Banjir Nuh

Penulis_artikel: 
Stanley I Sethiadi
Isi_artikel: 

Pengantar

Beberapa bulan yang lalu ada sebuah karangan di sebuah surat kabar terkemuka di Jakarta mengenai banjir pada zaman Nuh. Karangan itu ditulis oleh seorang dosen teologi yang pada hakekatnya menafsirkan bahwa banjir Nuh hanya banjir lokal. Ia mengira bahwa "terbukti secara ilmiah" bahwa banjir global tidak mungkin dapat terjadi. Penulis merasa sangat terbeban untuk memberi tanggapan atas tulisan itu. Sekali lagi penulis mempertanyakan: "Apakah yang disebut terbukti secara ilmiah?" Menurut penulis, bila seorang teolog Kristen mau membuat karya tulis agama Kristen, hendaklah ia berpegang ketat pada Alkitab. Kalau ia mau membuat karya tulis ilmu pengetahuan alam, hendaklah ia mengerti dulu dengan jelas apa itu ilmu pengetahuan alam. Kompromi yang tidak tepat antara Alkitab dan sebuah teori kontemporer tertentu, dapat menyesatkan dirinya sendiri dan para pembacanya. Ini akan mempunyai dampak besar pada imannya sendiri maupun iman jemaat yang dibinanya.

Banjir Nuh menurut Alkitab

Kej. 6:7 menyaksikan firman Allah secara langsung (direct speech, directe rede) yang berbunyi sebagai berikut:

Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka. "

Kalau banjir yang dimaksudkan Alkitab hanya banjir lokal, mungkinkah terlaksana maksud Allah seperti disaksikan ayat di atas? Hanya Nuh, keluarganya dan binatang-binatang darat yang ada di bahtera Nuh itu saja yang selamat. Binatang air seperti ikan, udang dll. tidak membutuhkan bahtera untuk bertahan hidup. Banjir yang menutupi "segala gunung di seluruh kolong langit" (Kej. 7:19) adalah pasti banjir global.

Tafsiran Beberapa Teolog "Modern"

Anak SD pun, yang membaca Kej. 6 s/d 9 dengan teliti, dapat mengerti dengan mudah bahwa banjir yang dimaksud Alkitab adalah banjir global, banjir yang menenggelamkan seluruh permukaan bumi. Tetapi mengapa beberapa teolog, bahkan teolog yang telah mendapat gelar Doctor dalam teolog tidak mengerti hal ini? Mengapa mereka tafsirkan bahwa banjir Nuh hanya banjir lokal? Sebenarnya mereka juga mengerti, namun "hanya" tidak percaya. Mereka lebih percaya spekulasi-spekulasi metafisis para evolusionis geologis seperti Hutton, Lyell, Dott dsb. daripada kesaksian Alkitab. Mereka adalah teolog-teolog "modern" yang menyesuaikan tafsiran Alkitabnya dengan teori-teori yang paling mutakhir. Mereka menerima teori-teori itu sebagai mutlak benar. Kata mereka, ayat-ayat Alkitab yang tidak bertentangan dengan teori-teori itu, boleh diterima secara harafiah (kalau mau) tetapi yang bertentangan dengan teori-teori itu "hanya" dapat diterima secara simbolis/alegoris. Apakah sikap demikian benar secara rasional ilmiah maupun secara iman Kristiani? Adakah kebenaran mutlak dalam sebuah teori ilmu pengetahuan alam? Mari kita teliti hal ini sedikit lebih mendalam.

Konsep Kebenaran Dalam Ilmu Pengetahuan Alam

Seorang ahli fisika yang terkenal bernama Sir James Jean (1877-1946) menulis sebagai berikut (dengan terjemahan bebas):

Dalam ilmu pengetahuan alam, sebuah hipotesa tidak pernah dapat dibuktikan benar. Kalau ia dibuktikan salah oleh pengamatan- pengamatan di hari kemudian, kita tahu ia salah, tetapi kalau ia dibenarkan oleh pengamatan-pengamatan di hari kemudian kita tidak pernah dapat mengatakan ia benar, karena ia selalu dapat disangkal oleh pengamatan-pengamatan di hari lebih kemudian."(1)

Albert Einstein (1879-1955) menulis:
"Kebenaran sebuah teori hanya terletak dalam kepuasan bahwa ia dapat menghubungi berbagai pengamatan-pengamatan yang terpisah."(2)

David Halliday menulis:
"Adalah tugas teori untuk menerangkan secara sederhana sebanyak mungkin percobaan-percobaan dengan sesedikit mungkin hipotesa- hipotesa. Mempertanyakan kebenaran mutlak dari hipotesa itu sebenarnya tidak pernah dipertanyakan."(3)

Mantan dosen saya, yang telah mendapat gelar Doctor dalam bidang fisika atom dari universitas Leiden dengan predikat summa cum laude, pada tahun 1984 menulis surat kepada saya. A.1. tulis beliau:

"Teori-teori ilmu pengetahuan alam hanyalah model-model yang berusaha menerangkan atau meramalkan sebanyak mungkin gejala-gejala. Begitu ada fakta yang membantahnya (umpama dengan pengukuran yang lebih teliti) haruslah dibuat teori baru. Ilmu pengetahuan alam yang manapun tidak boleh mengatakan telah memperoleh kebenaran."(4)

Jadi kebanyakan ahli ilmu pengetahuan alam kaliber dunia dalam abad ke-20 ini, berkesimpulan bahwa tidak ada kebenaran mutlak dalam teori manapun juga.

Dan memang kalau kita mempelajari sejarah ilmu pengetahuan alam dari zaman Yunani kuno sampai sekarang, banyak sekali teori-teori yang timbul dan tenggelam silih berganti. Apa yang dianggap "benar" pada suatu masa, dianggap "salah" pada masa lain dan sebaliknya. Banyak sekali contoh yang dapat dikemukakan. Tidak ada alasan apa pun untuk menganggap bahwa teori-teori yang kini diterima sebagai "benar", besok luas tidak akan dianggap sebagai "salah", dan sebaliknya.

Spekulasi-spekulasi metafisis ilmuwan kreasionis

Ilmuwan kreasionis pun dapat membuat spekulasi-spekulasi metafisis. Tetapi ingat spekulasi metafisis dari kaum kreasionis maupun dari kaum evolusionis tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan-pengamatan dan atau percobaan-percobaan yang dapat diulangi dan diselidiki dengan teliti. Orang hanya dapat percaya atau tidak percaya spekulasi- spekulasi itu.

Seorang ilmuwan kreasionis Henry Madison Morris Ph.D. telah membuat spekulasi-spekulasi metafisis mengenai banjir Nuh. Dr. Morris adalah ahli teknik sipil basah (hidrologi). Selama 28 tahun ia telah menjadi dosen hidrologi, 13 tahun terakhir sebagai dekan jurusan teknik sipil di berbagai universitas terkemuka di Amerika Serikat. Di samping sebagai ilmuwan ia juga orang Kristen yang sungguh-sungguh. Ia betul- betul orang yang tepat untuk menulis mengenai banjir Nuh. Sebagai seorang hidrolog, ia memang ahli banjir. Kemudian menjadi presiden dari Institute for Creation Research. Morris percaya betul akan adanya banjir Nuh yang global. Menurut dia, bekas-bekas banjir Nuh dapat dilihat di berbagai tempat di bumi, antara lain : di Grand Canyon Amerika Serikat. Morris bertanya darimana datangnya air pada banjir Nuh? Ia menuliskan pandangannya dalam buku-bukunya seperti The Genesis Flood, The Genesis Record, What is Creation Science? dsb. Ia juga banyak membuat seminar-seminar dan perdebatan-perdebatan mengenai hal ini, di seluruh Amerika Serikat, Canada dan lain-lain. Wakilnya Dr. Gish, baru-baru ini bahkan telah mengadakan seminar-seminar dan perdebatan-perdebatan di Uni Sovyet, yang disponsori oleh Dr. Dmitry Kuznetsov dari Moskow, pemenang hadiah Lenin Komsomol (lihat Momentum 8 dan 10).

Menurut Morris, sebelum banjir Nuh, di bumi ini permukaan darat lebih banyak dari laut. Di bawah tanah ada air tanah yang sangat banyak. Di udara, kira-kira di lapisan ionospere ada lapisan uap air yang meluas sampai jauh ke atas. Lapisan uap air ini tembus cahaya tetapi menyaring banyak sinar ultraviolet sehingga terjadi efek rumah kaca Greenhouse effect. Cuaca waktu itu terasa segar nyaman di seluruh dunia. Tidak ada bagian bumi yang terlalu panas, dan tidak ada yang terlalu dingin. Seluruh dunia mempunyai iklim yang sedang. Tidak ada badai, gempa, banjir, atau pelangi.

Kemudian, pada suatu saat terjadi letupan dari dalam bumi (tentu pada saat yang tepat). Abunya menyembur sampai kelapisan uap air tadi. Abu ini menjadi inti bagi uap air. Terjadilah proses kondensasi. Uap air menggumpal menjadi titik-titik air, makin lama makin besar. Lalu air ini jatuh ke bumi. Maka hujanpun turunlah. Terjadi efek berantai, lalu ambruklah seluruh lapisan uap air, jatuh ke bumi. Dari dalam bumi menyembur air ke luar. Terjadi letupan di mana-mana. Terbentuklah permukaan bumi yang sama sekali baru. Setelah semua selesai, 2/3 dari permukaan bumi tertutup air. Timbullah perbedaan cuaca yang besar. Kemudian ada hujan, pelangi, badai dan gempa.

Memang para evolusionis pun mengakui bahwa ada bekas-bekas yang menunjukkan adanya banjir besar di masa lalu. Kita ambil buku "Evolution of the Earth" oleh Robert Dott dan Roger Batten, Mc Graw- Hill, 1976, hal. 6:

"... sangat menarik bahwa ada catatan-catatan dari berbagai kebudayaan kuno mengenai sebuah banjir besar seperti kebudayaan Yunani, Babilonia, Hindu dsb...."

"Pada tahun 1925 didapati lapisan tanah liat sedalam 3 meter penuh dengan fosil binatang laut di bawah kota tua Ur...."

"... Hooke percaya bahwa fosil-fosil membuktikan bahwa Inggris pernah mempunyai iklim tropis ...."

"... orang-orang Yunani kuno percaya bahwa fosil-fosil binatang laut di atas gunung-gunung mereka, menunjukkan pernah ada banjir besar yang menutupi gunung-gunung mereka ...."

Majalah Amerika Serikat yang sangat fanatik mendukung teori evolusi pada terbitan bulan Pebruari 1983 hal. 6 menyatakan bahwa Sahara pernah mempunyai sungai-sungai dan hutan yang lebat.

Menurut buletin "Acts and Facts" bulan April 1991, dari kebudayaan Cina kuno ada catatan-catatan dari suku Miao atau Miautso yang dahulu tinggal di selatan sungai Yangtze, berupa sajak. Sajak ini mirip betul dengan Kej. 6 s/d. 9. Nama Nuh diubah menjadi Nuah, istrinya bernama Gaw Bo-lu-en dan anak-anaknya Lo Han, Lo Shen dan Jah-hu (bandingkan dengan nama Ham, Sem dan Yafet dari kitab Kej.). Anak Lo Han adalah Cusah dan Messay (bandingkan dengan Kusy dan Misraim, Kej. 10:6). Anak Jah-hu ialah Go-men (bandingkan Gomer, Kej. 10:2). Menurut sajak itu, suku Miao adalah keturunan dari Go-men ini. Sajak ini juga mengurut keturunan Nuah sampai ke Adam.

Kepada setiap orang yang mengaku diri Kristen, saya anjurkan percayalah bahwa banjir Nuh adalah banjir global seperti disaksikan oleh Alkitab terutama Kej. 6 s/d 9.

  1. "Physics and Philosophy" - James Jean
  2. "Relativity. The Special and the General Theory" - Albert Einstein, hal. 123-124
  3. "Introductory Nuclear Physics" - David Halliday, hal. 4
  4. Surat beliau, bertanggalkan 26 Juli 1984.
Sumber Artikel: 

Sumber:

Nama Majalah : Momentum
Edisi : 12/Juni 1991
Judul Artikel : Banjir Nuh
Penulis : Stanley I Sethiadi
Halaman : 16-19

Komentar