapat menjabarkannya secara terpisah dari hubungannya dengan hukum Taurat. Hukum Tauratlah yang menentukan apa yang dimaksud dengan dosa. Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus, terutama dalam kitab Roma, dengan tegas menekankan bahwa ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara dosa dan maut dan antara dosa dan hukum Taurat. Rumus sederhananya adalah sebagai berikut: Tidak ada dosa sama dengan tidak ada maut. Tidak ada hukum Taurat sama dengan tidak ada dosa. Rasul membantah bahwa di mana tidak ada hukum Taurat, tidak ada dosa, dan di mana tidak ada dosa, tidak ada maut. Hal ini berdasarkan pada alasan bahwa maut menyerbu kehidupan manusia sebagai tindakan penghukuman ilahi atas dosa. Maut tidak dapat memasuki kehidupan manusia sampai Taurat Allah dinyatakan pertama kali. Untuk alasan inilah maka rasul menentang bahwa hukum moral sudah berlaku sebelum Allah memberikan kode Mosaik kepada Israel. Argumentasinya adalah bahwa maut sudah ada di muka bumi sebelum Sinai, bahwa maut berkuasa sejak Adam sampai Musa. Ini hanya berarti bahwa hukum moral Allah diberikan kepada ciptaan-Nya jauh sebelum loh batu dikirim kepada bangsa Israel.

Hal ini memberikan kepercayaan pada pernyataan tegas Immanuel Kant tentang perintah moral universal yang ia sebut categorical imperative (perintah pasti), yang terdapat dalam hati nurani setiap orang yang dapat merasakan. Oleh karena hukum Tauratlah yang menjelaskan sifat dari dosa, maka kita dibiarkan menghadapi akibat yang mengerikan dari ketidak-patuhan kita terhadap hukum Taurat. Apa yang diperlukan oleh orang berdosa untuk diselamatkan dari aspek penghukuman ini adalah apa yang disebut Solomon Stoddard sebagai kebenaran dari Hukum Taurat. Sama seperti dosa digambarkan sebagai ketidak-sesuaian dengan Hukum Taurat, atau pelanggaran terhadap Hukum Taurat, maka penangkal satu-satunya terhadap pelanggaran itu adalah ketaatan terhadap Hukum Taurat. Jika kita memiliki ketaatan terhadap Hukum Allah, maka kita akan luput dari bahaya penghakiman Allah.

Solomon Stoddard, kakek dari Jonathan Edwards, menulis dalam bukunya, The Righteousness of Christ, kesimpulan berikut mengenai nilai dari kebenaran Hukum Taurat: “Cukuplah bagi kita bila kita memiliki kebenaran Hukum Taurat. Tidak ada lagi bahaya dari kegagalan kita apabila kita memiliki kebenaran itu. Jaminan dari para malaikat di surga adalah karena mereka memiliki kebenaran hukum Taurat, dan itu adalah jaminan yang cukup bagi kita bila kita memiliki kebenaran hukum Taurat. Apabila kita memiliki kebenaran hukum Taurat, maka kita tidak akan terkena kutukan hukum Taurat. Kita tidak lagi ditakuti oleh hukum taurat; pengadilan tidak dibangkitkan atas kita; penghukuman dari hukum Taurat tidak dapat mencengkeram kita; hukum tidak lagi mempunyai keberatan melawan keselamatan kita. Jiwa yang memiliki kebenaran hukum Taurat berada di luar jangkauan ancaman-ancaman dari hukum Taurat." Manakala tuntutan dari hukum Taurat dijawab, maka hukum Taurat tidak mendapati adanya kesalahan. Hukum Taurat hanya mengutuk ketidak-taatan yang sempurna. Ya, lebih dari itu, manakala terdapat kebenaran hukum Taurat, Allah telah mengikatkan diri-Nya untuk memberikan hidup yang kekal. Manusia yang demikian adalah ahli waris kehidupan, menurut janji hukum Taurat. Hukum Taurat menyebut mereka sebagai ahli waris kehidupan, Galatia 3:12, ’siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya’ (Kebenaran Kristus, ayat 25).

Satu-satunya kebenaran yang memenuhi persyaratan hukum Taurat adalah kebenaran Kristus. Hanya karena tuduhan terhadap kebenaran itulah maka orang berdosa bisa memiliki kebenaran hukum Taurat. Hal ini sangat penting dalam pemahaman kita pada saat ini di mana tuduhan terhadap kebenaran Kristus itu mendapat banyak tantangan. Jika kita mengabaikan pikiran tentang kebenaran Kristus, kita tidak mempunyai pengharapan, karena hukum Taurat tidak pernah dinegosiasikan oleh Allah. Selama hukum Taurat ada, kita terbuka terhadap penghakimannya kecuali dosa kita ditutupi oleh kebenaran hukum Taurat. Penutup satu-satunya yang dapat kita miliki dari kebenaran itu adalah yang kita dapati melalui ketaatan Kristus yang aktif, di mana Ia sendiri telah memenuhi setiap catatan dan judul dari hukum Taurat. Pemenuhan terhadap hukum Taurat dalam diri-Nya sendiri adalah aktivitas yang dilakukan untuk orang lain dan melaluinya Ia mencapai penghargaan sebagai hasil dari ketaatan tersebut. Ia melakukan ini bukan untuk diri-Nya sendiri namun untuk umat-Nya. Kebenaran yang dituduhkan inilah, penyelamatan dari penghukuman oleh hukum Taurat, dan keselamatan dari kebinasaan dari dosa inilah yang menjadi latar belakang dari penyucian orang Kristen, di mana kita harus menahan nafsu dosa yang masih ada di dalam kita, karena Kristus telah mati untuk dosa kita.

Audio: Penghianatan Kosmik

Mengapa Orang Benar Menderita?

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Kitab Ayub adalah salah satu kitab tertua dalam Perjanjian Lama yang berisi perkataan Hikmat. Unik sekali jika kita boleh menyelidiki kitab ini dengan seksama, hikmat yang diajarkan muncul dari realitas kehidupan seorang pria saleh bernama Ayub -- dalam bahasa aslinya berarti "yang tertindas". Ia dikenal sebagai orang saleh yang mendapat ujian dari Allah. Allah telah mengambil segala sesuatu yang dimilikinya, mulai dari harta, relasi, hingga kesehatan fisiknya hingga ia benar-benar mengalami kekosongan dan hanya Allah saja yang ada dalam hidupnya. Ia orang benar, taat, dan saleh, tetapi ia menderita dan tertindas.

Kesetiaan Ayub bagaikan emas yang telah teruji, dalam penderitaan yang ia hadapi, ia tetap beriman pada Allah dalam segala keadaan. Pada edisi bulan ini kita bersama akan belajar dari kitab Ayub, pelajaran hikmat yang akan menolong kita melihat kasih karunia Allah dalam hidup setiap anak-Nya. Allah kita adalah Allah yang mendidik dan memberi ujian hidup. Alkitab tidak pernah mengatakan, jika kita menjadi pengikut Kristus kita akan berlimpah materi dan kebahagiaan dunia. Jika ada khotbah yang demikian tentu adalah tipuan belaka. Justru sebaliknya, mengikut Kristus berarti siap menderita bagi Dia, pikul salib, dan menyangkal diri. Adalah suatu anugerah jika kita boleh mengambil bagian dalam penderitaan-Nya untuk menjadi saksi Kristus. Kiranya kita senantiasa boleh belajar mengerti maksud Allah di balik setiap penderitaan yang benar, bersabar menanggungnya dan saling menguatkan sebagai satu tubuh dalam Kristus. Selamat membaca. Soli Deo Gloria!

Ayub Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Ayub
Edisi: 
Edisi 177/Juni 2016
Isi: 

Kitab Ayub: Mengapa Orang Benar Menderita?

Stories of Suffering

Di dalam bidang studi Alkitab, ada lima kitab yang secara umum dimasukkan ke dalam kategori "Literatur Hikmat" atau "Kitab Puisi di dalam Perjanjian Lama". Kelima kitab itu adalah Amsal, Mazmur, Pengkhotbah, Kidung Agung, dan Ayub. Dari kelima kitab ini, hanya ada satu yang menonjol dan terkesan berbeda dari keempat kitab lainnya. Kitab itu adalah Ayub. Hikmat yang diperoleh dari Kitab Ayub tidak disampaikan dalam bentuk amsal. Melainkan, Kitab Ayub berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan hikmat dalam konteks naratif yang bersentuhan dengan penderitaan besar yang dialami oleh Ayub. Latar belakang naratif ini ada dalam konteks masa patriarki. Banyak pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan penulis kitab ini, apakah sebagai sejarah naratif dari seorang individu nyata atau apakah berkaitan dengan struktur mendasar kitab ini, yaitu sebagai sebuah drama dengan kalimat pembuka, termasuk adegan pembukaan di Surga yang melibatkan Allah dan Iblis, dan bergerak menuju klimaks di bagian penutup kitab, di mana hal-hal yang terhilang dari Ayub pada masa-masa pencobaan digantikan.

Dalam segala aspek, pesan mendasar dari kitab Ayub adalah hikmat yang berkaitan dengan pertanyaan seperti bagaimana keterlibatan Allah di dalam penderitaan yang dialami manusia. Di dalam setiap generasi, protes bermunculan dan menyatakan bahwa jika Allah itu baik, seharusnya tidak ada penderitaan, penyakit, maupun kematian di dunia ini. Bersama dengan protes yang menentang hal-hal buruk yang terjadi di dalam kehidupan orang baik, ada juga beberapa usaha untuk menciptakan rumusan dari penderitaan, dengan mengasumsikan bahwa porsi penderitaan seseorang terkait dengan rasa bersalah yang mereka miliki, juga dosa yang sudah mereka lakukan. Respons yang cepat atas hal ini dapat dilihat di dalam Yohanes 9:2-3 ketika Yesus memberikan tanggapan pada pertanyaan para pengikut-Nya yang berkaitan dengan penyebab penderitaan dari seorang laki-laki yang terlahir buta.

Ayub

Di dalam Kitab Ayub, sang tokoh utama digambarkan sebagai orang yang benar, bahkan orang yang paling benar hidupnya yang bisa ditemukan di seluruh bumi, namun menurut Iblis, Ayub bersikap benar hanya demi mendapatkan berkat dari tangan Allah. Allah telah membentengi hidupnya dan memberkati dia di antara segala manusia, namun Iblis menuduh bahwa Ayub melayani Allah hanya karena berkat-berkat yang diberikan oleh Penciptanya. Tantangannya adalah ketika Iblis menantang Allah untuk mengangkat semua perlindungan-Nya dari dalam hidup Ayub, untuk melihat apakah Ayub akan mulai mengutuki Allah. Seiring dengan berjalannya cerita, penderitaan Ayub bergerak cepat dari buruk, menjadi lebih buruk. Penderitaannya begitu besar sehingga ia sampai duduk di atas abu, mengutuki hari kelahirannya, dan menangis keras dalam penderitaan yang berkepanjangan. Penderitaannya begitu besar, sehingga istrinya sendiri menyarankannya untuk mengutuki Allah, supaya pada akhirnya ia bisa meninggal dan terlepas dari penderitaannya. Hal yang dinyatakan lebih lanjut di dalam kitab Ayub adalah ketika ketiga sahabat Ayub, yakni Elifas, Bildad, dan Zofar memberikan pendapat. Pernyataan mereka menunjukkan betapa rendah kesetiaan mereka pada Ayub, dan betapa pikiran mereka begitu cepat menilai Ayub (tanpa didasari pengetahuan yang benar), sehingga mereka berpikir bahwa penderitaan Ayub pastilah karena masalah karakter Ayub sendiri.

Penghiburan dan nasihat yang diterima Ayub mencapai tingkat yang lebih tinggi berkat pemahaman mendalam yang disampaikan oleh Elihu. Elihu memberikan beberapa pernyataan yang mengandung muatan hikmat yang alkitabiah, namun hikmat terakhir yang diperoleh dari dalam kitab yang hebat ini bukan datang dari teman-teman Ayub, bahkan Elihu, melainkan dari Allah sendiri. Ketika Ayub meminta jawaban dari Allah, Allah menjawab dengan jawaban keras: "Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan? Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberi tahu Aku" (Ayub 38:1-3). Ini adalah interogasi intens yang pernah dilakukan terhadap manusia oleh Pencipta-Nya. Kesan pertama yang ditangkap adalah Allah sedang mengolok-olok Ayub, ketika Ia bertanya, "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!" (ayat 4). Allah kemudian mengajukan pertanyaan demi pertanyaan seperti, "Dapatkah engkau memberkas ikatan bintang Kartika, dan membuka belenggu bintang Belantik? Dapatkah engkau menerbitkan Mintakulburuj pada waktunya, dan memimpin bintang Biduk dengan pengiring-pengiringnya?" (Ayub 38:31-32). Sangat jelas bahwa jawaban yang bisa disampaikan terkait dengan pertanyaan retoris ini adalah selalu, "Tidak, tidak, tidak." Allah seakan-akan memukul kalah Ayub, dan melanjutkan pertanyaan demi pertanyaan mengenai kemampuan Ayub untuk melakukan suatu hal yang tidak mampu ia lakukan, namun sangat jelas dapat dilakukan oleh Allah.

... takut akan Allah adalah permulaan hikmat.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Di dalam pasal 40, akhirnya Allah berkata kepada Ayub, "Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? Hendaklah yang mencela Allah menjawab!" (ayat 2). Sekarang, Ayub menjawab pertanyaan ini bukan dengan cara yang menyimpang, tetapi sebaliknya ia mengatakan, "Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan" (ayat 4-5). Dan kemudian Allah kembali menginterogasi Ayub dengan pertanyaan-pertanyaan yang jelas mengambarkan kekontrasan antara kuasa Allah, Siapakah Dia yang dikenal Ayub dengan nama El Shaddai, dan ketidakberartian Ayub. Akhirnya, Ayub mengakui bahwa hal-hal itu terlalu mustahil dan hebat untuk dilakukan olehnya. Dia mengatakan, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu" (Ayub 42:5-6).

Apa yang berharga dari pelajaran ini adalah bahwa Allah tidak pernah secara langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan Ayub. Allah tidak mengatakan, "Ayub, alasan kamu mengalami penderitaan adalah ini dan itu." Sebaliknya, apa yang Allah lakukan di tengah misteri penderitaan yang hebat itu adalah dengan menjawab Ayub dengan Diri-Nya sendiri. Ini adalah hikmat yang menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan penderitaan manusia - bukan jawaban mengenai kenapa saya harus menderita dengan cara, situasi, dan waktu tertentu, namun di manakah (kepada Siapakah) pengharapan saya berlabuh di tengah penderitaan itu.

Why do the righteous suffer?

Jawaban terhadap pertanyaan itu dapat dengan jelas ditemukan di dalam kitab Ayub yang selaras dengan kitab-kitab hikmat lainnya: takut akan Allah adalah permulaan hikmat. Dan saat kita begitu disibukkan dan dibuat pusing oleh hal-hal yang tidak bisa kita pahami di dalam dunia ini, kita tidak selalu mencari jawaban yang spesifik atas pertanyaan spesifik yang kita ajukan, namun kita mencari pengenalan akan Allah dalam kekudusan-Nya, kebenaran-Nya, keadilan-Nya, dan dalam anugerah-Nya. Itulah hikmat yang bisa kita peroleh dari kitab Ayub.

Audio: Mengapa Orang Benar Menderita

Sumber: 
Diambil dari:
Nama Situs : Gospel Translations
Alamat URL : http://id.gospeltranslations.org/wiki/Kitab_Ayub:_Mengapa_Orang_Benar_Menderita%3F
Judul Artikel : Kitab Ayub: Mengapa Orang Benar Menderita
Penulis Artikel : R.C. Sproul
Penerjemah : Susan Margaretha
Tanggal Akses : 3 Maret 2016

Publikasi 40 Hari Doa

Doa merupakan panggilan hidup orang percaya. Doa memiliki satu tempat khusus di tengah kehidupan anak-anak Allah. Apakah Allah memberikan beban kepada Anda untuk berdoa, bukan untuk diri Anda, melainkan untuk banyak orang di dunia? Kami mengajak Anda bergerak di dalam doa dan berdoa untuk saudara-saudara kita yang sedang berpuasa selama bulan Ramadan ini selengkapnya...»

Roh Kudus Penghibur yang Lain

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Roh Kudus adalah Penghibur dan Penolong yang diutus oleh Allah Bapa setelah kenaikan Allah Anak ke surga. Dialah Allah yang menyertai gereja-Nya senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dia begitu mengasihi tiap-tiap gereja-Nya dengan kasih yang begitu dalam. Namun, tahukah kita betapa besarnya Roh Kudus mengasihi kita? Bisakah kita mengukur kasih Roh Kudus? Tahukah betapa besar perhatian-Nya kepada kita? "Tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia" (Mazmur 108:11). Ia mengasihi kita, selalu mengasihi, dan akan tetap mengasihi kita. Sungguh, Ia sendiri adalah anugerah terbesar yang diberikan bagi gereja-Nya sepanjang masa.

Dalam edisi bulan ini, kita akan bersama mengenal lebih jauh Pribadi Allah Roh Kudus yang diutus sebagai Sang Penghibur sejati bagi gereja-Nya, Ia membawa sukacita dan damai surga dalam tiap hati orang pilihan Allah. Kiranya melalui artikel yang kami sajikan ini, kita boleh semakin mengenal anugerah dan Pribadi Allah yang begitu mengasihi kita. Selamat membaca. Soli Deo Gloria

Ayub Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Ayub
Edisi: 
Edisi 176/Mei 2016
Isi: 

"Bapa...akan memberikan kepadamu Penolong yang lain, supaya Ia bersamamu selamanya."
( Yohanes 14:16 )

Roh Kudus adalah Penghibur yang penuh kasih. Anggaplah saya sedang dalam kedukaan dan butuh penghiburan. Ketika "orang-yang-melihat" mendengar kesusahan saya, Ia datang, duduk, dan berusaha menyemangati saya. Ia memperkatakan perkataan yang menenangkan, tetapi Ia tidak mengasihi saya. Ia orang asing; Ia tidak mengenal saya sama sekali; Ia hanya datang untuk mencoba melakukan apa yang Ia bisa lakukan. Apa akibatnya? Kata-katanya meluncur seperti minyak pada permukaan batu pualam. Kata-kata itu seperti tetesan hujan pada sebuah batu. Kata-kata itu tidak menghilangkan kesedihan saya, yang masih tak bergeming, karena Ia tidak memiliki kasih untuk saya.

Bapa

Akan tetapi, ketika ada seseorang yang begitu mengasihi saya seperti mengasihi hidupnya sendiri datang dan berdoa bersama saya, maka sesungguhnya kata-katanya adalah musik. Kata-kata itu terasa seperti madu. Ia tahu kunci untuk membuka pintu hati saya, dan telinga saya suka akan setiap perkataannya, karena kata itu bagaikan harmoni seruit surgawi. Oh, itu adalah suara kasih. Ia berbicara dalam bahasanya sendiri. Ia adalah sebuah idiom dan sebuah aksen yang dapat menjangkau hati yang berduka. Kasih adalah satu-satunya sapu tangan yang dapat membasuh air mata seorang pekabung.

Bukankah Roh Kudus adalah Penghibur yang pengasih? Orang kudus, tahukah Anda betapa besarnya Roh Kudus mengasihi Anda? Bisakah Anda mengukur kasih Roh Kudus? Tahukah Anda betapa besar perhatian-Nya kepada Anda? Pergilah, ukurlah surga dengan neraca; timbanglah gunung dalam ukuran yang bisa terhitung; ambillah air laut dan hitunglah tiap tetesnya; hitunglah pasir di atas pantai yang memanjang. Ketika Anda sudah melakukan semua ini, Anda akan tahu betapa besarnya Ia mengasihi Anda. Ia telah mengasihi Anda sejak lama. Ia mengasihi Anda dengan sungguh. Ia selalu mengasihi Anda, dan Ia akan tetap mengasihi Anda. Sungguh, Ia adalah pribadi yang bisa menghibur Anda karena Dia seorang pengasih. Terimalah Dia, kemudian, biarkan Ia masuk ke dalam hati Anda, hai orang percaya, supaya Ia menghibur Anda dalam kedukaan.

Dia adalah Penghibur yang setia. Kasih kadang kala terbukti tidak setia. Oh, lebih tajam dari taring ular, kawan yang tidak setia. Oh, lebih pahit daripada pahitnya empedu, seorang teman yang meninggalkan saya dalam kedukaan. Oh, betapa merananya, ketika orang yang mengasihi saya dalam kelimpahan saya meninggalkan saya dalam hari-hari gelap pergulatan saya! Sedih memang, tetapi Roh Allah tidak seperti itu. Roh Allah selalu mengasihi, bahkan sampai akhir -- seorang Penghibur yang setia.

Anak Allah, Anda yang ada dalam masalah. Baru saja, Anda menemukan Dia seorang Penghibur yang setia dan pengasih. Anda menerima kelegaan dari-Nya ketika orang lain bagaikan tadah yang bocor. Ia menaruh Anda di dada-Nya dan memikul Anda pada lengan-Nya. Mengapa Anda tidak memercayai-Nya sekarang ini? Jauhkanlah ketakutan karena Ia adalah Penghibur yang setia.

"Tapi," kata Anda. "Saya khawatir saya akan jatuh sakit dan tak sanggup melakukan perintah-Nya." Meski demikian, Ia akan mengunjungi Anda di samping tempat pembaringan Anda dan duduk di samping Anda untuk memberi Anda penghiburan. "Tetapi duka saya lebih dari apa yang apa yang dapat Anda pikirkan. Gelombang demi gelombang menimpa saya. Seperti terpaan air terjun yang deras" (lihat Mazmur 42:7). Meski demikian, Ia akan setia pada janji-Nya.

"Oh, tetapi saya sudah berdosa." Memang benar, tetapi dosa tidak memisahkan Anda dari kasih-Nya. Ia masih mengasihi Anda. Jangan berpikir, anak Allah yang malang, bahwa karena luka akibat dosa-dosa Anda yang lama, merusak keindahan Anda hingga kasih-Nya kepada Anda berkurang karena noda itu. Tidak! Ia mengasihi Anda ketika Ia sudah lebih dulu tahu bahwa Anda akan berdosa. Ia mengasihi Anda sembari mengetahui segala kejahatan Anda. Kasihn-Nya tidak berkurang kepada Anda saat ini. Datanglah kepada-Nya dengan keberanian dalam iman. Katakan kepada-Nya Anda telah membuat-Nya sedih. Ia akan melupakan pelanggaran Anda dan akan menerima Anda lagi. Sentuhan kasih-Nya akan diberikan-Nya untuk Anda. Lengan kemuliaan-Nya akan memeluk Anda. Ia setia, jadi percayalah kepada-Nya. Ia tidak akan pernah menipu Anda. Percayalah kepada-Nya karena Ia tidak akan pernah meninggalkan Anda.

Ia adalah seorang Penghibur yang teguh. Kadang kala saya mencoba menghibur seseorang yang sedang menghadapi cobaan. Dari dulu hingga kini, Anda mungkin menemui orang-orang gelisah seperti ini. Anda bertanya, "Apa masalah Anda?" Anda mendengarnya, dan Anda mencoba, jika mungkin, menghilangkan kegelisahannya. Akan tetapi, ketika Anda berusaha mencari inti masalahnya, Anda menemukan bahwa masalah itu bergeser ke persoalan lain. Anda mengubah argumen dan memulainya lagi, tetapi Anda tidak menemukannya. Anda menjadi bingung. Anda merasa seperti Hercules yang memotong kepala naga yang terus-menerus tumbuh lagi dan menyerah dalam keputusasaan. Anda bertemu dengan orang yang tidak mungkin dihibur, berpikir bahwa orang itu membelenggu dirinya sendiri dengan rantai dan membuang kuncinya sehingga tak seorang pun bisa membebaskan dia.

Saya menemukan sejumlah orang terikat dalam rantai keputusasaan. Mereka mengeluh, "Saya begitu menderita" (Ratapan 3:1). "Kasihani saya, kasihani saya, hai teman." Semakin Anda mencoba menghibur orang-orang macam ini, mereka makin terpuruk. Karena itu, dengan terpaksa, kita tinggalkan mereka bertanya-tanya sendirian di antara kuburan sukacita mereka di masa lalu. Namun, Roh Kudus tidak pernah kekurangan hati pada mereka yang dikehendaki-Nya memperoleh penghiburan. Roh Kudus berusaha menghibur kita, tetapi kita lari dari kebaikan yang Ia tawarkan. Ia memberi minuman yang manis demi menyembuhkan kita, tetapi kita tidak meminumnya. Ia menunjukkan sejumlah tanda-Nya yang ajaib untuk menghalau segala kesusahan kita, tetapi kita menampiknya. Namun, Ia terus bersikeras kepada kita. Meski kita mengatakan bahwa kita tidak mengalami penghiburan. Ia mengatakan kita akan mengalaminya. Dan, apa yang Ia katakan, Ia kerjakan. Ia tidak menyerah dengan semua dosa kita, tidak dengan segala sungut kita.

Betapa bijaknya Roh Kudus sebagai Penghibur. Ayub dikelilingi oleh para penghibur, dan saya pikir Ia benar ketika Ia berkata, "Kalian semua para penghibur yang menyedihkan" (Ayub 16:2). Namun, saya berani mengatakan bahwa teman-teman Ayub berpikir kalau mereka adalah orang yang bijaksana. Ketika seorang pemuda bernama Elihu mengangkat suaranya, mereka menilai Elihu lancang bicara. Bukankah mereka para mentor yang berpengaruh dan dihormati? Tidakkah mereka memahami duka dan kesengsaraan Ayub? Jika mereka tidak dapat menghibur Ayub, siapa dapat? Akan tetapi mereka tidak menemukan sebab (Ayub menderita).

Mereka berpikir Ayub bukan anak Allah sejati, dan bahwa ia merasa diri benar, dan lalu memberikan pengobatan yang keliru. Ketika seorang dokter salah menetapkan diagnosis, resep, dan lain-lain dan akibatnya mungkin, membunuh pasien, itu adalah sebuah malapetaka. Kadang-kadang, ketika kita mengunjungi seseorang, kita salah mengartikan sakit mereka. Kita ingin menghibur mereka pada titik ini, sementara mereka tidak membutuhkannya sama sekali, dan mereka lebih suka sendiri daripada diganggu oleh para penghibur yang buruk seperti kita.

Namun, betapa bijaksananya Roh Kudus itu! Ia menyapih jiwa, meletakkannya pada sebuah meja, dan membedahnya saat itu juga. Ia mampu menemukan akar masalah. Ia memahami apa yang sebenarnya menjadi keluhan, dan kemudian menggunakan pisau di tempat di mana sesuatu perlu diangkat dari situ, atau menempelkan sebuah plester di mana luka itu berada. Ia tidak pernah membuat kesalahan. Oh, betapa bijaksananya Roh Kudus! Saya berpaling dan meninggalkan semua penghibur karena Engkau sajalah yang memberi penghiburan terbaik.

Perhatikan juga betapa amannya cara Roh Kudus bekerja. Ingatlah bahwa tak semua penghiburan itu baik. Di suatu tempat, ada seorang pemuda yang sangat murung. Anda mengetahui penyebab kemurungannya. Ia masuk ke rumah Tuhan dan mendengar seorang pengkhotbah karismatik. Firman yang dibawakan memberkatinya dan menyadarkan dia akan dosanya. Ketika Ia pulang ke rumah, ayah dan kerabat lainnya menemukan ada sesuatu yang berbeda tentang dia. "Oh," kata mereka, "John sudah gila. Dia gila." Apa yang ibunya katakan? "Kirim dia ke pedesaan selama seminggu. Biarkan dia berpesta atau menonton pertunjukan." Beberapa waktu kemudian, mereka bertanya, "John, apakah kamu menemukan penghiburan di sana?" "Ah tidak, semua yang ada di sana membuat saya bertambah susah. Ketika saya berada di sana, saya berpikir neraka akan terbuka dan akan menelan saya." "Apakah kamu menemukan kelegaan dalam kefanaan dunia?" "Tidak," katanya, "saya pikir semua itu hanya membuang waktu." Duh! Itu penghiburan yang payah, tetapi seperti itulah penghiburan cara dunia.

Ketika seorang Kristen mengalami kesusahan, berapa orang akan merekomendasikan obat yang tidak tepat! Pergi dengarkanlah Pengkhotbah yang ini dan yang itu. Ajaklah beberapa teman datang ke rumah. Bacalah beberapa seri buku yang menghibur. Kemungkinan besar itu adalah cara-cara yang tidak aman dalam dunia ini. Iblis kadang kala masuk ke dalam jiwa seseorang sebagai penghibur yang palsu dan mengatakan kepada jiwa orang ini, "Apa gunanya semua hal yang berhubungan dengan pertobatan ini? Kamu tak lebih buruk dari orang lain." Ia berusaha membuat jiwa Anda percaya bahwa prasangka seseorang adalah penghiburan dari Roh Kudus. Dengan demikian, orang itu menyesatkan banyak orang lain melalui penghiburan palsu.

Banyak orang seperti seorang bayi, dihancurkan oleh obat-obatan yang diberikan kepada mereka hingga mereka terlelap. Banyak orang kecewa oleh seruan "damai, damai, ketika tidak ada damai" (Yeremia 6:14), mendengar hal-hal yang menyenangkan ketika saatnya mereka perlu ditegur. Ular beludak Cleopatra diletakkan dalam keranjang bunga, dan kejatuhan manusia sering kali berasal dari perkataan yang baik dan menyenangkan. Akan tetapi, penghiburan dari Roh Kudus itu aman, dan Anda bisa merasa tenang. Biarkan Ia berbicara, dan akan ada sebuah realita dari sana. Biarkan Ia memberi secangkir penghiburan, dan Anda bisa meminumnya sampai tak tersisa, karena di dalamnya tidak ada obat penenang, tak ada racun atau kebinasaan. Semuanya aman.

Bapa

Terlebih lagi, Roh Kudus adalah Penghibur yang aktif; Dia tidak menghibur Anda dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan. Sejumlah penghiburan Ia berikan dengan, "menjadikan hangat dan kenyang; sementara [mereka] tidak menyediakan hal-hal yang dibutuhkan tubuh" (Yakobus 2:16). Namun, Roh Kudus memberikannya. Ia bersyafaat bagi kita. Ia memberi janji pada kita, Ia memberi kita kemuliaan, dan Ia menghibur kita. Ia selalu menjadi Penghibur yang sukses. Ia tidak pernah mencoba melakukan apa yang tak bisa diselesaikan-Nya.

Ia juga adalah Penghibur yang Mahahadir, sehingga Anda tak perlu memanggil-Nya. Allah Anda selalu berada di dekat Anda, dan ketika Anda membutuhkan penghiburan dalam kesusahan, ketahuilah, "perkataan-Nya dekat denganmu, bahkan dalam mulut dan hatimu" (Roma 10:8). Ia pertolongan yang selalu ada dalam kesusahan.

Audio: Roh Kudus Penghibur yang Lain

Diterjemahkan dari dari:
Judul Buku : Joy in Your Life
Judul Asli Artikel : The Holy Spirit, Another Comforter
Penulis : Charles Spurgeon
Penerjemah : Aji
Penerbit : Whitaker House, Pennsylvania 1998.
Halaman : 41 -- 47

Situs Sejarah Alkitab Indonesia

Tahukah Anda bahwa hingga saat ini sudah ada paling sedikit 22 Alkitab yang pernah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu-Indonesia? Tahukah pihak-pihak yang telah menerjemahkan Alkitab yang selama ini kita miliki? Bagaimana kisah-kisah di balik penerjemahan Alkitab? selengkapnya...»

Preach Thy Word

Editorial: 

Dear e-Reformed Netters,

Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang mau belajar dan mau diajar melalui khotbah-khotbah alkitabiah yang benar-benar dipersiapkan dengan matang. Artinya ada proses yang memang dikerjakan secara serius dan bertanggung jawab sebelum dikhotbahkan. Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai Allah untuk menyampaikan atau mengomunikasikan pesan penting-Nya kepada banyak orang, baik disampaikan secara lisan maupun tulisan. Dalam tradisi Kristen, pesan ini haruslah firman-Nya yang tertulis di Alkitab atau yang biasa disebut Kabar Baik (Injil). Alkitab adalah satu-satunya sumber pemberitaan firman Tuhan, maka khotbah yang disampaikan seharusnya bukan pemikiran subjektif si pengkhotbah, melainkan pemikiran Alkitab yang telah diselidiki secara mendalam dan bertanggung jawab oleh si pengkotbah. Pesan utama dari khotbah harus senantiasa berpusat pada Kristus.

Kiranya melalui sajian artikel "Preach Thy Word" ini, kita akan bersama-sama melihat empat aspek utama teologia Marthin Luther dalam berkhotbah dan mempelajari hal penting yang harus tersirat dalam sebuah khotbah yang alkitabiah. Selamat membaca. Soli Deo Gloria!

Ayub Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Ayub
Edisi: 
Edisi 175/April 2016
Isi: 

ARTIKEL
PREACH THY WORD (Understanding Theology of Preaching on Martin Luther)

Di dalam "Teologi Khotbah", Marthin Luther memahami "Teologi" dan "Khotbah" adalah satu (integrated). Khotbah adalah sentral dari gereja yang benar. Dengan mendengar firman Tuhan, kita baru dapat hidup di dalam Tuhan dan melayani-Nya sebagai "integritas hidup teologis". Martin Luther menekankan bahwa mereka yang mendengar, melihat, dan melaksanakan khotbah yang diberitakan, diimani, diproklamasikan, dan dihidupi, mereka bukan orang sembarangan, mereka adalah bagian dari gereja yang kudus dan am. Jadi, khotbah memerankan peranan penting untuk menyatakan firman Tuhan yang masih bekerja sampai sekarang melalui pemberitaan Injil. Karena itu, Luther percaya bahwa "one must see the word of the preacher as God's Word" (seseorang harus melihat perkataan pengkhotbah sebagai firman Tuhan - Red.). Problemnya, bagaimana seorang pengkhotbah dapat memiliki "kejujuran hati" di dalam dirinya untuk memberitakan firman-Nya?

Bapa

4 aspek teologi Luther dalam berkhotbah:

  1. Doktrin firman Tuhan harus mendasari khotbah.

    Di dalam teologinya, Martin Luther terus menekankan pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib (Theology of the Cross) sebagai inti proklamasinya. Di atas kayu salib, Yesus dimuliakan. Jadi, teologi Kemuliaan (Theology of Glory) harus berhubungan dengan firman, inkarnasi Kristus, kematian Kristus, kebangkitan Kristus (Roma 1).

    1. Firman. Firman tidak bisa lepas dari "creation". Di dalam Kejadian, Luther memahami "Allah berfirman" bukan hanya ucapan saja, tetapi ada tindakan dan perbuatan Allah. Firman Tuhan menyatakan integritas diri-Nya dalam kehendak-Nya. Firman Tuhan datang kepada kita hanya melalui "perkataan-Nya". Bagi Luther, perkataan-Nya harus kita bedakan dengan perkataan para filsuf seperti Sokrates, Plato, Aristotle, dll.. Dalam Ibrani 4:12, firman Allah adalah "God's speaking to man" (no man speaking). John Piper dalam bukunya "Pierced by Word" mengangkat sebuah respons bahwa seharusnya kita mendengar dan gentar terhadap firman Tuhan karena Allah menciptakan ciptaan-Nya dengan firman-Nya, firman yang menggunduli hutan (Mazmur 29:9), firman yang seperti pedang tajam yang akan memukul bangsa-bangsa (Wahyu 19:15). Jadi, pengkhotbah harus sadar betul bahwa firman Tuhan bukanlah "human speech", tetapi firman Tuhan adalah firman yang "berbahaya" bagi diri mereka sebagai pembawa firman. Tidak boleh sembarangan berkhotbah, tidak boleh sembarangan menafsir, tidak boleh sembarangan mempermainkan inti khotbah di dalam Alkitab! Perkataan Allah adalah "sacred" bagi semuanya!

    2. Inkarnasi Kristus. Di dalam khotbah natalnya, Luther menekankan alasan dan kehendak kita untuk mencari Allah bukan dicari di atas sana, tetapi kita harus belajar "membungkukkan diri" melihat kepada seorang bayi yang lahir di palungan, Dialah Sang Pencipta. Mari kita berjalan bersamanya dengan takut akan Allah. Tidak ada jalan lain untuk kembali kepada Allah, hanya melalui bayi ini. Luar biasa! Sering kali kita kurang rendah hati mencari Tuhan karena kita menganggap diri mampu untuk mengenal Allah dengan inisiatif sendiri. Inisiatif manusia digambarkan dengan beberapa macam: terus melihat ke atas, terus berusaha mencari dengan agama, melihat ke bawah, juga berusaha mencari dengan filsafat. Mana yang benar? Melihat ke atas dan ke bawah! Karena Allah telah berinkarnasi ke dalam dunia, Ia lahir di palungan. Bungkukkan dirimu! "Theos" dan "Logos" yang ada di atas telah berinkarnasi turun ke bawah untuk menebus dosa kita! Inilah "Theology" yang melampaui setiap agama dan filsafat ("religion" dan "philosophy").

    3. Kematian Kristus. Ulrich Asendorf, di dalam esai berjudul "Luther's Sermons on Advent as a Summary of His Theology", memberikan tanggapan bahwa ketika Luther berkhotbah saat itu, dirinya hanya menekankan "Immanuel" yang disalibkan, kerelaaan diri-Nya sebagai kebenaran ditukarkan dengan dosa-dosa manusia, di dalam anugerah-Nya. Seperti apa yang diserukan oleh Yohanes pembaptis dalam Injil Yohanes 1:29, "... Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Kematian Kristus adalah penting di dalam khotbah Kristen. Jika Kristus tidak mati bagi kita, kita tidak melihat aplikasi kasih Allah yang agung di dalam anugerah-Nya. Kita tidak mungkin dapat mengerti Tuhan, doktrin, aplikasi, dan penggenapan janji-Nya. Luther sadar betapa pentingnya kematian Kristus karena kesadaran dirinya yang penuh dosa di hadapan Allah yang adil membuatnya selalu merasa bersalah sebagai pendosa. Namun, ia melihat Kristus dan tidak fokus terhadap dosanya, di situlah ada pengharapan baginya untuk mencicipi keselamatan dan penebusan-Nya di dalam totalitas karya-Nya.

    4. Kebangkitan Kristus. Di dalam buku "From Faith to Faith: Dari Iman kepada Iman", Dr. Stephen Tong menuliskan bahwa di dalam aspek natural, mujizat Allah yang besar adalah menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (creatio-ex-nihilo). Akan tetapi, mukjizat Allah yang terbesar adalah mengubah yang dari mati menjadi hidup. Itulah kebangkitan (resurrection). Inilah dua pekerjaan Tuhan yang besar sekali, yaitu penciptaan dan kebangkitan (Creation and Resurrection). Di dalam khotbah Paskah, Luther yang membahas Markus 16:1-8. Ia mengutip bahwa Rasul Paulus menuliskan dalam Roma 4:25, "Kristus telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita". Luther percaya bahwa Rasul Paulus memberitahukan kepada setiap kita secara akurat, mengapa dan tujuan dari penderitaan-Nya, yaitu Ia mati karena dosa-dosa kita dan bangkit karena pembenaran kita. Menurut Dr. Stephen Tong, di sini Kristus secara aktif menaklukkan diri-Nya kepada rencana Allah serta secara pasif menyerahkan diri-Nya untuk ditawan dan digantung di atas kayu salib menjadi penebus manusia! Saudara sekalian di dalam Kristus, berita ini harus kita bawa pulang ke dalam hati kita, jangan hanya mendengar dengan telinga kita atau hanya mengaku dengan mulut kita! Di dalam Roma 4:25, Luther dimengertikan bahwa perkataan-Nya telah membawa matanya tidak boleh lagi melihat kepada dosa-dosanya, tetapi matanya harus melihat kepada Kristus yang telah menebus dosa-dosanya, barulah saya dapat mengalami beristirahat dalam Kristus, tidak lagi membebani kesadaranku (rest upon Christ, no longer burden my conscience). Luther menjelaskan bahwa kita anak Adam, maka kita harus mati. Namun, karena Kristus telah mengambil dosa-dosa kita atas diri-Nya, telah mati bagi mereka, telah menderita untuk dibunuh karena dosa-dosa saya, dosa tidak bisa lagi membahayakan kita karena Kristus terlalu kuat untuk dikalahkan oleh dosa. Jadi, di dalam Kristus, sekarang kami memiliki hati nurani yang jelas, kami bahagia dan tidak takut terhadap dosa. Puji Tuhan!

  2. Hukum dan Injil dapat bersama-sama berfungsi di dalam satu khotbah yang sama.

    Pengajaran yang benar tentang teologi salib memaksa baik hukum maupun Injil harus dibedakan dan diterapkan dengan tepat (The proper preaching of the theology of the cross necessitates that both Law and Gospel be correctly distinguished and applied). Luther dengan tajam menggunakan hukum untuk mengungkap dosa manusia, kepalsuan dewa-dewa, membawa manusia berdosa sadar bahwa mereka membutuhkan Kristus, satu-satunya keselamatan kekal yang menyatakan kemurahan Allah, bukan hukum yang baru hukum sebagai karya-Nya yang mengutuk, melainkan agar kita dapat diselamatkan di dalam penebusan dosa, hanya di dalam Injil. Jadi, hukum dan Injil adalah pekerjaan Allah yang dinyatakan-Nya. Hukum tanpa Injil adalah gagal total. Hukum adalah kutuk bagi para pendosa (the work of damnation for sinners). Injil adalah karya keselamatan (the work of salvation for righteous man). Jadi, pelayanan firman Tuhan tidak boleh tidak, harus memberitakan hukum dan Injil sebagai kehendak Allah, seperti apa yang Kristus lakukan.

  3. Mengkhotbahkan Kristus sebagai sakramen dan teladan kita.

    Kristus adalah isi dari firman Tuhan. Luther mengutip Galatia 2:20, "Dengan Kristus aku telah disalibkan". Ia menjadi korban hidup yang telah mati untuk menebus dosa saya (Roma 13:14) - (sacramental) dan kita dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya (1 Petrus 2:21)- (imitation of Christ). Ini warisan dari teologi Agustinus. Dengan demikian, Luther mengatakan, mengkotbahkan Kristus adalah memberi makan jiwa, membawa ke dalam kebenaran, mengalami kebebasan dan menerima keselamatan Kristus melalui kelahiran kembali dan pembaruan di dalam iman Kristus, bukan usaha mengimitasi Kristus saja. Jadi, hanya di dalam iman (yang dipahami oleh Luther sebagai iman inkarnasi, bukan iman hasil perbuatan manusia), setiap kita dapat menerima penebusan Kristus atas dosa-dosa kita. Ia adalah Kristus yang sama, nama yang disebut orang percaya, nama yang dikhotbah oleh hamba-hamba-Nya.

  4. Firman Tuhan dan kuasa Roh Kudus bersama di dalam kesatuan memberitakan firman.

    Firman itu adalah saluran melalui mana Roh Kudus diberikan. Firman Tuhan mengajarkan, menasihati, membela, dan menolak kesalahan. Nah, bagaimana firman yang dikhotbahkan (the preached word) dapat menjadi perkataan pribadi (personal word)? Luther menjawab bahwa semuanya tidak mungkin terjadi, kecuali karya Roh Kudus(the work of Holy Spirit) memberikan pemahaman untuk mengerti Allah dan firman-Nya adalah kesatuan. Roh Kudus menciptakan iman di dalam Kristus. Maka, bagaimana seseorang dapat menjadi seorang Kristen? Tentu saja, bukan karena latihan rohani mistikal kita kepada Tuhan, tetapi karena ada karya Roh Kudus (the work of Holy Spirit) yang menjadikan setiap kita dapat beriman dengan mendengar firman-Nya. Luther memahami Roh dan firman seperti suara dan napas dalam sebuah pembicaraan. Firman menjadi daging melalui salib Kristus untuk memperkuat iman melalui firman Tuhan dan pengampunan dosa di kayu salib (theology of cross) dan kebangkitan-Nya (theology of victory). Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk mengenal Kristus dengan benar, kembali kepada seluruh Alkitab, firman Tuhan yang memberikan kepada kita kebenaran, dan pengetahuan yang benar tentang Kristus di dalam pekerjaan Roh Kudus.

Kesimpulan

Keunikan teologi khotbah dari Martin Luther bukanlah didasarkan atas pidato manusia (human speech) tentang Allah, tetapi Allah sendiri berbicara dan beraktivitas kepada manusia. Berkhotbah bukan mengulang cerita Alkitab, tetapi pengajaran Allah sendiri kepada manusia (God's own preaching to man). Bagi Luther, khotbah bukanlah untuk memanipulasi emosi pendengar maupun mendukung penyingkapan politis (political disclosure) dari sosial politik, tetapi keagungan pengajaran Luther (the glory of Luther's preaching) hanya mengkhotbahkan Kristus. Sebab, Luther mengetahui bahwa iman "datang hanya melalui firman Tuhan atau Injil, yang mengajarkan Kristus, yang mengatakan bahwa Anak Allah dan Manusia, telah mati dan bangkit kembali karena kita. Inilah Kabar Baik untuk Anda!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs : MRII Beijing
Alamat URL : http://mriibeijing.weebly.com/artikel.html
Judul asli : Preach Thy Word
Penulis artikel : Ev. Daniel Santoso
Tanggal akses : 3 Maret 2016

Akulah yang Memilihmu? (Part 8)

Penulis_artikel: 
Yonghan Lim
Tanggal_artikel: 
31 Maret 2016
Isi_artikel: 

Adalah benar, bahwa banyak jalan menuju Roma. Tapi, hanya ada satu jalan menuju surga. Hanya melalui Kristus, surga menanti di ujung kehidupanmu. Hanya di dalam Kristus, tidak ada lagi penghukuman; walau tetap masih ada penghakiman.

Demi memberitakan kebenaran ini, banyak air mata dan darah yang sudah tertumpah. Iblis tidak pernah ingin engkau tahu; tidak pernah ingin engkau paham.

Sepanjang sejarah umat manusia, mungkin pernah ada orang berdosa yang rela mati demi orang yang dianggap suci. Selain Yesus, pernahkah ada orang suci yang rela mati demi orang berdosa? Thomas Watson hanya bisa terkagum-kagum dan berkata, "Dia yang memahkotai langit dengan bintang-bintang, malah rela memahkotai kepala-Nya dengan duri."

Maukah engkau mengenal Allah yang sejati ini? Maukah engkau tahu di mana Jalan itu berada? Jika engkau menjawab "Ya", doa berikut mungkin bisa menuntunmu.

"Ya Tuhan Allahku, pencipta alam semesta, Engkau yang membentuk buah pinggangku dan menenunku dalam rahim ibuku, siapakah Engkau sebenarnya?"

Jangan biarkan hambaMu yang hina ini menyembah allah-allah palsu, tapi ijinkanlah hambaMu boleh mengenalMu, boleh menyembahMu, Allah yang sejati dan hidup.

Ada tertulis: "Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini." (Roma 11:8)

Karena itu, jangan biarkan kami binasa seperti mereka. Ya Allah, bangunkan kami, melekkan mata kami, dan buatlah kami mendengar. Supaya kami tidak harus binasa oleh murkaMu."

Setelah engkau mendoakan ini, mungkin doamu akan dijawab, mungkin tidak akan pernah. Mungkin dijawab malam ini, mungkin tujuh belas tahun lagi. Apapun itu, saya berdoa kiranya Allah berkenan menyatakan diriNya kepadamu.

Ketika doamu sudah dijawab, barulah saat itu engkau bisa paham kenapa Daud berkata, "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu, daripada seribu hari di tempat lain."

http://youtu.be/7PLr7opRa8s

Soli Deo Gloria

Akulah yang Memilihmu? (Part 7)

Penulis_artikel: 
Yonghan Lim
Tanggal_artikel: 
31 Maret 2016
Isi_artikel: 

Malam itu, saya diijinkan mengalami mimpi di dalam mimpi; seolah-olah sudah terbangun, tapi sebenarnya masih tertidur.

Melalui mimpi itu, doa saya tujuh belas tahun sebelumnya akhirnya dijawab oleh Allah; tahulah saya sekarang kalau Yesus itu benar-benar Anak Allah, dan juga benar-benar Allah. Yang saya dulu pikir salah, sekarang jelas terlihat benar. Yang saya dulu pikir tidak penting, sekarang jelas terlihat penting. Yang saya dulu pikir tidak perlu diutamakan, sekarang jelas harus diutamakan.

Pagi-pagi, sekitar pukul 5.45 pagi, di tepi Danau Toba, saya dibangunkan oleh lagu Amazing Grace yang diputar pemilik losmen. Sayup-sayup, suara itu begitu lembut membangunkanku.

Entah kebetulan atau tidak, beberapa minggu sebelumnya, saya sudah pernah berpesan ke istri; andai saya duluan yang berpulang, tolong lagu ini yang dipakai untuk mengiringi saya ke tempat peristirahatan terakhir. Saya suka iramanya, tapi tidak pernah tahu sejarah lagu ini; yang kisah terciptanya ternyata begitu agung.

Kok bisa kebetulan lagu ini yang membangunkanku setelah diberi mimpi yang begitu mengguncang ini? Seolah-olah, Allah ingin berkata, "Saatnya engkau di"mati"kan, supaya engkau bisa di"lahir"kan kembali."

Saya langsung meminta untuk segera dibaptis pagi itu juga. Pak Pendeta sempat ragu-ragu dan menolak, tapi saya ceritakan apa yang terjadi dan dia langsung paham: inilah pengaturan Ilahi.

Maka, di umur tiga puluh tahun, menjelang tiga puluh satu tahun, di Danau Toba-lah saya menyatakan pertobatanku; berhenti dan menyerah sebagai musuh Allah. Return to God, back to God.

Saya sekarang paham kenapa Allah menunda jawaban itu selama tujuh belas tahun, bukannya cepat-cepat dijawab.

Andai dijawab sejak saya berumur tiga belas tahun, saya mungkin tidak perlu terjatuh dalam berbagai dosa. Tapi melalui kejadian ini, barulah saya memahami fakta berikut ini dengan baik:

Bukankah orang yang sedang kehausan, yang baru sadar betapa segarnya segelas air putih itu?

Bukankah orang yang sedang tersesat di gunung, yang baru paham kelegaan ketika diselamatkan tim SAR itu seperti apa?

Bukankah orang yang tadinya terkutuk, yang baru akan tahu betapa indah dan nikmatnya kasih karunia itu?

Bersambung..Soli Deo Gloria

Akulah yang Memilihmu ? (Part 6)

Penulis_artikel: 
Yonghan Lim
Tanggal_artikel: 
31 Maret 2016
Isi_artikel: 

Bulan Juni 2013, perjalanan iman membawa saya sampai ke Medan. Ada satu pendeta yang perlu saya cari tahu mengenai pergumulan imannya setelah badai kehidupan baru melandanya; apakah dia membenci atau tetap mengasihi Kristus?

Sejak muda, ia sudah rajin melayani Kristus; membawa jiwa-jiwa mengenal-Nya. Hidupnya saleh dan sungguh-sungguh mengikuti pimpinan Tuhan. Memuridkan orang di dalam Kristus menjadi lifestyle-nya.

Badai kehidupan terbesarnya datang ketika putra pertamanya lahir. Di hari ketiga, ditemukan ada kelainan pada usus anaknya sehingga harus dioperasi. Setelah dioperasi, anaknya tidak kunjung membaik dan akhirnya harus berpulang ke Ilahi. Anak-anaknya bandar narkoba banyak yang sehat-sehat saja, tidak harus melewati tragedi seperti ini. Kenapa pendeta harus mengalami yang gini-gini?

Setelah setia melayani Tuhan sejak muda, inikah upah melayani-Nya? Tuhan macam apa ini yang tidak mampu menjaga pengikut-Nya dari tragedi? "Kalau saya jadi Abang, sudah saya bubarkan gereja," tegasku. "Abang sebaliknya, Dek. Hari ketika Joshua berpulang, abang dengan hati yang remuk redam hanya bisa berteriak, Bapa, saya tetap mencintaiMu. Saya tetap mau melayaniMu," ceritanya. Di hari pemakaman anaknya, mentor rohani pendeta ini berpesan, "Hari ini, kalian berdua tahu perasaan Bapa di surga seperti apa ketika harus melihat anakNya disalib, mati, dan dikuburkan demi menebus umat manusia. Pengalaman ini baik bagi kalian, supaya bisa lebih mengasihi jiwa-jiwa."

What?! Hello... iman macam apa ini? Karena sedang di Medan, pendeta ini menawarkan opsi sekalian jalan-jalan ke Danau Toba besok paginya. Maka, berangkatlah kami pagi-pagi esoknya. Dalam perjalanan empat jam kami, saya cecar terus apa yang menjadi dasar imannya. Saya uji terus kesabarannya dengan pertanyaan sulit dan sukar. Pendeta ini tampak kewalahan meladeni pertanyaan-pertanyaan ini. Sesampai di Danau Toba, pertanyaan-pertanyaan masih tidak habis habis, bahkan diskusi kami berlanjut sampai dengan pukul 23. Tidak ada ampun; cecar terus, tanya terus. Akhirnya, karena kami berdua sudah kelelahan, kami sudahi sesi pemuridan itu dan langsung pergi tidur. Tak disangka-sangka, malam itu ternyata akan menjadi malam yang revolusioner. Allah akan merubah segalanya, tanpa pernah saya sangka- sangka dan antisipasi.

Bersambung... Soli Deo Gloria

Akulah yang Memilihmu? (Part 5)

Penulis_artikel: 
Yonghan Lim
Tanggal_artikel: 
31 Maret 2016
Isi_artikel: 

Siapa sebenarnya Yesus itu sangat penting dan urgent untuk diketahui umat manusia.

Jika Ia cuma penipu, maka ada 2.2 milyar manusia yang tertipu oleh-Nya saat ini, yaitu semua orang yang menyebut dirinya Kristen. Sebaliknya, jika Ia benar Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, ada 5.1 milyar manusia yang terancam berakhir di api kekekalan. Jika kemungkinan kedua ini benar, banyak sahabat-sahabatku ada di antara kelompok 5,1 milyar ini. Termasuk, papa dan kakekku.

Padahal, hidup mereka mungkin lebih suci dan saleh dariku. Misalnya saja sahabat-sahabat Muslim-ku; ketika saya masih tidur, mereka sudah bersih-bersih untuk sholat subuh. Dalam sehari, mereka wajib berdoa lima kali.

Atau sahabat-sahabat Budhist-ku; mereka orang-orang yang begitu lemah lembut. Semut pun mereka berhati-hati jangan sampai terinjak. Sampai dengan hari ini, organisasi Tzu Chi melakukan kebajikan yang jauh-jauh lebih nyata dan tulus dibanding organisasi Kekristenan mana pun yang saya kenal di Indonesia.

Lantas, hanya karena tidak percaya Kristus, pintu surga harus tertutup bagi mereka? Sungguh tidak adil dan masuk akal. Tuhan macam apa yang membuat situasi buah simalakama seperti ini bagi manusia ciptaanNya?

Siapakah Yesus menurut diriNya sendiri kalau begitu? "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Dengan statement semutlak itu: jika Yesus bukan benar-benar Allah, pastilah ia gila. Jika ia tidak gila, pastilah Ia penipu. Nietzsche dengan lantang berkata, "Yesus mengatakan banyak hal yang tidak mungkin dijalankan, dan sayangnya Dia mati begitu dini tanpa sempat menyesali apa yang pernah Dia katakan."

Namun bagi C.S Lewis, setelah melalui penyelidikan yang panjang dan seksama, ia mengambil kesimpulan: "Jika Yesus bukan Tuhan, siapakah Dia?"

Karena ucapan-ucapanNya, jika Yesus bukan Allah, Ia sekarang pasti sudah binasa di neraka. Hanya ada dua opsi bagi umat manusia untuk memahami Yesus. Bagi Nietzche, Ia adalah orang yang congkak. Bagi C.S Lewis, Ia adalah Allah.

Yang lebih penting, siapakah Yesus bagiku? Pertanyaan yang terus membuatku gelisah saat itu.

http://youtu.be/wSX6B6qoszY

Bersambung...Soli Deo Gloria

Komentar


Syndicate content