Akulah yang Memilihmu? (Part 4)

Penulis_artikel: 
Yonghan Lim
Tanggal_artikel: 
8 Maret 2016
Isi_artikel: 

Umur tiga belas tahun, saya mulai mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang penting dan urgent ini. Mana yang benar dari tiga agama ini?

Saya tahu kalau ini sesuatu yang tidak boleh sampai salah pilih, karena konsekuensinya itu kekal.

Tuhan, siapa pun diriMu, jika Engkau mau menjawab pertanyaan-pertanyaanku, saya berjanji akan memberitakan kebenaran ini kepada orang-orang; kepada bangsa-bangsa," pintaku dalam doa."

Tapi, Tuhan tidak menjawab-jawab. Bahkan, hingga saya menginjak SMU. Saya diterima di sekolah asrama yang dikelola dengan gaya semi-militer. Satu angkatan hanya ada dua puluh orang; sebelas siswa, sembilan siswi.

Komposisi pemeluk agama yang tinggal seatap denganku saat itu cukup berwarna. Enam Muslim, satu anak pendeta, satu penganut universalisme, satu Katolik, dan satu agnostik.

Satu asrama dengan orang dari berbagai iman, menjadi "lab" yang ideal bagiku untuk mencari tahu dan melakukan observasi; kenapa seseorang memilih iman A, bukannya B.

Makin cari tahu, malah makin bingung. Makin tanya, malah makin tidak paham. Makin tidak paham, malah makin pusing. Sampai-sampai, saya tidak tahu lagi apa definisi dari kebenaran itu. "Benarkah yang saya pikir benar itu benar-benar kebenaran?"

Tahu-tahu, tak terasa tujuh belas tahun pun berlalu, tapi jawaban itu belum juga kunjung tiba. Allah tidak menjawab- jawab doaku. "Ah, jangan-jangan Tuhan itu memang cuma ilusi manusia?" simpulku.

Satu teori menawarkan jawaban yang masuk akal. Jangan- jangan, Yesus itu anak korban perkosaan tentara Romawi? Karena besar tanpa figur Bapa, bukankah wajar jika ia banyak berkhotbah tentang Bapa di Surga?

Mungkinkah ini kebenarannya? Mungkinkah kekristenan itu hanyalah dongeng, hasil konspirasi para rasul semata?

Kalau Hollywood bisa menciptakan tokoh Rambo menjadi tokoh yang seolah-olah nyata, mungkinkah metode yang sama diterapkan pada tokoh Yesus ini?

>http://youtu.be/TywlLxR7kQs

Bersambung...Soli Deo Gloria

Komentar